بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 370
Dua
Macam Zaman Jahiliyah: di Masa
Awal dan di Akhir Zaman Berupa Merebaknya
Fitnah Al-Masih Dajjal
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai firman Allah Swt. di
dalam Al-Quran tentang kisah-kisah
kaum purbakala yang kepada mereka
Allah Swt. telah mengutus para Rasul Allah -- termasuk kisah Nabi Musa a.s. dengan Fir’aun
-- bahwa hal tersebut bukanlah berarti bahwa Al-Quran merupakan kumpulan “dongeng
kaum-kaum purbakala” yang tanpa makna, sebagaimana yang disangka atau dituduhkan oleh orang-orang yang tidak memahami kesempurnaan Al-Quran (QS.6:26; QS.8:32; QS.16:25; QS.23:84; QS.25:6; QS27:69; QS.46:18; QS.68:16; QS.83:13), melainkan di
dalam kisah-kisah tersebut bukan saja penuh
dengan berbagai petunjuk dan hikmah serta
khazanah-khazanah ilmu-ilmu pengetahuan alam dan ilmu-ilmu
ruhani, bahkan juga di dalamnya terkandung nubuatan-nubuatan
(QS.18:110; QS.31:8), termasuk nubuatan-nubuatan
mengenai kedatangan kedua kali secara ruhani
Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-4), serta kedatangan kedua kali secara
ruhani para rasul Allah lainnya (QS.77:12)
termasuk kedatangan misal
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58),
yaitu dalam rangka mewujudkan kejayaan Islam yang ke dua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10), yakni Mirza
Ghulam Ahmad a.s.. atau Al-Masih Mau’ud a.s., yang dalam kenyataannya pendakwaan beliau sebagai Rasul Akhir Zaman mendapat penentangan keras dan zalim dari berbagai fihak,
seakan-akan di Akhir Zaman ini kaum-kaum purbakala yang dikisahkan
dalam Al-Quran kembali terjadi (berulang) lagi.
Kebangkitan Kembali “Kaum-kaum Purbakala” dan Para Rasul Allah
Mengenai hal tersebut
Allah Swt. berfirman firman-Nya: وَ اِذَا
الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ -- “dan apabila rasul-rasul didatangkan pada
waktu yang ditentukan,” yaitu ketika seorang pembaharu samawi yakni Rasul
Allah datang dengan kekuatan dan jiwa
para Rasul Allah, seolah-olah memakai jubah-jubah mereka, yakni kedatangan Rasul Akhir Zaman dari
kalangan umat Islam (QS.61:10), yang atas perintah
Allah Swt. mendakwakan diri sebagai kedatangan kedua kali para Rasul Allah
dari setiap agama dengan nama yang
berlainan, sebagaimana yang didakwakan
oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. di Akhir
Zaman ini, firman-Nya:
اِنَّمَا
تُوۡعَدُوۡنَ لَوَاقِعٌ ؕ﴿﴾ فَاِذَا النُّجُوۡمُ طُمِسَتۡ ۙ﴿﴾
وَ اِذَا السَّمَآءُ فُرِجَتۡ ۙ﴿﴾ وَ اِذَا الۡجِبَالُ
نُسِفَتۡ ﴿ۙ﴾ وَ اِذَا
الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ﴿ؕ﴾ لِاَیِّ
یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾ لِیَوۡمِ الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾ وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾ وَیۡلٌ
یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾ اَلَمۡ
نُہۡلِکِ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ
نُتۡبِعُہُمُ الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾ کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ
بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ
لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya apa yang telah
dijanjikan kepada kamu niscaya akan
terjadi. Maka
apabila cahaya bintang-bintang
telah pudar, dan apabila langit terbelah, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, وَ اِذَا
الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ﴿ -- dan apabila rasul-rasul didatangkan pada
waktu yang ditentukan. لِاَیِّ یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ -- hingga hari
apakah ditangguhkan? لِیَوۡمِ الۡفَصۡلِ -- Hingga Hari
Keputusan. وَ
مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ
الۡفَصۡلِ -- Dan apa
yang engkau ketahui mengenai Hari
Keputusan itu? وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ
لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- Celakalah
pada hari itu bagi orang-orang yang
mendustakan. اَلَمۡ نُہۡلِکِ
الۡاَوَّلِیۡنَ -- Tidakkah Kami
telah membinasakan kaum-kaum dahulu? ثُمَّ نُتۡبِعُہُمُ
الۡاٰخِرِیۡنَ -- Kemudian
Kami mengikutkan mereka
orang-orang yang datang kemudian. کَذٰلِکَ
نَفۡعَلُ بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ -- demikianlah perlakuan
Kami terhadap orang-orang berdosa. وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ
لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan.(Al-Mursalāt [77]:8-20).
Ada pun alasan nubuatan dalam ayat وَ اِذَا
الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ -- “dan apabila rasul-rasul didatangkan pada
waktu yang ditentukan,” sebab di Akhir Zaman ini seakan-akan “kaum-kaum purbakala” yang kepada mereka
para Rasul Allah telah diutus
(QS.7:35-37) – telah “bangkit”
kembali dengan berbagai jenis keburukan (kejahatan) serta kesesatan yang mereka
lakukan dahulu, firman-Nya: اَلَمۡ نُہۡلِکِ الۡاَوَّلِیۡنَ -- tidakkah
Kami telah membinasakan kaum-kaum dahulu? ثُمَّ نُتۡبِعُہُمُ
الۡاٰخِرِیۡنَ -- Kemudian
Kami mengikutkan mereka
orang-orang yang datang kemudian. کَذٰلِکَ
نَفۡعَلُ بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ -- demikianlah perlakuan
Kami terhadap orang-orang berdosa. وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ
لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan.(Al-Mursalāt [77]:17-20).
Mengisyaratkan kepada
berulangnya masa “kejahiliyah” di Akhir Zaman itu pulalah makna ayat: فَاِذَا
النُّجُوۡمُ طُمِسَتۡ -- “maka apabila cahaya
bintang-bintang telah pudar”
berarti, ketika berbagai malapetaka
hampir menimpa kaum itu. Orang-orang Arab menganggap lenyapnya bintang-bintang sebagai pertanda bencana hampir tiba. Sedangkan makna ayat وَ
اِذَا السَّمَآءُ فُرِجَتۡ -- “dan apabila langit terbelah” yaitu ketika berbagai bencana dan kemalangan menimpa dunia.
Makna ayat ۙ
وَ اِذَا
الۡجِبَالُ نُسِفَتۡ -- “dan apabila gunung-gunung dihancurkan,” yaitu
ketika terjadi perubahan-perubahan besar,
atau ketika orang-orang berkuasa lagi
berpengaruh direndahkan; atau ketika lembaga-lembaga yang telah tua dan usang
dihancurkan sampai ke akar-akarnya.
Pendek kata, ketika seluruh orde yang telah
rusak itu mati.
Dua Kali Pengutusan
Nabi Besar Muhammad Saw. & Dua Macam “Zaman
Jahiliyah”
Sesuai dengan Sunnah Allah Swt. sebelum Dia menurunkan berbagai bentuk azab Ilahi kepada manusia selalu terlebih dahulu diutus Rasul Allah kepada mereka, sehingga tidak akan alasan (helah) bagi manusia untuk menyalahkan Allah Swt.
(QS.17:16-18; QS.20:124-136; QS.28:60), firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan
di kalangan bangsa yang buta huruf
seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ
-- dan juga akan
membangkitkannya pada kaum lain dari
antara mereka, yang belum bertemu
dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allāh
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
Dari Al-Quran dan sabda-sabda Nabi Besar Muhammad saw. diketahui
bahwa ada dia “zaman jahiliyah” yang harus dihadapi oleh Nabi Besar Muhammad
saw., yaitu:
(1) Zaman jahiliyah di masa beliau saw.,
akibat berlalunya waktu yang panjang, baik sehubungan dengan umat-umat beragama sebelum umat
Islam, (QS.5:20; QS.57:17-18); mau pun di kalangan bangsa Arab sendiri, sebab sejak sejak diutusnya Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. kepada mereka Allah Swt. tidak pernah
mengutus seorang rasul Allah pun di
kalangan bangsa Arab (QS.2:128-130).
(2) Al-Quran
mau pun Bible menyatakan bahwa di Akhir Zaman bangsa-bangsa yang disebut Ya’juj (Gog) dan Ma’juj
(Magog) akan dilepaskan dari masa “pemenjaraannya” selama 1000 tahun dan mereka bukan saja akan menguasai dunia dari segi teritorial, tetapi juga dari segi keagamaan (Yehezkiel
38:9 &16-19; Wahyu 2:7-8 &
20:7-10; QS.18:95-102; QS.21:96-99), yaitu bangsa-bangsa
Kristen dari Barat yang bermata biru
(QS.20:103-105).
Nabi Besar Muhammad saw. telah
menyebutkan kesesatan dan kerusakan
dalam bidang akhlak dan ruhani yang ditimbulkan oleh Ya’juj
(Gog) dan Ma’juj (Magog) – yakni bangsa-bangsa Kristen dari Barat yang bermata biru -- di Akhir Zaman ini sebagai
fitnah Dajjal, yang bahkan sering dibaca
umat Islam pada waktu tahiyyat terakhir
pada waktu shalat, sebelum mengucapkan salam,
yakni doa memohon perlindungan Allah Swt. dari azab kubur dan azab neraka serta mohon perindungan-Nya dari fitnah
kehidupan dan fitnah kematian
serta dari fitnah Al-Masih Dajjal.
Dalam bahasa Arab, istilah dajjal lazim digunakan untuk
menyebut “nabi palsu”. Namun, istilah
ad-Dajjal, yang dimaksudkan di
sini merujuk pada sosok “pembohong” yang muncul menjelang dunia berakhir atau kiamat.
Sosok itu juga disebut sebagai al-Masih
ad-Dajjal; yang dimaksudkan di sini adalah “Al-Masih Palsu”. Menurut beberapa sumber, istilah ini berasal dari
istilah Syria, yakni Meshiha
Deghala yang telah menjadi kosakata umum di Timur Tengah selama lebih
dari 400 tahun sebelum Al-Quran diturunkan.
Dalam kamus Lisân al-‘Arab, dikemukakan bahwa Dajjal berasal dari kata dajala,
artinya menutupi. Mengapa dikatakan menutupi? Karena ia adalah pembohong yang akan menutupi segala kebenaran
dengan kebohongan dan kepalsuannya.
Dikatakan “menutupi” karena Dajjal kelak akan menutupi bumi dengan jumlah pengikutnya
yang sangat banyak. Ada juga yang berpendapat bahwa Dajjal kelak akan menutupi
manusia dengan kekafiran atau ingkar terhadap kebenaran yang datangnya dari Allah Swt.
Bahaya “Fitnah Al-Masih
Dajjal”
Dalam
hadits, Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah melihat kami ketika
kami tengah berbincang-bincang. Beliau berkata: “Apa yang kalian
perbincangkan?” Kami menjawab: “Kami sedang berbincang-bincang tentang hari
kiamat.” Beliau berkata: “Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian lihat
sebelumnya sepuluh tanda.” Beliau menyebutkan: “(munculnya) Dukhan (asap), (munculnya) Dajjal, (munculnya) Daabbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya ‘Isa ‘alaihissalam, (munculnya) Ya’juj
dan Ma’juj, dan tiga khusuf (dibenamkan ke dalam bumi) di
timur, di barat, dan di jazirah Arab, yang terakhir adalah api yang keluar dari Yaman mengusir (menggiring) mereka ke tempat
berkumpulnya mereka.” (HR. Muslim).
Nabi-nabi sebelum Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah memperingatkan
umatnya akan keluarnya Dajjal. Diriwayatkan dari Abdullah
bin ‘Umar radhiyallahu 'anhuma, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berdiri di hadapan manusia, menyanjung Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
sanjungan yang merupakan hak-Nya, kemudian menyebut Dajjal dan berkata: “Aku memperingatkan
kalian darinya. Tidaklah ada seorang nabi
kecuali pasti akan memperingatkan
kaumnya tentang Dajjal. Nuh
‘alaihissalam telah memperingatkan
kaumnya. Akan tetapi aku akan sampaikan kepada kalian satu ucapan yang belum
disampaikan para nabi kepada
kaumnya: “Ketahuilah dia (Dajjal) itu buta
sebelah matanya, adapun Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidaklah demikian.” (HR. Ahmad,
Al-Bukhari, Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah aku sampaikan kepada kalian tentang Dajjal yang telah disampaikan oleh para nabi kepada kaumnya? Dia
buta sebelah matanya, membawa sesuatu seperti
surga dan neraka. Yang dia
katakan surga pada hakikatnya adalah
neraka. Aku peringatkan kepada kalian sebagaimana Nabi Nuh ‘alaihissalam memperingatkan kaumnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata “Tidak
ada seorang nabi pun kecuali memperingatkan umatnya dari Dajjal. Buta satu matanya, pendusta. Ketahuilah dia buta. Adapun Rabb kalian tidaklah demikian. Tertulis di antara dua mata Dajjal:
Kaaf faa raa (kafir).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain: “Bisa dibaca oleh semua Mukmin yang bisa baca tulis ataupun tidak.”
(HR. Muslim).
Diriwayatkan dari An-Nawwas bin Sam’an
radhiyallahu 'anhu: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyebutkan
perkara Dajjal pada satu hari. Beliau merendahkan dan kadang
mengeraskan suaranya hingga kami menyangka dia ada di pojok kebun korma. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Selain
Dajjal lebih aku takutkan (menimpa)
kalian, karena jika Dajjal keluar
dan aku masih ada di antara kalian niscaya aku akan menjadi pelindung kalian.
Jika dia keluar ketika aku telah tiada maka setiap Muslim akan menjadi pembela dirinya sendiri. Allah yang akan
menjaminku membela setiap Muslim. Dia adalah seorang pemuda yang sangat
keriting, matanya tidak ada cahayanya, aku mengira dia mirip dengan Abdul ‘Uzza
bin Qathan. Barangsiapa di antara kalian
mendapatinya bacalah awal surat Al-Kahfi. Dia akan keluar dari jalan antara
Syam dan Irak, berjalan ke kiri dan ke kanan. Wahai hamba-hamba Allah,
istiqamahlah.” (HR. Muslim).
Dajjal
adalah manusia yang nyata, dia berasal dari Bani
Adam, bukan suatu lambang, atau simbol, atau suatu kondisi tertentu.
Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari
rahimahullahu (no. 6484) dan Al-Imam Muslim
rahimahullahu (no. 246) dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan pada suatu
hari di tengah keramaian tentang Al-Masih Ad-Dajjal. Beliau berkata: “Sesungguhnya
Allah tidak buta sebelah, dan
ketahuilah Al-Masih Ad-Dajjal adalah
buta mata sebelah kanannya, seperti buah anggur yang menonjol.” Ibnu ‘Umar
berkata: “Rasulullah bersabda: ‘Diperlihatkan
dalam mimpiku pada suatu malam ketika aku berada di Ka’bah, kemunculan secara
tiba-tiba seseorang dari Bani Adam yang terlihat sangat bagus, berkulit sawo
matang dari Bani Adam, rambutnya tersisir di antara kedua pundaknya, dalam
keadaan meletakkan kedua tangannya di atas dua pundak dua lelaki dan dia
melaksanakan thawaf di antara keduanya aku berkata: ‘Siapa ini?’ Mereka
berkata: ‘Al-Masih bin Maryam.’ Dan aku
melihat di belakangnya ada seseorang yang sangat keriting rambutnya dan buta
matanya sebelah kanan dan serupa dengan Ibnu Qathan. Dia meletakkan tangannya
di atas pundak dua laki-laki dan thawaf di Ka’bah. Lalu aku berkata: ‘Siapa
ini?’ Mereka menjawab: ‘Ini adalah Al-Masih Ad-Dajjal’.”
Dalam hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu
‘anhu disebutkan:
“…Kami berkata: ‘Ya Rasulullah, berapa lama Dajjal tinggal di bumi?’ Rasulullah
berkata: ‘40 hari. Satu hari pertama seperti satu tahun, kemudian satu hari
kedua seperti satu bulan, kemudian satu hari ketiga seperti satu pekan,
kemudian hari-hari lainnya (sisanya) seperti hari kalian sekarang…’.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain: “Dajjal dikejar oleh Nabi ‘Isa ‘alaihissalam hingga mendapatkannya di Bab Ludd (satu negeri dekat Baitul
Maqdis –Palestina, red.). Beliau pun membunuhnya.”
(HR. Muslim).
Dalam hadits lain: “Ketika musuh Allah Subhanahu
wa Ta’ala (yakni Dajjal) melihat Nabi ‘Isa ‘alaihissalam, melelehlah
(tubuhnya) sebagaimana garam meleleh
di air. Seandainya dibiarkan niscaya
akan meleleh hingga binasa, akan tetapi Allah membunuhnya melalui tangan ‘Isa
‘alaihissalam, memperlihatkan darahnya kepada mereka di tombak Nabi ‘Isa
‘alaihissalam.” (HR. Muslim).
Rasul Akhir Zaman dalam “Jubah Kenabian” Para Rasul Allah Sebelumnya
Ada pun makna وَ
اِذَا الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ -- “dan apabila rasul-rasul didatangkan pada
waktu yang ditentukan,” yaitu ketika seorang pembaharu samawi yakni Rasul
Allah datang dengan kekuatan dan jiwa
para Rasul Allah, seolah-olah memakai jubah-jubah mereka, yakni kedatangan Rasul Akhir Zaman dari
kalangan umat Islam (QS.61:10), yang
atas perintah Allah Swt. mendakwakan diri sebagai kedatangan kedua kali para Rasul Allah dari setiap
agama dengan nama yang berlainan.
Di Akhir Zaman ini orang yang mendakwakan sebagai Rasul Akhir Zaman atau Al-Masih Mau’ud a.s. yang
kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama hanyalah Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah. Dan
sesuai dengan Sunnatullah
berkenaan dengan Rasul-rasul Allah
sebelumnya – termasuk Nabi Besar Muhammad
saw. -- maka beliau a.s. pun mendapat reaksi
penentangan yang sangat keras dan
zalim dari berbagai pihak,
seakan-akan “kaum-kaum purbakala” yang telah menentang para Rasul Allah yang diutus kepada mereka
telah bangkit kembali, firman-Nya:
لِاَیِّ یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾ لِیَوۡمِ
الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾ وَ مَاۤ
اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾ وَیۡلٌ
یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾ اَلَمۡ
نُہۡلِکِ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ
نُتۡبِعُہُمُ الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾ کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ
بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ
لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Hingga hari apakah ditangguhkan?
لِیَوۡمِ الۡفَصۡلِ -- hingga Hari
Keputusan. وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ -- dan apa yang engkau ketahui mengenai Hari Keputusan itu? وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ
لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. اَلَمۡ
نُہۡلِکِ الۡاَوَّلِیۡنَ -- Tidakkah Kami telah membinasakan
kaum-kaum dahulu? ثُمَّ نُتۡبِعُہُمُ
الۡاٰخِرِیۡنَ --
kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian. کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ -- demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa. وَیۡلٌ
یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan.(Al-Mursalāt [77]:13-20).
Dengan demikian
jelaslah, bahwa yang dimaksud dengan Rasul Allah dalam ayat berikut ini yang
akan mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman atas semua agama
pada hakikatnya merupakan kedatangan
kedua kali secara ruhani para Rasul Allah yang telah diutus
para umat beragama sebelumnya, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai.
(Ash-Shaff
[61]:10).
Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran
sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.), sebab di zaman beliau -- yakni di Akhir Zaman ini -- semua agama muncul dan keunggulan Islam yang kedua
kali di atas semua agama akan menjadi
kepastian.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 23 November
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar