Minggu, 07 Desember 2014

Dua Macam "Zaman Jahiliyah": Di Masa Awal dan di Akhir Zaman Berupa Munculnya Fitnah Al-Masih Dajjal



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡم


Khazanah Ruhani Surah  Shād


Bab   370

  Dua Macam Zaman Jahiliyah:   di Masa Awal   dan di Akhir Zaman Berupa Merebaknya  Fitnah Al-Masih Dajjal

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma
 
D
alam  akhir Bab sebelumnya   telah dikemukakan mengenai  firman Allah Swt.    di dalam Al-Quran tentang    kisah-kisah kaum purbakala  yang kepada mereka Allah Swt. telah mengutus  para Rasul Allah   -- termasuk kisah Nabi Musa a.s. dengan Fir’aun --  bahwa hal tersebut bukanlah  berarti bahwa Al-Quran merupakan kumpulan  dongeng kaum-kaum purbakala” yang tanpa makna, sebagaimana yang disangka atau dituduhkan oleh orang-orang yang tidak memahami kesempurnaan Al-Quran (QS.6:26; QS.8:32;  QS.16:25; QS.23:84; QS.25:6; QS27:69;  QS.46:18; QS.68:16; QS.83:13), melainkan di dalam kisah-kisah tersebut  bukan saja penuh dengan  berbagai petunjuk dan hikmah serta khazanah-khazanah ilmu-ilmu pengetahuan alam  dan ilmu-ilmu  ruhani,  bahkan  juga di dalamnya terkandung nubuatan-nubuatan (QS.18:110; QS.31:8), termasuk nubuatan-nubuatan  mengenai kedatangan kedua kali secara ruhani Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-4), serta kedatangan kedua kali  secara ruhani  para rasul Allah lainnya (QS.77:12)  termasuk  kedatangan  misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), yaitu    dalam rangka mewujudkan kejayaan Islam yang ke dua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10), yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.. atau Al-Masih Mau’ud a.s.,  yang dalam kenyataannya pendakwaan beliau sebagai Rasul Akhir Zaman mendapat penentangan keras dan zalim dari berbagai fihak, seakan-akan  di Akhir Zaman ini   kaum-kaum purbakala yang  dikisahkan dalam Al-Quran kembali terjadi (berulang) lagi.

Kebangkitan Kembali “Kaum-kaum Purbakala” dan Para Rasul Allah

     Mengenai hal tersebut Allah Swt. berfirman  firman-Nya:    وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ  -- “dan apabila rasul-rasul didatangkan  pada waktu yang ditentukan,” yaitu ketika seorang pembaharu samawi yakni Rasul Allah datang dengan kekuatan dan jiwa  para    Rasul Allah,   seolah-olah memakai jubah-jubah mereka, yakni kedatangan Rasul Akhir Zaman  dari kalangan umat Islam (QS.61:10),  yang atas perintah Allah Swt. mendakwakan diri sebagai kedatangan kedua kali para Rasul Allah dari   setiap agama dengan nama yang berlainan, sebagaimana yang didakwakan oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. di Akhir Zaman ini, firman-Nya:          
اِنَّمَا تُوۡعَدُوۡنَ  لَوَاقِعٌ ؕ﴿﴾   فَاِذَا النُّجُوۡمُ  طُمِسَتۡ ۙ﴿﴾  وَ  اِذَا السَّمَآءُ  فُرِجَتۡ ۙ﴿﴾  وَ  اِذَا  الۡجِبَالُ  نُسِفَتۡ ﴿ۙ﴾   وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ﴿ؕ﴾   لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾  لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾  وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾  اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya apa yang telah dijanjikan kepada kamu niscaya  akan terjadi.    Maka apabila cahaya bintang-bintang telah pudar,    dan apabila langit terbelah, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ﴿ --   dan apabila rasul-rasul didatangkan  pada waktu yang ditentukan.  لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ  --   hingga hari apakah ditangguhkan? لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ  --  Hingga Hari Keputusan. وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ --  Dan apa yang engkau ketahui mengenai Hari Keputusan itu? وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ --  Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ  --  Tidakkah Kami telah  membinasakan kaum-kaum dahulu?  ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ --  Kemudian  Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian. کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ -- demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa.  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.(Al-Mursalāt [77]:8-20).
    Ada pun alasan nubuatan dalam ayat  وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ  -- “dan apabila rasul-rasul didatangkan  pada waktu yang ditentukan,”   sebab di Akhir Zaman ini seakan-akan “kaum-kaum purbakala” yang kepada mereka para Rasul Allah telah diutus (QS.7:35-37) – telah “bangkit” kembali dengan berbagai jenis keburukan (kejahatan) serta kesesatan yang mereka lakukan dahulu, firman-Nya:  اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ  --  tidakkah Kami telah  membinasakan kaum-kaum dahulu?  ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ --  Kemudian  Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian. کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ -- demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa.  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.(Al-Mursalāt [77]:17-20).
    Mengisyaratkan kepada berulangnya masa “kejahiliyah” di Akhir Zaman itu pulalah makna ayat: فَاِذَا النُّجُوۡمُ  طُمِسَتۡ   -- “maka apabila cahaya bintang-bintang telah pudar” berarti, ketika berbagai malapetaka hampir menimpa kaum itu. Orang-orang Arab menganggap lenyapnya bintang-bintang sebagai pertanda bencana hampir tiba. Sedangkan makna ayat  وَ  اِذَا السَّمَآءُ  فُرِجَتۡ   -- “dan apabila langit terbelah” yaitu ketika berbagai bencana dan kemalangan menimpa dunia.
    Makna ayat  ۙ   وَ  اِذَا  الۡجِبَالُ  نُسِفَتۡ   -- “dan apabila gunung-gunung dihancurkan,” yaitu ketika terjadi perubahan-perubahan besar, atau ketika orang-orang berkuasa lagi berpengaruh direndahkan; atau ketika lembaga-lembaga yang telah tua dan usang dihancurkan sampai ke akar-akarnya. Pendek kata, ketika seluruh orde  yang telah  rusak itu mati.

Dua Kali   Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw. & Dua Macam “Zaman Jahiliyah     

   Sesuai dengan Sunnah Allah Swt.  sebelum Dia menurunkan  berbagai bentuk azab Ilahi kepada manusia selalu terlebih dahulu diutus Rasul Allah kepada mereka, sehingga  tidak akan alasan (helah) bagi manusia untuk menyalahkan Allah Swt.   (QS.17:16-18; QS.20:124-136; QS.28:60), firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾    وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --   dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ --  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allāh mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
        Dari Al-Quran  dan sabda-sabda Nabi Besar Muhammad saw. diketahui bahwa ada dia “zaman jahiliyah” yang harus dihadapi oleh Nabi Besar Muhammad saw., yaitu:
       (1) Zaman  jahiliyah di masa beliau saw., akibat   berlalunya waktu yang panjang, baik sehubungan dengan umat-umat beragama sebelum umat Islam, (QS.5:20; QS.57:17-18); mau pun di kalangan bangsa Arab sendiri, sebab sejak sejak diutusnya Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s.  kepada mereka Allah Swt. tidak pernah mengutus seorang rasul Allah pun di kalangan bangsa Arab (QS.2:128-130).
      (2) Al-Quran mau pun Bible  menyatakan bahwa di Akhir Zaman bangsa-bangsa yang disebut Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog)  akan dilepaskan dari masa “pemenjaraannya” selama 1000 tahun dan mereka bukan saja akan menguasai dunia dari segi  teritorial, tetapi juga dari segi keagamaan  (Yehezkiel 38:9 &16-19; Wahyu 2:7-8 & 20:7-10; QS.18:95-102; QS.21:96-99), yaitu bangsa-bangsa Kristen dari Barat yang bermata biru (QS.20:103-105).
       Nabi Besar Muhammad saw. telah menyebutkan   kesesatan dan kerusakan dalam bidang akhlak dan ruhani yang ditimbulkan    oleh Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) – yakni bangsa-bangsa Kristen dari Barat yang bermata biru -- di Akhir Zaman  ini  sebagai   fitnah Dajjal, yang bahkan sering dibaca umat Islam pada waktu tahiyyat terakhir pada waktu   shalat, sebelum  mengucapkan salam,  yakni doa memohon perlindungan Allah Swt. dari azab kubur dan azab neraka serta  mohon perindungan-Nya dari    fitnah kehidupan dan fitnah kematian serta dari fitnah Al-Masih Dajjal.
        Dalam bahasa Arab, istilah dajjal lazim digunakan untuk menyebut “nabi palsu”. Namun, istilah ad-Dajjal, yang dimaksudkan di sini merujuk pada sosok “pembohong” yang muncul menjelang dunia berakhir atau kiamat. Sosok itu juga disebut sebagai al-Masih ad-Dajjal; yang dimaksudkan di sini adalah “Al-Masih Palsu”. Menurut beberapa sumber, istilah ini berasal dari istilah Syria, yakni Meshiha Deghala yang telah menjadi kosakata umum di Timur Tengah selama lebih dari 400 tahun sebelum Al-Quran diturunkan.
       Dalam kamus Lisân al-‘Arab, dikemukakan bahwa Dajjal berasal dari kata dajala, artinya menutupi. Mengapa dikatakan menutupi? Karena ia adalah pembohong yang akan menutupi segala kebenaran dengan kebohongan dan kepalsuannya.
       Dikatakan “menutupi” karena Dajjal kelak akan menutupi bumi dengan jumlah pengikutnya yang sangat banyak. Ada juga yang berpendapat bahwa Dajjal kelak akan menutupi manusia dengan kekafiran atau ingkar terhadap kebenaran yang datangnya dari Allah Swt.

Bahaya “Fitnah Al-Masih Dajjal

     Dalam hadits, Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari radhiyallahu 'anhu berkata:  Rasulullah melihat kami ketika kami tengah berbincang-bincang. Beliau berkata: “Apa yang kalian perbincangkan?” Kami menjawab: “Kami sedang berbincang-bincang tentang hari kiamat.” Beliau berkata: “Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian lihat sebelumnya sepuluh tanda.” Beliau menyebutkan: “(munculnya) Dukhan (asap), (munculnya) Dajjal, (munculnya) Daabbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya ‘Isa ‘alaihissalam, (munculnya) Ya’juj dan Ma’juj, dan tiga khusuf (dibenamkan ke dalam bumi) di timur, di barat, dan di jazirah Arab, yang terakhir adalah api yang keluar dari Yaman mengusir (menggiring) mereka ke tempat berkumpulnya mereka.”  (HR. Muslim).
       Nabi-nabi sebelum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan umatnya akan keluarnya Dajjal. Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu 'anhuma, dia berkata:  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di hadapan manusia, menyanjung Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sanjungan yang merupakan hak-Nya, kemudian menyebut Dajjal dan berkata: “Aku memperingatkan kalian darinya. Tidaklah ada seorang nabi kecuali pasti akan memperingatkan kaumnya tentang Dajjal. Nuh ‘alaihissalam telah memperingatkan kaumnya. Akan tetapi aku akan sampaikan kepada kalian satu ucapan yang belum disampaikan para nabi kepada kaumnya: “Ketahuilah dia (Dajjal)  itu buta sebelah matanya, adapun Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah demikian.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Muslim).
       Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah aku sampaikan kepada kalian tentang Dajjal yang telah disampaikan oleh para nabi kepada kaumnya? Dia buta sebelah matanya, membawa sesuatu seperti surga dan neraka. Yang dia katakan surga pada hakikatnya adalah neraka. Aku peringatkan kepada kalian sebagaimana Nabi Nuh ‘alaihissalam memperingatkan kaumnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
        Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata  Tidak ada seorang nabi pun kecuali memperingatkan umatnya dari Dajjal. Buta satu matanya, pendusta. Ketahuilah dia buta. Adapun Rabb kalian tidaklah demikian. Tertulis di antara dua mata Dajjal: Kaaf faa raa   (kafir).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
       Dalam riwayat lain: Bisa dibaca oleh semua Mukmin yang bisa baca tulis ataupun tidak.” (HR. Muslim).
     Diriwayatkan dari An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu 'anhu: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyebutkan perkara Dajjal pada satu hari. Beliau merendahkan dan kadang mengeraskan suaranya hingga kami menyangka dia ada di pojok kebun korma. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Selain Dajjal lebih aku takutkan (menimpa) kalian, karena jika Dajjal keluar dan aku masih ada di antara kalian niscaya aku akan menjadi pelindung kalian. Jika dia keluar ketika aku telah tiada maka setiap Muslim akan menjadi pembela dirinya sendiri. Allah yang akan menjaminku membela setiap Muslim. Dia adalah seorang pemuda yang sangat keriting, matanya tidak ada cahayanya, aku mengira dia mirip dengan Abdul ‘Uzza bin Qathan. Barangsiapa di antara kalian mendapatinya bacalah awal surat Al-Kahfi. Dia akan keluar dari jalan antara Syam dan Irak, berjalan ke kiri dan ke kanan. Wahai hamba-hamba Allah, istiqamahlah.” (HR. Muslim).
       Dajjal adalah manusia yang nyata, dia berasal dari Bani Adam, bukan suatu lambang, atau simbol, atau suatu kondisi tertentu. Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu (no. 6484) dan Al-Imam Muslim rahimahullahu (no. 246) dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan pada suatu hari di tengah keramaian tentang Al-Masih Ad-Dajjal. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah tidak buta sebelah, dan ketahuilah Al-Masih Ad-Dajjal adalah buta mata sebelah kanannya, seperti buah anggur yang menonjol.” Ibnu ‘Umar berkata: “Rasulullah bersabda: ‘Diperlihatkan dalam mimpiku pada suatu malam ketika aku berada di Ka’bah, kemunculan secara tiba-tiba seseorang dari Bani Adam yang terlihat sangat bagus, berkulit sawo matang dari Bani Adam, rambutnya tersisir di antara kedua pundaknya, dalam keadaan meletakkan kedua tangannya di atas dua pundak dua lelaki dan dia melaksanakan thawaf di antara keduanya aku berkata: ‘Siapa ini?’ Mereka berkata: ‘Al-Masih bin Maryam.’ Dan aku melihat di belakangnya ada seseorang yang sangat keriting rambutnya dan buta matanya sebelah kanan dan serupa dengan Ibnu Qathan. Dia meletakkan tangannya di atas pundak dua laki-laki dan thawaf di Ka’bah. Lalu aku berkata: ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab: ‘Ini adalah Al-Masih Ad-Dajjal’.
         Dalam hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu disebutkan: “…Kami berkata: ‘Ya Rasulullah, berapa lama Dajjal tinggal di bumi?’ Rasulullah berkata: ‘40 hari. Satu hari pertama seperti satu tahun, kemudian satu hari kedua seperti satu bulan, kemudian satu hari ketiga seperti satu pekan, kemudian hari-hari lainnya (sisanya) seperti hari kalian sekarang…’.” (HR. Muslim).
        Dalam riwayat lain: “Dajjal dikejar oleh Nabi ‘Isa ‘alaihissalam hingga mendapatkannya di Bab Ludd (satu negeri dekat Baitul Maqdis –Palestina, red.). Beliau pun membunuhnya.” (HR. Muslim).
        Dalam hadits lain: Ketika musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala (yakni Dajjal) melihat Nabi ‘Isa ‘alaihissalam, melelehlah (tubuhnya) sebagaimana garam meleleh di air. Seandainya dibiarkan niscaya akan meleleh hingga binasa, akan tetapi Allah membunuhnya melalui tangan ‘Isa ‘alaihissalam, memperlihatkan darahnya kepada mereka di tombak Nabi ‘Isa ‘alaihissalam.” (HR. Muslim).

Rasul Akhir Zaman dalam “Jubah Kenabian” Para Rasul Allah Sebelumnya

  Ada pun makna  وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ  -- “dan apabila rasul-rasul didatangkan  pada waktu yang ditentukan,” yaitu ketika seorang pembaharu samawi yakni Rasul Allah datang dengan kekuatan dan jiwa  para    Rasul Allah,   seolah-olah memakai jubah-jubah mereka, yakni kedatangan Rasul Akhir Zaman  dari kalangan umat Islam (QS.61:10),  yang atas perintah Allah Swt. mendakwakan diri sebagai kedatangan kedua kali para Rasul Allah dari   setiap agama dengan nama yang berlainan.
     Di Akhir Zaman ini orang yang mendakwakan sebagai Rasul Akhir Zaman atau Al-Masih Mau’ud a.s. yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama  hanyalah Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah. Dan  sesuai dengan Sunnatullah berkenaan dengan Rasul-rasul Allah sebelumnya – termasuk Nabi Besar Muhammad saw. -- maka beliau a.s. pun mendapat reaksi penentangan yang sangat keras dan zalim dari berbagai pihak, seakan-akan “kaum-kaum purbakala  yang telah menentang para Rasul Allah yang diutus kepada mereka telah bangkit kembali, firman-Nya:
لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾  لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾  وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾  اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Hingga hari apakah ditangguhkan? لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ --  hingga Hari Keputusan. وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ --  dan apa yang engkau ketahui mengenai Hari Keputusan itu? وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ  --  celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.    اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ  --   Tidakkah Kami telah  membinasakan kaum-kaum dahulu?  ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ  -- kemudian  Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian.  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ  -- demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa.  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ --  Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.(Al-Mursalāt [77]:13-20).
        Dengan demikian jelaslah,  bahwa yang dimaksud dengan Rasul Allah dalam ayat berikut ini yang akan mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman atas semua agama pada hakikatnya merupakan kedatangan kedua kali secara ruhani para Rasul Allah  yang telah diutus para umat beragama  sebelumnya, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaff [61]:10).
         Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.), sebab di zaman beliau   -- yakni di Akhir Zaman ini --  semua agama muncul dan keunggulan Islam  yang kedua kali di atas semua agama akan menjadi kepastian.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  23 November    2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar