بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 373 (Tamat)
Pengulangan Kisah Monumental
“Adam,
Malaikat dan Iblis” di Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai Hari Perhitungan, ketika seluruh kaum layak menerima ganjaran atau azab Ilahi sesuai dengan amal perbuatan mereka. Hari
Perhitungan akan datang kepada setiap
orang, masyarakat, dan bangsa dalam kehidupan di dunia ini juga,
yakni as-Sā’ah (Kiamat), ketika ajal (jangka waktu) suatu kaum telah berakhir dan digantikan dengan “kaum terpilih” berikutnya (QS.7:35-37; QS.5:55-57; QS,62:3-5).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
ہٰذَا ؕ
وَ اِنَّ
لِلطّٰغِیۡنَ لَشَرَّ مَاٰبٍ ﴿ۙ﴾ جَہَنَّمَ ۚ
یَصۡلَوۡنَہَا ۚ فَبِئۡسَ الۡمِہَادُ ﴿﴾ ہٰذَا ۙ
فَلۡیَذُوۡقُوۡہُ حَمِیۡمٌ وَّ غَسَّاقٌ
﴿ۙ﴾ وَّ اٰخَرُ مِنۡ شَکۡلِہٖۤ اَزۡوَاجٌ ﴿ؕ﴾
Inilah untuk orang-orang beriman. Dan sesungguhnya untuk orang-orang durhaka benar-benar seburuk-buruk tempat-kembali, yaitu
neraka Jahannam, mereka akan masuk ke dalamnya, maka alangkah
buruknya tempat tinggal itu! Inilah
balasan mereka, maka mereka merasakannya, cairan mendidih dan minuman sangat dingin yang berbau busuk. Dan berbagai
macam lainnya yang serupa dengannya. (Shād [38]:56-59).
Penghuni neraka
akan disuruh minum air yang sangat panas atau sangat dingin. Karena mereka tidak memfaedahkan dengan sebaik-baiknya kemampuan mereka yang dianugerahkan
Allah Swt. dan menggunakannya sampai batas-batas
maksimum serta tidak mengambil jalan-tengah
yang sehat, maka mereka akan disuruh
minum air yang sangat panas atau air yang sangat dingin.
Saling Hujat dan
Saling Laknat
Di
samping arti yang diberikan dalam terjemahan ayat -- “Dan
berbagai macam lainnya yang serupa
dengannya” -- ayat وَّ اٰخَرُ مِنۡ شَکۡلِہٖۤ اَزۡوَاجٌ dapat juga
berarti “Dan seperti mereka akan ada
rombongan-rombongan lain dengan corak yang sama.” (QS.7:39-40;
QS.39:72-73), sebagaimana dikemukakan dalam ayat selanjutnya:
ہٰذَا
فَوۡجٌ مُّقۡتَحِمٌ مَّعَکُمۡ ۚ لَا
مَرۡحَبًۢا بِہِمۡ ؕ اِنَّہُمۡ صَالُوا النَّارِ ﴿﴾ قَالُوۡا بَلۡ اَنۡتُمۡ ۟ لَا مَرۡحَبًۢا بِکُمۡ ؕ
اَنۡتُمۡ قَدَّمۡتُمُوۡہُ لَنَا ۚ فَبِئۡسَ الۡقَرَارُ ﴿﴾ قَالُوۡا رَبَّنَا
مَنۡ قَدَّمَ لَنَا ہٰذَا فَزِدۡہُ عَذَابًا ضِعۡفًا فِی النَّارِ ﴿﴾
Mereka ini adalah فَوۡجٌ مُّقۡتَحِمٌ مَّعَکُمۡ -- rombongan yang masuk berdesakan beserta
kamu. لَا مَرۡحَبًۢا بِہِمۡ ؕ اِنَّہُمۡ صَالُوا النَّارِ -- tidak ada sambutan selamat datang bagi mereka, sesungguhnya mereka akan
masuk ke dalam Api. قَالُوۡا بَلۡ اَنۡتُمۡ ۟ لَا
مَرۡحَبًۢا بِکُمۡ -- Mereka
berkata: “Tidak, bahkan kamulah yang tidak ada sambutan selamat datang bagi kamu.
اَنۡتُمۡ قَدَّمۡتُمُوۡہُ لَنَا -- kamulah yang telah menyiapkannya bagi kami.” فَبِئۡسَ
الۡقَرَارُ -- maka
alangkah buruknya tempat tinggal
itu! قَالُوۡا
رَبَّنَا مَنۡ قَدَّمَ لَنَا ہٰذَا فَزِدۡہُ عَذَابًا ضِعۡفًا فِی النَّارِ -- Mereka berkata: “Hai
Rabb (Tuhan) kami, barangsiapa yang telah menyediakan ini bagi
kami, فَزِدۡہُ عَذَابًا ضِعۡفًا فِی النَّارِ -- maka tambahkanlah
kepadanya azab yang aberlipat-ganda dalam Api.” (Shād [38]:60-62).
Ketika para pemimpin kekafiran melihat serombongan pengikut mereka datang ke neraka,
mereka akan diberitahu, bahwa serombongan pengikut
mereka pun akan masuk ke dalam api
bersama-sama mereka. Karena pengikut-pengikut mereka buru memburu mengikuti para pemimpin
kekafiran tersebut dengan membabi-buta
dan tanpa panjang pikir lagi menolak kebenaran yang dibawa Rasul Allah maka mereka akan memasuki
neraka berdesak-desakan, itulah makna ayat ہٰذَا فَوۡجٌ
مُّقۡتَحِمٌ مَّعَکُمۡ ۚ لَا مَرۡحَبًۢا
بِہِمۡ -- inilah rombongan yang masuk berdesakan beserta
kamu. لَا مَرۡحَبًۢا بِہِمۡ ؕ اِنَّہُمۡ صَالُوا النَّارِ -- tidak ada sambutan selamat datang bagi mereka, sesungguhnya mereka akan
masuk ke dalam Api.”
Para pengikut pemimpin-pemimpin keingkaran akan mengutuk para pemimpin mereka dengan kata-kata itu. Jadi, para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin akan kutuk-mengutuk: قَالُوۡا بَلۡ اَنۡتُمۡ ۟ لَا
مَرۡحَبًۢا بِکُمۡ -- mereka
berkata: “Tidak, bahkan kamulah yang tidak ada sambutan selamat datang bagi kamu.
اَنۡتُمۡ قَدَّمۡتُمُوۡہُ لَنَا -- kamulah yang telah menyiapkannya bagi kami, maka tambahkanlah kepadanya azab yang
berlipat-ganda dalam Api.”
Masuk Ke Dalam Neraka
Jahannam Berdesakan
Telah menjadi fitrat manusia bahwa bila manusia dihadapkan kepada akibat-akibat buruk perbuatannya, ia
berusaha melemparkan tuduhan kepada
orang lain. Tepat seperti itulah umumnya diperbuat orang-orang bersalah ketika mereka berhadapan dengan akibat-akibat perbuatan buruk mereka
yang mengerikan itu.
Para pengikut pemimpin-pemimpin kekafiran akan berseru supaya kutukan Tuhan menimpa para pemimpin
mereka dahulu: قَالُوۡا رَبَّنَا مَنۡ قَدَّمَ
لَنَا ہٰذَا فَزِدۡہُ عَذَابًا ضِعۡفًا فِی النَّارِ -- mereka berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, barangsiapa yang telah menyediakan ini bagi kami, فَزِدۡہُ عَذَابًا ضِعۡفًا فِی النَّارِ -- maka tambahkanlah kepadanya azab yang berlipat-ganda dalam Api.”
Ada
yang menarik dari firman Allah Swt. dalam Surah Shād [38]:60-62 sebelumnya yaitu ayat: ہٰذَا فَوۡجٌ
مُّقۡتَحِمٌ مَّعَکُمۡ ۚ لَا مَرۡحَبًۢا
بِہِمۡ ؕ اِنَّہُمۡ صَالُوا النَّارِ -- mereka ini adalah فَوۡجٌ مُّقۡتَحِمٌ مَّعَکُمۡ -- rombongan yang masuk berdesakan beserta
kamu. لَا مَرۡحَبًۢا بِہِمۡ ؕ اِنَّہُمۡ صَالُوا النَّارِ -- tidak ada sambutan selamat datang bagi mereka, sesungguhnya mereka akan
masuk ke dalam Api.”
Senada dengan pernyataan Allah Swt. tersebut
dalam Surah lain Allah Swt. berfirman mengenai perlakuan keras terhadap para calon
penghuni neraka jahannam, firman-Nya:
اِنَّ
عَذَابَ رَبِّکَ لَوَاقِعٌ ۙ﴿﴾ مَّا لَہٗ
مِنۡ دَافِعٍ ۙ﴿﴾ یَّوۡمَ تَمُوۡرُ السَّمَآءُ مَوۡرًا ۙ﴿﴾ وَّ تَسِیۡرُ الۡجِبَالُ سَیۡرًا ﴿ؕ﴾ فَوَیۡلٌ
یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ
﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ ہُمۡ فِیۡ خَوۡضٍ یَّلۡعَبُوۡنَ ﴿ۘ﴾ یَوۡمَ
یُدَعُّوۡنَ اِلٰی نَارِ جَہَنَّمَ دَعًّا ﴿ؕ﴾ ہٰذِہِ
النَّارُ الَّتِیۡ کُنۡتُمۡ بِہَا تُکَذِّبُوۡنَ ﴿﴾ اَفَسِحۡرٌ ہٰذَاۤ
اَمۡ اَنۡتُمۡ لَا تُبۡصِرُوۡنَ
﴿ۚ﴾ اِصۡلَوۡہَا فَاصۡبِرُوۡۤا اَوۡ لَا
تَصۡبِرُوۡا ۚ سَوَآءٌ عَلَیۡکُمۡ
ؕ اِنَّمَا تُجۡزَوۡنَ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
azab Rabb (Tuhan) engkau niscaya akan terjadi.
Sekali-kali tidak ada yang dapat menghindarkannya, yaitu pada Hari
ketika langit bergoncang-goncang, dan gunung-gunung
berjalan dengan cepat. Maka celakalah
pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan,
الَّذِیۡنَ ہُمۡ فِیۡ خَوۡضٍ یَّلۡعَبُوۡنَ -- yaitu
orang-orang yang bermain-main dalam percakapan
kosong. یَوۡمَ یُدَعُّوۡنَ اِلٰی نَارِ
جَہَنَّمَ دَعًّا -- Hari ketika mereka akan didorong
ke dalam Api Jahannam dengan
dorongan keras. ہٰذِہِ النَّارُ الَّتِیۡ کُنۡتُمۡ
بِہَا تُکَذِّبُوۡنَ -- Dikatakan: “Inilah Api yang kamu senantiasa mendustakannya.
اَفَسِحۡرٌ ہٰذَاۤ
اَمۡ اَنۡتُمۡ لَا تُبۡصِرُوۡنَ -- maka apakah ini sihir ataukah kamu
tidak melihat? اِصۡلَوۡہَا فَاصۡبِرُوۡۤا اَوۡ
لَا تَصۡبِرُوۡا ۚ سَوَآءٌ عَلَیۡکُمۡ -- masuklah
kamu ke dalamnya, maka kamu bersabar
ataupun tidak bersabar sama saja bagi kamu, اِنَّمَا تُجۡزَوۡنَ
مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ -- sesungguhnya
kamu dibalas sesuai apa
yang kamu kerjakan.” (Ath-Thūr [52]:8-17).
“Hari
Perhitungan” di Dunia
Makna ayat یَّوۡمَ تَمُوۡرُ
السَّمَآءُ مَوۡرًا -- pada
Hari ketika langit bergoncang-goncang”,
yaitu pada hari itu semua kekuatan Samawi
akan bekerja membantu Nabi Besar
Muhammad saw. Demikianlah hal itu telah terjadi pada Hari Pertempuran Badar.
Sedangkan makna ayat وَّ تَسِیۡرُ الۡجِبَالُ سَیۡرًا -- “dan
gunung-gunung berjalan dengan cepat,”
bahwa pada hari
pembalasan itu para pemimpin
orang-orang kafir akan menjumpai nasib
menyedihkan, mereka akan dibuat berantakan
seperti sekam ditiup angin. Dalam Perang
Badar Abu jahal dan tujuh pemimpin kaum kafir Quraisy lainnya mati terbunuh
dan mayat mereka diseret
pada jambulnya lalu dimasukkan ke
dalam sebuah lobang kuburan, sesuai
firman-Nya dalam QS.96:10-20. Atau, ayat
وَّ تَسِیۡرُ الۡجِبَالُ سَیۡرًا -- “dan
gunung-gunung berjalan dengan cepat,”
ini
dapat diartikan bahwa kerajaan-kerajaan
besar pada masa itu akan dipatahkan dan diporakporandakan oleh perjuangan
suci Nabi Besar Muhammad saw.
Jadi, ayat ini dan ayat
sebelumnya memberikan isyarat halus
kepada kelahiran orde baru atau tertib baru atau
“langit baru” dan “bumi baru” (QS.14:49-53) yang menggantikan orde
lama yang telah menjadi usang dan lapuk, serta akan disapu bersih.
Ayat-ayat ini dapat ditujukan juga kepada Yaumil Hisab, ialah, Hari Peradilan.
Ayat یَوۡمَ یُدَعُّوۡنَ
اِلٰی نَارِ جَہَنَّمَ دَعًّا -- “ Hari ketika mereka akan didorong ke dalam Api Jahannam dengan dorongan
keras.” menggambarkan keadaan orang-orang
kafir sesudah kejahatan mereka terbukti sepenuhnya dan kesempatan bertobat telah
berIalu karena tidak ada alasan serta helah yang dapat mereka kemukakan, sehingga mereka didorong dengan keras ke
dalam neraka jahannam, dan keadaan mereka “berdesak-desakan”,
firman-Nya: ہٰذَا فَوۡجٌ مُّقۡتَحِمٌ مَّعَکُمۡ
ۚ لَا مَرۡحَبًۢا بِہِمۡ ؕ اِنَّہُمۡ صَالُوا النَّارِ -- mereka ini adalah فَوۡجٌ مُّقۡتَحِمٌ مَّعَکُمۡ -- rombongan yang masuk berdesakan beserta
kamu. لَا مَرۡحَبًۢا
بِہِمۡ ؕ اِنَّہُمۡ صَالُوا النَّارِ -- tidak ada sambutan selamat datang bagi mereka, sesungguhnya mereka akan
masuk ke dalam Api.” (Shād [38]:60).
“Berita Besar” Pengutusan Para Rasul
Allah
Selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai percakapan para
penghuni neraka jahannam tersebut
berkenaan dengan para pengikut Rasul Allah yang mereka dustakan:
وَ قَالُوۡا
مَا لَنَا لَا نَرٰی رِجَالًا کُنَّا نَعُدُّہُمۡ مِّنَ الۡاَشۡرَارِ ﴿ؕ﴾ اَتَّخَذۡنٰہُمۡ
سِخۡرِیًّا اَمۡ زَاغَتۡ عَنۡہُمُ الۡاَبۡصَارُ ﴿﴾ اِنَّ ذٰلِکَ
لَحَقٌّ تَخَاصُمُ اَہۡلِ النَّارِ ﴿٪﴾
Dan ahli
neraka berkata: “Apa yang terjadi
dengan kami sehingga kami tidak
melihat orang-orang yang kami duga
termasuk orang-orang buruk? Apakah
karena kami telah memperolok-olok mereka, ataukah mata kami menyimpang
dari melihat mereka?” Sesungguhnya itu pasti
terjadi, yaitu pertengkaran ahli neraka. (Shād
[38]:63-65).
Para penghuni
neraka akan saling bertanya, “Apakah
gerangan yang terjadi atas diri kita ini sehingga kita tidak melihat di sini
orang-orang yang kita anggap tidak berarti dan kita cemoohkan itu dalam
kehidupan di dunia. Tidak layakkah mereka kita ejek, ataukah mereka
sungguh-sungguh orang-orang baik dan kudus, ataukah mereka itu ada di neraka,
tetapi kita tidak melihat mereka?”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi
Besar Muhammad saw. mengenai tugas
beliau saw. sebagai “pemberi peringatan”:
قُلۡ اِنَّمَاۤ
اَنَا مُنۡذِرٌ ٭ۖ وَّ مَا مِنۡ
اِلٰہٍ اِلَّا اللّٰہُ الۡوَاحِدُ
الۡقَہَّارُ ﴿ۚ﴾ رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا
الۡعَزِیۡزُ الۡغَفَّارُ ﴿﴾ قُلۡ ہُوَ نَبَؤٌا عَظِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ اَنۡتُمۡ
عَنۡہُ مُعۡرِضُوۡنَ ﴿﴾ مَا کَانَ لِیَ مِنۡ عِلۡمٍۭ بِالۡمَلَاِ الۡاَعۡلٰۤی اِذۡ یَخۡتَصِمُوۡنَ ﴿﴾ اِنۡ یُّوۡحٰۤی اِلَیَّ اِلَّاۤ
اَنَّمَاۤ اَنَا نَذِیۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Katakanlah:
“Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, dan
sekali-kali tidak ada tuhan selain Allah Yang Maha Esa, Maha
Unggul. Rabb (Tuhan) seluruh langit, bumi, dan apa pun yang ada di antara
keduanya, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Pengampun.” قُلۡ ہُوَ نَبَؤٌا عَظِیۡمٌ -- katakanlah: “Itu
adalah berita besar, اَنۡتُمۡ عَنۡہُ مُعۡرِضُوۡنَ -- yang darinya kamu berpaling. مَا کَانَ
لِیَ مِنۡ عِلۡمٍۭ بِالۡمَلَاِ
الۡاَعۡلٰۤی اِذۡ یَخۡتَصِمُوۡنَ -- Aku sekali-kali tidak memiliki pengetahuan
apa pun mengenai بِالۡمَلَاِ الۡاَعۡلٰۤی -- dewan
malaikat agung ketika mereka
sedang berbahas. Tidak diwahyukan kepadaku melainkan bahwa
sesungguhnya aku adalah seorang pemberi
peringatan yang nyata.” (Shād
[38]:66-71).
Naba’
dalam ayat قُلۡ ہُوَ
نَبَؤٌا عَظِیۡمٌ -- katakanlah:
“Itu adalah berita besar, اَنۡتُمۡ عَنۡہُ مُعۡرِضُوۡنَ -- yang darinya kamu berpaling,” berarti: suatu pemberitahuan; suatu
pengumuman yang sangat penting; amanat; atau khabar yang memenuhi hati
seseorang dengan ketakutan (Lexicon Lane).
Kata-kata, “berita besar” mungkin menunjuk kepada peristiwa agung waktu Al-Quran
turun (diwahyukan) atau kepada kedatangan Nabi Besar Muhammad saw., yang disebut
Lailatul Qadar (Malam Takdir –
QS.97:1-6; atau “Malam penuh berkat”
QS.44:1-9).
Nabi Besar Muhammad Saw. “Khalifah
Allah” (Adam) Paling Sempurna
Makna
ayat مَا کَانَ لِیَ مِنۡ عِلۡمٍۭ بِالۡمَلَاِ الۡاَعۡلٰۤی اِذۡ یَخۡتَصِمُوۡنَ -- Aku
sekali-kali tidak memiliki pengetahuan apa pun mengenai بِالۡمَلَاِ الۡاَعۡلٰۤی -- dewan malaikat agung ketika mereka
sedang berbahas.” Dari QS.2:31 dan
dari hadits nampak, bahwa bila Allah Swt. menakdirkan
untuk membangkitkan seorang Rasul Allah
di bumi,
Dia menyatakan kehendak-Nya kepada para malaikat yang terdekat kepada-Nya.
Mereka memperbincangkan hal yang penting itu di kalangan mereka.
Para malaikat itu diisyaratkan sebagai Dewan Agung, dan Nabi Besar Muhammad saw. digambarkan mengatakan bahwa beliau saw.
tidak tahu apa yang sedang diperbincangkan dan diperdebatkan di langit, tentang hal beliau saw. akan diserahi tugas besar dari Allah Swt..
Jadi,
“dialog” yang terjadi antara Allah
Swt. dengan para malaikat dalam berbagai “kisah monumental Adam, – Malaikat dan Iblis” pada hakikatnya mengisyaratkan
kepada Sunnatullah pengutusan para Rasul Allah di kalangan umat
manusia sebagai Khalifah Allah
(wakil Allah) di muka bumi -- terutama Nabi Besar Muhammad saw. -- guna menciptakan “langit baru dan bumi baru”
apabila kesesatan telah merebak di
kalangan umat manusia termasuk di
kalangan umat beragama (QS.30:42-46).
Itulah hubungan antara pembahasan
di kalangan “dewan malaikat”
dengan ayat selanjutnya mengenai “kisah monumental Adam, – Malaikat dan Iblis”, firman-Nya:
اِذۡ قَالَ
رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ
خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنۡ طِیۡنٍ ﴿﴾ فَاِذَا سَوَّیۡتُہٗ
وَ نَفَخۡتُ فِیۡہِ مِنۡ رُّوۡحِیۡ فَقَعُوۡا
لَہٗ سٰجِدِیۡنَ ﴿﴾ فَسَجَدَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ کُلُّہُمۡ
اَجۡمَعُوۡنَ ﴿ۙ﴾ اِلَّاۤ
اِبۡلِیۡسَ ؕ اِسۡتَکۡبَرَ وَ کَانَ مِنَ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Ingatlah ketika Rabb (Tuhan) engkau berfirman kepada malaikat: اِنِّیۡ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنۡ
طِیۡنٍ -- sesungguhnya
Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat, فَاِذَا سَوَّیۡتُہٗ وَ نَفَخۡتُ فِیۡہِ مِنۡ رُّوۡحِی -- lalu apabila Aku
telah menyempurnakannya dan telah meniupkan
wahyu-Ku ke dalamnya فَقَعُوۡا لَہٗ سٰجِدِیۡنَ -- maka
kamu harus menyungkur dengan bersujud
kepadanya.” فَسَجَدَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ
کُلُّہُمۡ اَجۡمَعُوۡنَ -- maka seluruh malaikat
pun bersujud semuanya, اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ اِسۡتَکۡبَرَ وَ کَانَ مِنَ
الۡکٰفِرِیۡنَ -- kecuali
iblis. Ia sombong, dan ia termasuk
orang-orang kafir. (Shād [38]:72-75).
Bila
seorang Rasul Allah dibangkitkan di dunia, para malaikat diperintahkan membantu beliau dalam melicinkan perjuangan beliau dan menjadikan segala rencana jahat dan sekongkolan musuh-musuh beliau gagal
dan sia-sia, itulah makna lain dari “sujudnya” para malaikat kepada Adam
(Khalifah Allah -- QS. 72:27-29).
“Manusia-manusia Malaikat”
dan “Manusia-manusia Iblis”
Makna lain dari ayat فَسَجَدَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ
کُلُّہُمۡ اَجۡمَعُوۡنَ -- maka seluruh malaikat
pun bersujud semuanya” selain tertuju kepada para malaikat, juga kepada orang-orang yang
bersifat malaikat. Sedangkan
ayat makna iblis dalam ayat اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ اِسۡتَکۡبَرَ وَ کَانَ مِنَ
الۡکٰفِرِیۡنَ -- kecuali
iblis. Ia sombong, dan ia termasuk
orang-orang kafir” mengisyaratkan kepada para penentang Rasul Allah yang bersikap takabbur seperti iblis,
sebagaimana firman-Nya:
قَالَ
یٰۤاِبۡلِیۡسُ مَا مَنَعَکَ اَنۡ تَسۡجُدَ لِمَا خَلَقۡتُ بِیَدَیَّ ؕ
اَسۡتَکۡبَرۡتَ اَمۡ کُنۡتَ مِنَ
الۡعَالِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ اَنَا
خَیۡرٌ مِّنۡہُ ؕ خَلَقۡتَنِیۡ مِنۡ نَّارٍ وَّ خَلَقۡتَہٗ
مِنۡ طِیۡنٍ ﴿﴾ قَالَ
فَاخۡرُجۡ مِنۡہَا فَاِنَّکَ رَجِیۡمٌ ﴿ۚۖ﴾ وَّ اِنَّ عَلَیۡکَ
لَعۡنَتِیۡۤ اِلٰی یَوۡمِ الدِّیۡنِ ﴿﴾
Dia
berfirman: “Hai iblis, apakah yang telah melarang engkau sujud
kepada apa yang telah Aku ciptakan
dengan kedua tangan-Ku? Apakah engkau sombong atau engkau termasuk
orang-orang yang tinggi?” قَالَ اَنَا خَیۡرٌ مِّنۡہُ ؕ خَلَقۡتَنِیۡ مِنۡ نَّارٍ وَّ خَلَقۡتَہٗ
مِنۡ طِیۡنٍ -- Ia (iblis) berkata: “Aku lebih baik daripada dia. Engkau
telah menciptakan aku dari api
sedangkan dia telah Engkau ciptakan dari
tanah liat.” قَالَ فَاخۡرُجۡ مِنۡہَا فَاِنَّکَ رَجِیۡمٌ -- Dia berfirman: “Maka keluarlah
engkau darinya, karena sesung-guhnya engkau terusir, وَّ اِنَّ عَلَیۡکَ لَعۡنَتِیۡۤ
اِلٰی یَوۡمِ الدِّیۡنِ -- dan
sesungguhnya, laknat-Ku menimpa atas engkau sampai Hari Pembalasan.” (Shād [38]:76-79).
Kata-kata, “dengan kedua tangan-Ku,” dalam
ayat یٰۤاِبۡلِیۡسُ مَا مَنَعَکَ اَنۡ تَسۡجُدَ لِمَا
خَلَقۡتُ بِیَدَیَّ -- ““Hai
iblis, apakah yang telah melarang
engkau sujud kepada apa yang telah Aku ciptakan dengan kedua
tangan-Ku?” berarti “Aku
telah menjadikan dia supaya menampakkan
di dalam dirinya segala Sifat-Ku.”
Para
penentang Rasul
Allah senantiasa menganggap diri mereka lebih jaya daripada Rasul Allah dalam kekuasaan, kedudukan, dan pamor.
Dirasakan oleh mereka seperti melukai
rasa keangkuhannya untuk bai’at
di tangan orang yang dianggap mereka sama dengan atau bahkan lebih rendah daripada mereka sendiri. Itulah
makna jawaban takabbur Iblis: قَالَ اَنَا خَیۡرٌ
مِّنۡہُ ؕ خَلَقۡتَنِیۡ مِنۡ
نَّارٍ وَّ خَلَقۡتَہٗ مِنۡ
طِیۡنٍ -- Ia
(iblis) berkata: “Aku lebih baik
daripada dia. Engkau telah menciptakan aku dari api sedangkan dia telah Engkau ciptakan dari tanah liat.”
Terusir dari “Surga
Keridhaan” Allah Swt. & Penghuni “Surga
Keridhaan” Allah Swt.
Kata
pengganti hā dalam ungkapan min-hā
dalam ayat قَالَ فَاخۡرُجۡ مِنۡہَا
فَاِنَّکَ رَجِیۡمٌ -- Dia berfirman: “Maka keluarlah
engkau darinya, karena sesung-guhnya engkau terusir”, tidak mengisyaratkan kepada surga sesudah manusia mengelami kematian,
sebab surga di akhirat
itu tempat yang syaitan tidak mungkin
dapat masuk ke sana dan tidak ada seorang pun yang sudah masuk ke dalamnya dikeluarkan
lagi (QS.15:49).
Jadi, Kata pengganti itu (min-hā)
menunjuk kepada keadaan sebelum
kedatangan seorang Rasul Allah,
ketika orang-orang pada lahirnya nampak hidup
sejahtera dan keadaan itu dalam Al-Quran dilukiskan sebagai jannah
(surga), sebagaimana firman-Nya mengenai Fir’aun,
yang merupakan “penjelmaan Iblis” di
zaman Nabi Musa a.s. (QS.43:52-57;
QS.26:53-69; QS.44:24-30), sebagaimana permintaan pemberian tangguh
yang diajukan iblis kepada
Allah Swt., firman-Nya:
قَالَ رَبِّ
فَاَنۡظِرۡنِیۡۤ اِلٰی یَوۡمِ یُبۡعَثُوۡنَ
﴿﴾ قَالَ فَاِنَّکَ مِنَ
الۡمُنۡظَرِیۡنَ ﴿ۙ﴾ اِلٰی یَوۡمِ الۡوَقۡتِ الۡمَعۡلُوۡمِ ﴿﴾ قَالَ فَبِعِزَّتِکَ
لَاُغۡوِیَنَّہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۙ﴾ اِلَّا عِبَادَکَ
مِنۡہُمُ الۡمُخۡلَصِیۡنَ ﴿﴾
Ia berkata:
“Tuhan-ku, jika demikian berilah aku tangguh, hingga hari
mereka dibangkitkan.” Dia
berfirman: ”Maka
sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang diberi tangguh, hingga hari
yang waktunya telah ditentukan.” Ia (iblis) berkata: “Maka demi kemuliaan Engkau, niscaya akan
aku sesatkan semuanya, kecuali
hamba-hamba Engkau yang tulus ikhlas
di antara mereka.” (Shād [38]:80-84).
Makna “hari mereka dibangkitkan” dalam ayat قَالَ رَبِّ فَاَنۡظِرۡنِیۡۤ اِلٰی
یَوۡمِ یُبۡعَثُوۡنَ -- Ia (iblis) berkata, “Tuhan-ku, jika
demikian berilah aku tangguh, hingga
hari mereka dibangkitkan,” mengisyaratkan kepada kelahiran
ruhani manusia kedua kali — ketika telah mencapai tingkatan “nafs
muthmainnah” (jiwa yang berada dalam ketenteraman) — ia menjadi kebal terhadap kemerosotan ruhani, sebab di dunia ini juga secara ruhani mereka
telah berada dalam “surga keridhaan”
Allah Swt, firman-Nya:
یٰۤاَیَّتُہَا
النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿٭ۖ﴾ ارۡجِعِیۡۤ اِلٰی
رَبِّکِ رَاضِیَۃً مَّرۡضِیَّۃً
﴿ۚ﴾ فَادۡخُلِیۡ
فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ﴾ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪﴾
Hai jiwa yang tenteram! Kembalilah kepada Rabb (Tuhan) eng-kau, engkau
ridha kepada-Nya dan Dia pun
ridha kepada engkau. فَادۡخُلِیۡ فِیۡ عِبٰدِیۡ -- maka masuklah
dalam golongan hamba-hamba-Ku,
وَ
ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ -- dan masuklah
ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr [89]:28-31).
Ini merupakan
tingkat perkembangan ruhani tertinggi
ketika manusia ridha kepada Tuhan-nya dan
Tuhan pun ridha kepadanya (QS.58:23).
Pada tingkat ini yang disebut pula tingkat
surgawi, ia menjadi kebal
terhadap segala macam kelemahan akhlak,
diperkuat dengan kekuatan ruhani yang
khusus.
Ia “manunggal” dengan Allah Swt.dan tidak dapat hidup tanpa Dia. Di dunia inilah dan bukan sesudah mati perubahan
ruhani besar terjadi di dalam dirinya, dan di dunia inilah dan bukan di
tempat lain jalan dibukakan baginya untuk masuk ke surga.
“Dialog” Penggambaran Tentang “Keadaan”
atau “Sunnatullah”
Ada pun makna kalimat “hari yang waktunya telah ditentukan” dalam ayat “Dia
berfirman: ”Maka
sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang diberi tangguh, اِلٰی یَوۡمِ الۡوَقۡتِ الۡمَعۡلُوۡمِ -- hingga hari
yang waktunya telah ditentukan,” mengisyaratkan saat ketika akhirnya kebenaran
menang atas kepalsuan dan para pembela kepalsuan dihancurkan sama
sekali (QS.17:82; QS.21:19; QS.34:50), sebagaimana firman-Nya:
کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَ
رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ قَوِیٌّ
عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Allah telah
menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang.” Sesungguhnya
Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujadilah [58]:22).
Lihat pula QS.9:63.
Ada tersurat nyata
pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran (haqq) senantiasa menang terhadap kepalsuan (bathil). Dengan demikian benarlah pengecualian iblis dalam ayat selanjutnya: قَالَ فَبِعِزَّتِکَ لَاُغۡوِیَنَّہُمۡ
اَجۡمَعِیۡنَ -- “Maka demi kemuliaan Engkau, niscaya akan aku sesatkan semuanya, اِلَّا عِبَادَکَ
مِنۡہُمُ الۡمُخۡلَصِیۡنَ -- kecuali hamba-hamba
Engkau yang tulus ikhlas di antara mereka.” Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قَالَ فَالۡحَقُّ ۫ وَ الۡحَقَّ اَقُوۡلُ ﴿ۚ﴾ لَاَمۡلَـَٔنَّ
جَہَنَّمَ مِنۡکَ وَ مِمَّنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ
اَجۡمَعِیۡنَ ﴿﴾قُلۡ مَاۤ اَسۡـَٔلُکُمۡ عَلَیۡہِ مِنۡ اَجۡرٍ وَّ مَاۤ اَنَا مِنَ الۡمُتَکَلِّفِیۡنَ ﴿﴾ اِنۡ ہُوَ
اِلَّا ذِکۡرٌ لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَتَعۡلَمُنَّ
نَبَاَہٗ بَعۡدَ حِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dia berfirman: “Maka hakikatnya kebenaranlah yang Aku firmankan
bahwa لَاَمۡلَـَٔنَّ
جَہَنَّمَ مِنۡکَ وَ مِمَّنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ
اَجۡمَعِیۡنَ -- niscaya Aku akan memenuhi Jahannam dengan engkau dan dengan semua orang yang meng-ikuti engkau.” قُلۡ مَاۤ اَسۡـَٔلُکُمۡ عَلَیۡہِ مِنۡ اَجۡرٍ وَّ مَاۤ اَنَا مِنَ الۡمُتَکَلِّفِیۡنَ -- Katakanlah: “Aku sekali-kali tidak meminta kepada kamu upah apa pun atas da'wah itu, dan aku sekali-kali bukanlah orang-orang yang
berpura-pura. اِنۡ ہُوَ اِلَّا
ذِکۡرٌ لِّلۡعٰلَمِیۡنَ -- Ia, Al-Quran, tidak lain melainkan suatu
peringatan untuk seluruh alam. وَ لَتَعۡلَمُنَّ
نَبَاَہٗ بَعۡدَ حِیۡنٍ -- dan niscaya kamu
akan mengetahui beritanya sesudah suatu masa.” (Shād [38]:85-89).
Percakapan antara Allah Swt. dan iblis
tidak mengisyaratkan kepada suatu percakapan
yang sungguh-sungguh telah terjadi, melainkan percakapan itu menampilkan dalam bahasa kiasan keadaan segala
sesuatu seperti adanya pada saat ketika
seorang nabi Allah dibangkitkan.
Pengulangan “Kisah Monumental Adam,
Malaikat dan Iblis” di Akhir Zaman
“Manusia” (basyaran) yang disebut dalam ayat 72 itu khususnya yang dimaksudkan
ialah seorang nabi Allah pada zaman itu, dan iblis menampakkan sifat orang-orang durjana dan berpikiran buruk yang menentang beliau dan berusaha merintangi serta memperlambat kemajuan tugas yang dilaksanakan beliau (QS.22:53-55).
Dalam ayat
قُلۡ مَاۤ اَسۡـَٔلُکُمۡ عَلَیۡہِ
مِنۡ اَجۡرٍ وَّ مَاۤ اَنَا مِنَ الۡمُتَکَلِّفِیۡنَ -- Katakanlah: “Aku sekali-kali tidak meminta kepada kamu upah apa pun atas da'wah itu, dan aku sekali-kali bukanlah orang-orang yang
berpura-pura. اِنۡ ہُوَ اِلَّا
ذِکۡرٌ لِّلۡعٰلَمِیۡنَ -- Ia, Al-Quran, tidak lain melainkan suatu
peringatan untuk seluruh alam. وَ لَتَعۡلَمُنَّ
نَبَاَہٗ بَعۡدَ حِیۡنٍ -- dan niscaya kamu
akan mengetahui beritanya sesudah suatu masa,” Nabi
Besar Muhammad saw. dilukiskan
di sini sedang bersabda kepada orang-orang
ingkar bahwa mereka tidak lama lagi akan mengenal kebenaran risalat beliau saw., termasuk di Akhir Zaman ini pada kebangkitan (pengutusan) kedua kali beliau saw. dalam wujud
Al-Masih Mau’ud a.s., yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.,
Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, dalam rangka mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10), firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan
di kalangan bangsa yang buta huruf
seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ -- dan
juga akan membangkitkannya pada
kaum lain dari antara mereka, yang belum
bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
ذٰلِکَ
فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allāh mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah
[62]:3-5).
Firman-Nya
lagi:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai.
(Ash-Shaff
[61]:10).
TAMAT
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 1 Desember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar