Senin, 08 Desember 2014

Kemusnahan Kekuatan "Ya'juj" (Gog) dan "Ma'juj" (Magog) atau "Fitnah Dajjal" atau "Rayap Bumi" Melalui Senjata "Doa" dan " Dalil" Al-Masih Mau'ud a.s.



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   371

Kemusnahan Kekuatan Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) atau “Fitnah Dajjal  atau   Rayap Bumi” Melalui Senjata “Doa” dan “Dalil” Al-Masih Mau’ud a.s.

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
D
alam  akhir Bab sebelumnya   telah dikemukakan mengenai bahaya “Fitnah Al-Masih Dajjal”yang akan muncul di Akhir Zaman, yang dalam Al-Quran  Alklah Swt. menyebutnya   dabbatul-ardhi” (rayap bumi) karena kecintaan  mereka terhadap kehidupan duniawi, yang akan “melukai” umat manusia dalam berbagai segi kehidupan, firman-Nya:
وَ  اِذَا  وَقَعَ  الۡقَوۡلُ عَلَیۡہِمۡ اَخۡرَجۡنَا لَہُمۡ  دَآبَّۃً  مِّنَ الۡاَرۡضِ تُکَلِّمُہُمۡ ۙ اَنَّ النَّاسَ  کَانُوۡا بِاٰیٰتِنَا  لَا  یُوۡقِنُوۡنَ ﴿٪ ﴾
Dan apabila keputusan-Ku telah jatuh  atas mereka,  Kami akan mengeluarkan bagi mereka binatang dari bumi yang akan melukai mereka, sesungguhnya manusia tidak yakin atas Tanda-tanda Kami. (An-Naml [27]:83).
       Kata-kata, waqa’a al-qaulu ‘alaihim, berarti:  kalimat atau keputusan itu jadi pantas terhadap mereka atau telah terjadi; mereka membuat diri mereka layak menerima keputusan atau ketetapan Tuhan (Aqrab-al-Mawarid).

Munculnya “Dabbatul Ardhi” (Rayap Bumi) di Akhir Zaman & Merebaknya Wabah Ebola  yang Mematikan

       Ayat اَخۡرَجۡنَا لَہُمۡ  دَآبَّۃً  مِّنَ الۡاَرۡضِ تُکَلِّمُہُمۡ   -- “Kami akan mengeluarkan bagi mereka binatang dari bumi yang akan melukai mereka,”   adalah nubuatan berkenaan dengan timbulnya wabah di Akhir Zaman. Ayat ini diterangkan demikian oleh Nabi Besar Muhammad saw.   sendiri. yang dimaksud dengan dabbah ialah bakteri dari yang akan zahir di Akhir Zaman   pes (tha’un)   sebagai tanda kebenaran pendakwaan Al-Masih Mau’ud a.s..
        Mengenai merebaknya wabah pes (tha’un) tersebut dikemukakan secara terinci  oleh Pendiri Jemaat Ahmadiyah dalam buku Kishti Nuh (Bahtera Nuh), yang pada masa itu telah merebak terutama di Provinsi Punjab – Hindustan -- yang menelan korban jiwa ratusan ribu orang.  Bakteri (tha’un/pes) itersebut   menyerang badan dan orang yang dijangkitinya  pasti  akan  mati.
       Peristiwa tersebut terjadi sesuai dengan hadits  Nabi Besar Muhammad saw. yang menerangkan mengenai Akhir Zaman, bahwa akan timbul dabbatul ardh, yakni binatang-binatang (rayap-rayap) bumi, (Tafsir Ibnu Katsir dan Fathul Bayan hlm. 231, Surah An-Naml).
        Di dalam hadits Muslim ada dijelaskan bahwa  di Akhir Zaman akan timbul suatu penyakit naghaf yakni penyakit yang ada di unta. Kalau kedua hadits  tersebut kita cocokkan maka kita akan mendapat suatu kabar gaib  (nubuatan) bahwa di Akhir Zaman penyakit pes  (tha’un)  akan menyebar di seluruh dunia -- termasuk wabah Ebola -- yang saat ini tengah merebak di berbagai kawasan Dunia. Kita dapat mengerti penyebab penyakit pes disebabkan oleh bakteri yang tersembunyi.
        Bahwa munculnya fitnah Dajjal  seiring dengan merejalelanya  Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) yang berasal dari benua Eropa pun merupakan wabah “pes” bagi dunia keruhanian (agama), hal itu  dapat diketahui dari  firman-Nya berikut ini mengenai generasi penerus “kaum Yahudi” yang  mencintai kehidupan duniawi serta   menganggap bahwa  hukum syariat merupakan “kutuk  dan mengaku bahwa  semua dosa   mereka telah mendapat penebusan  oleh kematian terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam di atas tiang salib yang mereka imani, firman-Nya:
فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ  اِلَّا الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ  ؕ وَ الدَّارُ  الۡاٰخِرَۃُ  خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ  یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka, suatu generasi  pengganti  yang mewarisi Kitab Taurat  itu, mereka mengambil harta dunia  yang rendah ini وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا -- dan mereka mengatakan:   Pasti kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu lagi mereka akan mengambilnya. اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ  اِلَّا الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ      -- bukankah telah diambil perjanjian dari mereka dalam Kitab bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang haq, dan  mereka telah mempelajari  apa yang tercantum di dalamnya? Padahal  kampung  akhirat itu   lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, apakah kamu tidak mau mengerti? (Al-A’rāf [7]:170).

Bahaya Munculnya “Fitnah Al-Masih Dajjal

         Sehubungan dengan munculnya “dabbatul ardhi” (rayap bumi) atau “fitnah Dajjal” tersebut terdapat dalam beberapa   hadits, di antaranya  Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari radhiyallahu 'anhu berkata:  Rasulullah melihat kami ketika kami tengah berbincang-bincang. Beliau berkata: “Apa yang kalian perbincangkan?” Kami menjawab: “Kami sedang berbincang-bincang tentang Hari Kiamat.” Beliau berkata: “Tidak akan terjadi Hari Kiamat hingga kalian lihat sebelumnya sepuluh tanda.” Beliau menyebutkan: “(munculnya) Dukhan (asap), (munculnya) Dajjal, (munculnya) Dābbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya ‘Isa ‘alaihissalam, (munculnya) Ya’juj dan Ma’juj, dan tiga khusuf (gerhana matahari) di timur, di barat, dan di jazirah Arab, yang terakhir adalah api yang keluar dari Yaman mengusir (menggiring) mereka ke tempat berkumpulnya mereka.”  (HR. Muslim).
       Nabi-nabi sebelum Nabi Besar Muhammad saw. telah memperingatkan umatnya akan keluarnya Dajjal. Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu 'anhuma, dia berkata:  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di hadapan manusia, menyanjung Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sanjungan yang merupakan hak-Nya, kemudian menyebut Dajjal dan berkata: “Aku memperingatkan kalian darinya. Tidaklah ada seorang nabi kecuali pasti akan memperingatkan kaumnya tentang Dajjal. Nuh ‘alaihissalam telah memperingatkan kaumnya. Akan tetapi aku akan sampaikan kepada kalian satu ucapan yang belum disampaikan para nabi kepada kaumnya: “Ketahuilah dia (Dajjal)  itu buta sebelah matanya, adapun Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah demikian.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Muslim).
       Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah aku sampaikan kepada kalian tentang Dajjal yang telah disampaikan oleh para nabi kepada kaumnya? Dia buta sebelah matanya, membawa sesuatu seperti surga dan neraka. Yang dia katakan surga pada hakikatnya adalah neraka. Aku peringatkan kepada kalian sebagaimana Nabi Nuh ‘alaihissalam memperingatkan kaumnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
        Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata  Tidak ada seorang nabi pun kecuali memperingatkan umatnya dari Dajjal. Buta satu matanya, pendusta. Ketahuilah dia buta. Adapun Rabb kalian tidaklah demikian. Tertulis di antara dua mata Dajjal: Kāf fā     (kafir).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).  Dalam riwayat lain dikatakan: Bisa dibaca oleh semua Mukmin yang bisa baca tulis atau pun tidak.” (HR. Muslim).
     Diriwayatkan dari An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu 'anhu: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyebutkan perkara Dajjal pada satu hari. Beliau merendahkan dan kadang mengeraskan suaranya hingga kami menyangka dia ada di pojok kebun korma. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Selain Dajjal lebih aku takutkan (menimpa) kalian, karena jika Dajjal keluar dan aku masih ada di antara kalian niscaya aku akan menjadi pelindung kalian. Jika dia keluar ketika aku telah tiada maka setiap Muslim akan menjadi pembela dirinya sendiri. Allah yang akan menjaminku membela setiap Muslim. Dia adalah seorang pemuda yang sangat keriting, matanya tidak ada cahayanya, aku mengira dia mirip dengan Abdul ‘Uzza bin Qathan. Barangsiapa di antara kalian mendapatinya bacalah awal surah Al-Kahfi. Dia akan keluar dari jalan antara Syam dan Irak, berjalan ke kiri dan ke kanan. Wahai hamba-hamba Allah, istiqamahlah.” (HR. Muslim).
       Dajjal adalah manusia yang nyata, dia berasal dari Bani Adam, bukan suatu lambang, atau simbol, atau suatu kondisi tertentu. Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu (no. 6484) dan Al-Imam Muslim rahimahullahu (no. 246) dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan pada suatu hari di tengah keramaian tentang Al-Masih Ad-Dajjal. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah tidak buta sebelah, dan ketahuilah Al-Masih Ad-Dajjal adalah buta mata sebelah kanannya, seperti buah anggur yang menonjol.” Ibnu ‘Umar berkata: “Rasulullah bersabda: ‘Diperlihatkan dalam mimpiku pada suatu malam ketika aku berada di Ka’bah, kemunculan secara tiba-tiba seseorang dari Bani Adam yang terlihat sangat bagus, berkulit sawo matang dari Bani Adam, rambutnya tersisir di antara kedua pundaknya, dalam keadaan meletakkan kedua tangannya di atas dua pundak dua lelaki dan dia melaksanakan thawaf di antara keduanya aku berkata: ‘Siapa ini?’ Mereka berkata: ‘Al-Masih bin Maryam.’ Dan aku melihat di belakangnya ada seseorang yang sangat keriting rambutnya dan buta matanya sebelah kanan dan serupa dengan Ibnu Qathan. Dia meletakkan tangannya di atas pundak dua laki-laki dan thawaf di Ka’bah. Lalu aku berkata: ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab: ‘Ini adalah Al-Masih Ad-Dajjal’.
      Ada pun makna bahwa baik Al-Masih Ibnu Maryam a.s. atau Al-Masih Mau’ud  a.s. – yakni misal Nabi Isa Ibn u Jaryam a.s. (QS.43:58) – mau pun Al-Masih Dajjal  sama-sama melakukan thawaf di Ka’bah tetapi memiliki makna yang berbeda, yakni kalau thawafnya Al-Masih Mau’ud a.s. di Ka’bah -- selain mengisyaratkan bahwa beliau adalah berasal  dari kalangan umat Islam--  juga beliau berjuang menyeru umat manusia kepada Tauhid Ilahi, sedangkan makna  thawafnya Al-Masih Dajjal    mengisyaratkan kepada upayanya mengajak umat Islam  -- dengan berbagai  cara  dan tipu-daya  --  untuk meninggalkan Tauhid Ilahi dan menjadi pengikutnya.

Rasul Akhir Zaman atau Al-Masih Mau’ud a.s.  Akan “Membunuh” Dajjal  dengan “Doa” dan “Dalil” (Argumen), Bukan dengan Senjata Fisik

         Dalam hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu disebutkan: “…Kami berkata: ‘Ya Rasulullah, berapa lama Dajjal tinggal di bumi?’ Rasulullah berkata: ‘40 hari. Satu hari pertama seperti satu tahun, kemudian satu hari kedua seperti satu bulan, kemudian satu hari ketiga seperti satu pekan, kemudian hari-hari lainnya (sisanya) seperti hari kalian sekarang…’.” (HR. Muslim).
     Dalam riwayat lain: “Dajjal dikejar oleh Nabi ‘Isa ‘alaihissalam hingga mendapatkannya di Bab Ludd (satu negeri dekat Baitul Maqdis – Palestina, red.). Beliau pun membunuhnya.” (HR. Muslim).
        Dalam hadits lain: Ketika musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala (yakni Dajjal) melihat Nabi ‘Isa ‘alaihissalam, melelehlah (tubuhnya) sebagaimana garam meleleh di air. Seandainya dibiarkan niscaya akan meleleh hingga binasa, akan tetapi Allah membunuhnya melalui tangan ‘Isa ‘alaihissalam, memperlihatkan darahnya kepada mereka ditombak Nabi ‘Isa ‘alaihissalam.” (HR. Muslim).
      Kembali kepada firman-Nya mengenai nubuatan kedatangan kembali para rasul Allah dan kaum-kaum purbakala di Akhir Zaman ini, firman-Nya::          
اِنَّمَا تُوۡعَدُوۡنَ  لَوَاقِعٌ ؕ﴿﴾   فَاِذَا النُّجُوۡمُ  طُمِسَتۡ ۙ﴿﴾  وَ  اِذَا السَّمَآءُ  فُرِجَتۡ ۙ﴿﴾  وَ  اِذَا  الۡجِبَالُ  نُسِفَتۡ ﴿ۙ﴾   وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ﴿ؕ﴾   لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾  لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾  وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾  اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya apa yang telah dijanjikan kepada kamu niscaya  akan terjadi.    Maka apabila cahaya bintang-bintang telah pudar,    dan apabila langit terbelah, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ﴿ --   dan apabila rasul-rasul didatangkan  pada waktu yang ditentukan.  لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ  --   hingga hari apakah ditangguhkan? لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ  --  Hingga Hari Keputusan. وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ --  Dan apa yang engkau ketahui mengenai Hari Keputusan itu? وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ --  Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ  --  Tidakkah Kami telah  membinasakan kaum-kaum dahulu?  ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ --  Kemudian  Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian. کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ -- demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa.  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.(Al-Mursalāt [77]:8-20).
     Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa    makna ayat   وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ  -- “dan apabila rasul-rasul didatangkan  pada waktu yang ditentukan,” yaitu ketika seorang pembaharu samawi yakni Rasul Allah datang dengan kekuatan dan jiwa  para    Rasul Allah,   seolah-olah memakai jubah-jubah mereka, yakni kedatangan Rasul Akhir Zaman  dari kalangan umat Islam (QS.61:10),  yang atas perintah Allah Swt. mendakwakan diri sebagai kedatangan kedua kali para Rasul Allah dari   setiap agama dengan nama yang berlainan.

Sunnatullah yang Berulang

     Di Akhir Zaman ini orang yang mendakwakan sebagai Rasul Akhir Zaman atau Al-Masih Mau’ud a.s. yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama  hanyalah Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah. Dan  sesuai dengan Sunnatullah berkenaan dengan Rasul-rasul Allah sebelumnya – termasuk Nabi Besar Muhammad saw. -- maka beliau a.s. pun mendapat reaksi penentangan yang sangat keras dan zalim dari berbagai pihak, seakan-akan “kaum-kaum purbakala  yang telah menentang para Rasul Allah yang diutus kepada mereka telah bangkit kembali, firman-Nya:
لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾  لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾  وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾  اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Hingga hari apakah ditangguhkan? لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ --  hingga Hari Keputusan. وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ --  dan apa yang engkau ketahui mengenai Hari Keputusan itu? وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ  --  celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.    اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ  --   Tidakkah Kami telah  membinasakan kaum-kaum dahulu?  ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ  -- kemudian  Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian.  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ  -- demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa.  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ --  Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.(Al-Mursalāt [77]:13-20).
         Dengan demikian jelaslah,  bahwa yang dimaksud dengan Rasul Allah dalam ayat berikut ini yang akan mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman atas semua agama pada hakikatnya merupakan kedatangan kedua kali secara ruhani para Rasul Allah  yang telah diutus para umat beragama  sebelumnya, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaff [61]:10).
         Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.), sebab di zaman beliau   -- yakni di Akhir Zaman ini --  semua agama muncul dan keunggulan Islam  yang kedua kali di atas semua agama akan menjadi kepastian.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  25 November    2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar