بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 366
Pertanyaan Para Penjaga Neraka Jahannam Kepada Penghuninya Tentang Kedatangan Rasul Allah yang Dijanjikan
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir
bagian akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan firman Allah Swt. mengenai perumpamaan
surga, selanjutnya Allah Swt. menjawab keberatan (kritikan) para pengkritik Al-Quran (ajaran Islam) dari kalangan Non-Muslim, firman-Nya:
اِنَّ
اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا
ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ
ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ اَرَادَ
اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ﴿ۙ﴾
Sesungguhnya
Allah tidak malu mengemukakan suatu perumpamaan sekecil nyamuk فَمَا فَوۡقَہَا -- bahkan yang lebih kecil dari itu, فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ
رَّبِّہِمۡ -- ada pun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan
itu kebenaran dari Rabb (Tuhan) mereka, وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ
مَا ذَاۤ اَرَادَ اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا -- sedangkan
orang-orang kafir maka mereka
mengatakan: “Apa yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dengannya Dia
menyesatkan banyak orang dan dengannya pula Dia memberi petunjuk banyak orang, وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dan sekali-kali tidak ada yang Dia sesatkan dengannya
kecuali orang-orang fasik. (Al-Baqarah
[2]:27).
Dharaba
al-matsala berarti: ia memberi gambaran atau pengandaian; ia membuat
pernyataan; ia mengemukakan perumpamaan (Lexicon
Lane; Taj-al-‘Arus,
dan QS.14:46). Jadi, Allah Swt. telah menggambarkan surga dan neraka dalam Al-Quran dengan
perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan.
Perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan melukiskan mendalamnya
arti yang tidak dapat diungkapkan sebaik-baiknya dengan jalan lain, dan dalam
hal-hal keruhanian
perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan tersebut memberikan satu-satunya cara untuk dapat
menyampaikan buah pikiran dengan
baik.
Kata-kata yang dipakai untuk menggambarkan surga, mungkin tidak cukup dan tidak berarti bagaikan nyamuk yang dianggap oleh orang-orang
Arab sebagai makhluk yang lemah dan memang pada hakikatnya demikian.
Orang-orang Arab berkata: Adh-‘afu min ba’udhatin, artinya "ia
lebih lemah dari nyamuk".
Meskipun demikian, perumpamaan-perumpamaan
dan tamsilan-tamsilan itu membantu
untuk memunculkan dalam
angan-angan gambaran nikmat-nikmat surga itu. Orang-orang beriman
mengetahui bahwa kata-kata itu hanya perumpamaan
dan mereka berusaha menyelami kedalaman
artinya, tetapi orang-orang kafir
mulai mencela perumpamaan-perumpamaan
itu dan makin bertambah dalam kesalahan
dan kesesatan, firman-Nya: وَ اَمَّا
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ
اَرَادَ اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا -- sedangkan orang-orang
kafir maka mereka mengatakan: “Apa yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dengannya Dia
menyesatkan banyak orang dan dengannya pula Dia memberi petunjuk banyak orang, وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dan sekali-kali tidak ada yang Dia sesatkan dengannya
kecuali orang-orang fasik. (Al-Baqarah
[2]:27).
Dengan demikian benarlah
firman-Nya berikut ini mengenai orang-orang yang buta
mata ruhaninya, walau pun setiap hari
“menggeluti” Al-Quran jika mereka itu dalam kenyataannya bukan saja tidak mampu
mengenali -- bahkan mendustakan serta menentang
-- Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37;
QS.61:10), firman-Nya:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ
اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَا لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ
اَبۡوَابُ السَّمَآءِ وَ لَا
یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ ؕ وَ
کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ لَہُمۡ مِّنۡ
جَہَنَّمَ مِہَادٌ وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ
غَوَاشٍ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan
takabur berpaling darinya, لَا تُفَتَّحُ
لَہُمۡ اَبۡوَابُ السَّمَآءِ وَ لَا یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ
الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ -- tidak
akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit ruhani dan tidak pula mereka akan masuk surga hingga unta
masuk ke lubang jarum, وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ -- dan demikianlah Kami
membalas orang-orang yang
berdosa. لَہُمۡ مِّنۡ
جَہَنَّمَ مِہَادٌ وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ
غَوَاشٍ -- bagi
mereka ada hamparan Jahannam
sedangkan di atas mereka ada selimut Jahannam,
وَ کَذٰلِکَ
نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ -- dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang zalim. (Al-A’rāf [7]:41-42).
Keserasian Tatanan Alam
Semesta Jasmani
Berikut
firman Allah Swt. mengenai keserasian
sempurna tatanan alam semesta jasmani
yang mampu “dibaca” (dilihat) oleh “orang-orang
yang mempergunakan akal,” sehingga
mereka dapat mengenal dan beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan
kepada mereka (QS.3:191-196):
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾
تَبٰرَکَ
الَّذِیۡ بِیَدِہِ الۡمُلۡکُ ۫ وَ ہُوَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرُۨ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ
خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَ الۡحَیٰوۃَ لِیَبۡلُوَکُمۡ اَیُّکُمۡ
اَحۡسَنُ عَمَلًا ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡغَفُوۡرُ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ خَلَقَ
سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا ؕ مَا تَرٰی فِیۡ خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ
مِنۡ تَفٰوُتٍ ؕ فَارۡجِعِ الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ ﴿﴾ ثُمَّ
ارۡجِعِ الۡبَصَرَ
کَرَّتَیۡنِ یَنۡقَلِبۡ اِلَیۡکَ الۡبَصَرُ خَاسِئًا وَّ ہُوَ حَسِیۡرٌ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ زَیَّنَّا السَّمَآءَ الدُّنۡیَا
بِمَصَابِیۡحَ وَ جَعَلۡنٰہَا
رُجُوۡمًا لِّلشَّیٰطِیۡنِ وَ
اَعۡتَدۡنَا لَہُمۡ عَذَابَ السَّعِیۡرِ﴿﴾
Aku baca dengan
nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Maha
Berbarkat Dia Yang di Tangan-Nya kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menciptakan kematian dan kehidupan, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang terbaik amalnya, dan
Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun, Yang telah menciptakan tujuh tingkat langit dengan serasi. Engkau
tidak akan melihat di dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah
ketidakselarasan, maka lihatlah
ber-ulang-ulang, apakah engkau
melihat sesuatu cacat? Kemudian pandanglah
untuk kedua kali, penglihatan engkau
akan kembali kepada engkau dengan tunduk
dan ia letih (Al-Mulk [67]:1-5).
Hukum hidup dan mati berlaku di
seluruh alam. Tiap-tiap makhluk-hidup
tunduk kepada kehancuran dan kematian. Kata “kematian” di sini seperti juga dalam ayat QS.2:29 dan QS.53:45,
disebut sebelum kata “kehidupan.”
Alasannya ialah, rupa-rupanya kematian
atau tanpa-wujud itu merupakan
keadaan sebelum ada kehidupan, atau
mungkin karena “mati” itu bagi umat manusia lebih penting dan lebih
besar artinya daripada “hidup,”
karena kematian membukakan kepada
manusia pintu gerbang kehidupan kekal
dan kemajuan ruhani yang tidak
berhingga -- sebagai buah (hasil/akibat) melaksanakan ibadah kepada Allah Swt. (QS.51:57) -- sedang kehidupan di dunia ini
hanyalah suatu tempat persinggahan
sementara dan merupakan suatu persiapan
bagi kehidupan kekal lagi abadi di balik kubur.
Kata thibāq itu
bersamaan arti dengan thabāq dan dengan jamaknya athbāq. Orang
mengatakan sesuatu ini thabāq atau thibāq bagi sesuatu itu, yakni sesuatu ini berpasangan dengan itu atau sejenis itu
dalam ukuran atau mutunya, dan sebagainya. Thibāq berarti
juga tingkat (Lexicon Lane).
Sungguh menakjubkan
ciptaan Allah Swt. itu. Tatasurya
yang di didalamnya bumi kita hanya
merupakan anggota kecil itu sangat luas, bermacam-macam dan teratur susunannya, namun demikian tatasurya itu hanyalah merupakan salah
satu dari ratusan juta tatasurya yang
beberapa di antaranya jauh lebih besar lagi daripada tatasurya kita ini.
Namun jutaan -- bahkan milyaran -- matahari dan bintang itu
begitu rupa diatur dan disebar dalam hubungan satu sama lain
sehingga di mana-mana menimbulkan keserasian
dan keindahan. Dan tertib
(keteraturan) yang menutupi dan meliputi tatanan
alam semesta itu, jelas nampak
kepada mata tanpa bantuan alat apa pun dan tersebar jauh melewati jangkauan
pandangan yang dibantu oleh segala macam alat dan perkakas yang dunia ilmu dan
teknik telah mampu menciptakannya.
Itulah makna ayat: مَا تَرٰی فِیۡ خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ
مِنۡ تَفٰوُتٍ ؕ فَارۡجِعِ الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ -- “Engkau tidak akan melihat di dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah
ketidakselarasan, maka lihatlah
berulang-ulang, apakah engkau
melihat sesuatu cacat? Kemudian pandanglah untuk kedua kali,
penglihatan engkau akan kembali kepada engkau dengan tunduk dan ia letih.”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai pertanyaan para penjaga
neraka jahannam kepada para penghuni
neraka jahannam:
وَ
لَقَدۡ زَیَّنَّا السَّمَآءَ الدُّنۡیَا
بِمَصَابِیۡحَ وَ جَعَلۡنٰہَا
رُجُوۡمًا لِّلشَّیٰطِیۡنِ وَ
اَعۡتَدۡنَا لَہُمۡ عَذَابَ السَّعِیۡرِ ﴿﴾ وَ لِلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا بِرَبِّہِمۡ
عَذَابُ جَہَنَّمَ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾ اِذَاۤ
اُلۡقُوۡا فِیۡہَا سَمِعُوۡا لَہَا
شَہِیۡقًا وَّ ہِیَ تَفُوۡرُ ۙ﴿﴾ تَکَادُ
تَمَیَّزُ مِنَ الۡغَیۡظِ ؕ
کُلَّمَاۤ اُلۡقِیَ فِیۡہَا فَوۡجٌ سَاَلَہُمۡ خَزَنَتُہَاۤ اَلَمۡ یَاۡتِکُمۡ نَذِیۡرٌ ﴿﴾ قَالُوۡا
بَلٰی قَدۡ جَآءَنَا نَذِیۡرٌ
۬ۙ فَکَذَّبۡنَا وَ قُلۡنَا مَا نَزَّلَ
اللّٰہُ مِنۡ شَیۡءٍ ۚۖ اِنۡ اَنۡتُمۡ اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ کَبِیۡرٍ﴿﴾ وَ قَالُوۡا
لَوۡ کُنَّا نَسۡمَعُ اَوۡ نَعۡقِلُ مَا کُنَّا فِیۡۤ اَصۡحٰبِ السَّعِیۡرِ ﴿﴾ فَاعۡتَرَفُوۡا
بِذَنۡۢبِہِمۡ ۚ فَسُحۡقًا لِّاَصۡحٰبِ
السَّعِیۡرِ ﴿﴾ اِنَّ
الَّذِیۡنَ یَخۡشَوۡنَ رَبَّہُمۡ بِالۡغَیۡبِ لَہُمۡ مَّغۡفِرَۃٌ وَّ
اَجۡرٌ کَبِیۡرٌ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah menghiasi
langit yang terdekat dengan pelita-pelita
(planet-planet) dan Kami telah
menjadikannya untuk mengusir syaitan-syaitan, dan Kami telah menyediakan bagi mereka azab Api yang berkobar-kobar. Dan
bagi orang-orang yang kafir kepada Rabb (Tuhan) mereka tersedia azab
Jahannam, dan seburuk-buruk tempat kembali. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka akan mendengarnya gemuruh dan neraka itu mendidih. Hampir-hampir neraka itu pecah karena marah. تَکَادُ تَمَیَّزُ مِنَ الۡغَیۡظِ ؕ کُلَّمَاۤ اُلۡقِیَ فِیۡہَا فَوۡجٌ سَاَلَہُمۡ خَزَنَتُہَاۤ اَلَمۡ یَاۡتِکُمۡ نَذِیۡرٌ
-- Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekelompok orang
kafir akan bertanya kepada
mereka penjaga-penjaganya: “Apakah tidak pernah datang kepada kamu seorang Pemberi peringatan?” قَالُوۡا
بَلٰی قَدۡ جَآءَنَا نَذِیۡرٌ
۬ۙ فَکَذَّبۡنَا وَ قُلۡنَا مَا نَزَّلَ
اللّٰہُ مِنۡ شَیۡ
-- Mereka berkata: “Benar, sungguh
telah datang kepada kami seorang
Pemberi peringatan tetapi kami
mendustakannya dan kami berkata: “Allah sekali-kali tidak menurunkan sesuatu pun, اِنۡ
اَنۡتُمۡ اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ کَبِیۡرٍ
-- engkau tidak lain
melainkan di dalam kesesatan yang besar.” وَ قَالُوۡا لَوۡ
کُنَّا نَسۡمَعُ اَوۡ نَعۡقِلُ مَا
کُنَّا فِیۡۤ اَصۡحٰبِ السَّعِیۡرِ -- dan
mereka berkata: “Seandainya kami
mendengarkan atau mempergunakan akal,
tentu kami tidak akan termasuk penghuni Api yang menyala-nyala.” فَاعۡتَرَفُوۡا بِذَنۡۢبِہِمۡ ۚ
فَسُحۡقًا لِّاَصۡحٰبِ السَّعِیۡرِ -- maka
mereka mengakui dosa-dosa mereka,
maka kebinasaanlah bagi para penghuni Api yang menyala-nyala. اِنَّ
الَّذِیۡنَ یَخۡشَوۡنَ رَبَّہُمۡ بِالۡغَیۡبِ لَہُمۡ مَّغۡفِرَۃٌ وَّ
اَجۡرٌ کَبِیۡرٌ -- sesungguhnya
orang-orang yang takut kepada Rabb (Tuhan) mereka dalam keadaan tidak nampak, bagi mereka ada ampunan dan ganjaran besar. (Al-Mulk [67]:6-13).
Pertanyaan Para Penjaga
Neraka Jahannam kepada Para Penghuninya & Pernyataan Iman Fir’aun yang Terlambat
Dialog antara para penjaga neraka jahannam
dengan para penghuni neraka jahannam
mengenai kedatangan pemberi peringatan -- yakni Rasul
Allah (QS.7:35-37) – kepada mereka ketika di dunia, dikemukakan pula dalam
firman-Nya berikut ini:
وَ سِیۡقَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِلٰی
جَہَنَّمَ زُمَرًا ؕ حَتّٰۤی اِذَا جَآءُوۡہَا فُتِحَتۡ اَبۡوَابُہَا وَ قَالَ لَہُمۡ
خَزَنَتُہَاۤ اَلَمۡ یَاۡتِکُمۡ رُسُلٌ
مِّنۡکُمۡ یَتۡلُوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِ رَبِّکُمۡ وَ یُنۡذِرُوۡنَکُمۡ لِقَآءَ
یَوۡمِکُمۡ ہٰذَا ؕ قَالُوۡا بَلٰی وَ لٰکِنۡ حَقَّتۡ کَلِمَۃُ الۡعَذَابِ عَلَی
الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾ قِیۡلَ
ادۡخُلُوۡۤا اَبۡوَابَ جَہَنَّمَ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ۚ فَبِئۡسَ مَثۡوَی
الۡمُتَکَبِّرِیۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang kafir akan digiring ke Jahannam rombongan-rombongan, hingga apabila
mereka sampai kepadanya pintu-pintunya dibukakan, bdan penjaga-penjaganya akan berkata kepada
mereka: اَلَمۡ یَاۡتِکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَتۡلُوۡنَ
عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِ رَبِّکُمۡ وَ یُنۡذِرُوۡنَکُمۡ لِقَآءَ یَوۡمِکُمۡ ہٰذَا -- “Bukankah
telah datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu sendiri membacakan kepada kamu Ayat-ayat Rabb (Tuhan)
kamu, dan memberi peringatan kepada kamu
mengenai pertemuan pada harimu ini?”
قَالُوۡا بَلٰی وَ لٰکِنۡ حَقَّتۡ کَلِمَۃُ الۡعَذَابِ
عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ -- Mereka
akan berkata: “Ya benar, tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab
terhadap orang-orang kafir.” قِیۡلَ ادۡخُلُوۡۤا اَبۡوَابَ جَہَنَّمَ خٰلِدِیۡنَ
فِیۡہَا ۚ فَبِئۡسَ مَثۡوَی الۡمُتَکَبِّرِیۡنَ -- akan
dikatakan: ”Masukilah pintu-pintu Jahannam, kamu
akan kekal di dalamnya”, maka sangat bu-ruk tempat tinggal orang-orang
yang sombong.” (Az-Zumar [39]:72-73).
Jadi,
berdasarkan pengakuan para penghuni neraka jahannam sendiri bahwa
masuknya manusia ke dalam neraka jahannam
karena ketika mereka hidup di dunia tidak menggunakan “akal sehat” atau bashirah
(penglihatan ruhani) mereka secara benar
-- terutama mengenai kedatangan Rasul
Allah (QS.7:35-37) – firman-Nya: وَ قَالُوۡا لَوۡ کُنَّا نَسۡمَعُ اَوۡ نَعۡقِلُ مَا کُنَّا فِیۡۤ اَصۡحٰبِ السَّعِیۡرِ
-- dan mereka berkata: “Seandainya kami mendengarkan atau mempergunakan akal, tentu kami
tidak akan termasuk penghuni Api
yang menyala-nyala.” فَاعۡتَرَفُوۡا بِذَنۡۢبِہِمۡ ۚ فَسُحۡقًا
لِّاَصۡحٰبِ السَّعِیۡرِ --
maka mereka mengakui dosa-dosa
mereka, maka kebinasaanlah bagi
para penghuni Api yang menyala-nyala.”
(Al-Mulk
[67]:10-12).
Makna lain dari ayat وَ قَالُوۡا لَوۡ
کُنَّا نَسۡمَعُ اَوۡ نَعۡقِلُ مَا
کُنَّا فِیۡۤ اَصۡحٰبِ السَّعِیۡرِ -- dan mereka berkata: “Seandainya kami mendengarkan atau mempergunakan akal, tentu kami
tidak akan termasuk penghuni Api
yang menyala-nyala,” adalah:
“Seandainya kami mengikuti peraturan-peraturan syariat atau
mengikuti kata-hati dan pertimbangan
akal.”
Jadi,
kesadaran dan penyesalan yang terlambat seperti itu sudah “ditakdirkan”
Allah Swt. untuk menjadi bagian dari
“nasib malang” para penentang para Rasul Allah di setiap zaman, seperti halnya penyesalan dan penyataan iman yang dikatakan Fir’aun ketika akan tenggelam dalam laut, firman-Nya:
وَ
جٰوَزۡنَا بِبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ
الۡبَحۡرَ فَاَتۡبَعَہُمۡ فِرۡعَوۡنُ وَ جُنُوۡدُہٗ بَغۡیًا وَّ عَدۡوًا ؕ حَتّٰۤی اِذَاۤ اَدۡرَکَہُ الۡغَرَقُ ۙ قَالَ اٰمَنۡتُ
اَنَّہٗ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ بَنُوۡۤا
اِسۡرَآءِیۡلَ وَ اَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾ آٰلۡـٰٔنَ وَ قَدۡ
عَصَیۡتَ قَبۡلُ وَ کُنۡتَ مِنَ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾ فَالۡیَوۡمَ نُنَجِّیۡکَ بِبَدَنِکَ لِتَکُوۡنَ لِمَنۡ خَلۡفَکَ اٰیَۃً ؕ وَ
اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ عَنۡ اٰیٰتِنَا لَغٰفِلُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan Kami
telah membuat Bani Israil menyeberangi laut, lalu Fir’aun
dan lasykar-lasykarnya mengejar mereka
secara durhaka dan aniaya, sehingga apabila ia menjelang tenggelam ia berkata: اٰمَنۡتُ اَنَّہٗ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ بَنُوۡۤا
اِسۡرَآءِیۡلَ --
“Aku percaya (beriman) ,
sesungguhnya tidak
ada Tuhan kecuali Yang dipercayai
oleh Bani Israil, وَ اَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ -- dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri kepada-Nya.” آٰلۡـٰٔنَ وَ قَدۡ عَصَیۡتَ قَبۡلُ وَ کُنۡتَ مِنَ الۡمُفۡسِدِیۡنَ -- ”Apa, sekarang baru ber-iman!?
Padahal engkau telah mem-bangkang sebelum ini, dan engkau termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” فَالۡیَوۡمَ
نُنَجِّیۡکَ بِبَدَنِکَ لِتَکُوۡنَ لِمَنۡ
خَلۡفَکَ اٰیَۃً -- maka pada
hari ini Kami akan menyelamatkan engkau hanya badan
engkau, supaya engkau menjadi suatu Tanda
bagi orang-orang sesudah engkau, وَ اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ عَنۡ
اٰیٰتِنَا لَغٰفِلُوۡنَ -- dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia
benar-benar lengah terhadap Tanda-tanda
Kami.” (Yunus [10]:91-93).
Kata-kata dalam ayat اٰمَنۡتُ
اَنَّہٗ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ بَنُوۡۤا
اِسۡرَآءِیۡلَ --
“Aku percaya (beriman) ,
sesungguhnya tidak
ada Tuhan kecuali Yang dipercayai
oleh Bani Israil, وَ اَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ -- dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri kepada-Nya,” melukiskan
kedalaman lembah kehinaan yang si congkak
Fir’aun telah terjerumus ke dalamnya.
Mayat Fir’aun Diabadikan
Dalam Musium di Kairo
Sangat menarik perhatian kita jawaban Allah Swt. dalam firman-Nya: فَالۡیَوۡمَ نُنَجِّیۡکَ بِبَدَنِکَ
لِتَکُوۡنَ لِمَنۡ خَلۡفَکَ اٰیَۃً
-- maka pada hari ini Kami akan menyelamatkan
engkau hanya badan engkau, supaya engkau menjadi
suatu Tanda bagi orang-orang sesudah engkau”, bahwa
hanya Al-Quran sajalah dari semua kitab keagamaan dan buku-buku sejarah,
yang menceritakan kenyataan yang
disinggung oleh ayat ini.
Bible
tak menyebutkannya dan tidak pula kitab
sejarah mana pun. Tetapi dengan cara yang alangkah ajaibnya firman Allah
Swt. itu telah terbukti
kebenarannya. Setelah lewat lebih dari 3000 tahun, mayat Fir’aun itu telah ditemukan orang kembali dan sekarang tersimpan dalam keadaan terpelihara di musium di Kairo.
Nampak dari mayat itu, bahwa Fir’aun itu orangnya kurus dan pendek
dengan wajah yang mencerminkan kebengisan campur kebodohan. Nabi Musa a.s. dilahirkan di zaman Ramses II dan dibesarkan olehnya (Keluaran 2:2-10), tetapi pada pemerintahan putranya, ialah Merneptah (Meneptah), beliau diserahi
tugas kenabian (Jewish Encyclopaedia,
jilid 9 hlm. 500 & Encyclopaedia
Biblica, pada kata “Pharaoh” & pada “Egypt”).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran
Anyar, 16 November 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar