Senin, 26 Agustus 2013

Doa-doa Khusus Nabi Ibrahim a.s. di Lembah Mekkah Untuk Keturunan Nabi Isma'il a.s.



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād 

Bab 2



Doa-doa Khusus Nabi Ibrahim a.s. di Lembah Mekkah Untuk
Keturunan Nabi Isma’il a.s. 


Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah  dikemukakan mengenai penyelamatan jasad Fir’aun, firman-Nya:
وَ جٰوَزۡنَا بِبَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ الۡبَحۡرَ فَاَتۡبَعَہُمۡ فِرۡعَوۡنُ وَ جُنُوۡدُہٗ  بَغۡیًا وَّ عَدۡوًا ؕ حَتّٰۤی اِذَاۤ  اَدۡرَکَہُ الۡغَرَقُ ۙ قَالَ اٰمَنۡتُ اَنَّہٗ  لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ بَنُوۡۤا اِسۡرَآءِیۡلَ وَ اَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾  آٰلۡـٰٔنَ وَ قَدۡ عَصَیۡتَ قَبۡلُ وَ کُنۡتَ مِنَ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾  فَالۡیَوۡمَ نُنَجِّیۡکَ بِبَدَنِکَ  لِتَکُوۡنَ لِمَنۡ خَلۡفَکَ اٰیَۃً ؕ وَ اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ عَنۡ  اٰیٰتِنَا  لَغٰفِلُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan  Kami telah membuat Bani Israil menyeberangi laut, lalu  Fir’aun dan lasykar-lasykarnya mengejar mereka secara durhaka dan aniaya, sehingga apabila ia menjelang tenggelam ia berkata: “Aku percaya, sesungguhnya Dia tidak ada Tuhan kecuali yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri kepada-Nya.”  Dia berfirman:  Apa, sekarang baru beriman!? Padahal engkau  telah membangkang sebelum ini, dan  engkau  termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami akan menyelamatkan engkau hanya badan engkau, supaya engkau menjadi suatu Tanda  bagi orang-orang  sesudah engkau, dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia benar-benar  lengah terhadap Tanda-tanda Kami.” (Yunus [12]:91-93).
 
Mayat Fir’aun Merneptah   Diketemukan  dan Disimpan Di Musium

     Sangat menarik perhatian kita, bahwa hanya Al-Quran sajalah dari semua kitab keagamaan dan buku-buku sejarah, yang menceritakan kenyataan yang disinggung oleh ayat ini. Bible tak menyebutkannya dan tidak pula kitab sejarah mana pun.Dengan cara yang sangat ajaib  firman Allah Swt. itu telah terbukti kebenarannya. Setelah lewat lebih dari 3000 tahun, mayat Fir’aun itu telah ditemukan orang kembali dan sekarang tersimpan dalam keadaan terpelihara di museum di Kairo.
     Nampak dari mayat itu, bahwa Fir’aun itu orangnya kurus dan pendek dengan wajah yang mencerminkan kebengisan campur kebodohan. Nabi Musa a.s. dilahirkan di zaman Ramses II dan dibesarkan olehnya (Keluaran 2:2-10), tetapi pada pemerintahan putranya, ialah Merneptah (Meneptah), beliau diserahi tugas kenabian (Jewish Encyclopaedia jilid 9 hlm. 500 & Encyclopaedia Biblica pada kata “Pharaoh” & pada “Egypt”).
      Jadi, kembali kepada firman Allah Swt. dalam Surah Shād yang dibahas dalam Bab sebelumnya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِؕ﴿﴾  صٓ  وَ  الۡقُرۡاٰنِ  ذِی  الذِّکۡرِ ؕ﴿﴾   بَلِ  الَّذِیۡنَ   کَفَرُوۡا فِیۡ عِزَّۃٍ   وَّ  شِقَاقٍ ﴿﴾   کَمۡ  اَہۡلَکۡنَا مِنۡ قَبۡلِہِمۡ مِّنۡ قَرۡنٍ فَنَادَوۡا  وَّ  لَاتَ حِیۡنَ مَنَاصٍ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  Allah Maha Benar, demi  Al-Quran yang memiliki kemuliaan.  Tetapi orang-orang  kafir berada dalam kesombongan dan perpecahan.   Berapa banyak  kaum sebelum mereka telah Kami binasakan, lalu mereka berseru meminta pertolongan, tetapi tidak ada waktu lagi untuk lari melepaskan  diri dari  azab  (Shād [38]:1-4).
     Huruf  muqatha'at shād di awal ayat 2 dapat berarti “Tuhan Yang Maha Benar berpegang pada kebe-naran,” atau “Aku Allah, Yang Maha Benar berpegang pada kebenaran.”  Jadi, Allah Swt.  Tuhan Yang Maha Benar berpegang pada kebenaran, Dia bersumpah dengan Al-Quran bahwa dengan mengamalkan ajaran Al-Quran dan menjadikannya peraturan hidup mereka maka para pengikut Nabi Besar Muhammad saw.  akan mencapai kemuliaan dan akan dapat menduduki tempat terhormat di antara masyarakat bangsa-bangsa besar, karena dzikir berarti pula kemuliaan (Lexicon Lane).

Ketakaburan Iblis terhadap Adam a.s.

      Allah Swt. selanjutnya berfirman  بَلِ  الَّذِیۡنَ   کَفَرُوۡا فِیۡ عِزَّۃٍ   وَّ  شِقَاقٍ   – “Tetapi orang-orang kafir berada dalam kesombongan dan perpecahan.” Sebab utama segala dosa dan kekafiran adalah kebanggaan yang semu, kecongkakan, dan keangkuhan. Dosa pertama yang telah dilakukan oleh syaitan  (iblis) yaitu bahwa ia telah menolak tunduk kepada Nabi Adam  a.s. atas anggapan palsu memiliki derajat lebih mulia daripada Nabi Adam a.s., ucapan iblis:   اَنَا خَیۡرٌ  مِّنۡہُ -- “Aku lebih baik daripada dia” (QS.7:13), telah senantiasa menjadi kebanggaan orang-orang kafir dan telah mencegah mereka menerima kebenaran di masa setiap nabi Allah di setiap zaman.
      Menjawab kebanggaan semu tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:      کَمۡ  اَہۡلَکۡنَا مِنۡ قَبۡلِہِمۡ مِّنۡ قَرۡنٍ فَنَادَوۡا  وَّ  لَاتَ حِیۡنَ مَنَاصٍ  --     “berapa banyak  kaum sebelum mereka telah Kami binasakan, lalu mereka berseru meminta pertolongan, tetapi tidak ada waktu lagi untuk lari melepaskan  diri dari  azab  (Shād [38]:1-4).
     Menurut beberapa ulama, kata lāta itu asalnya dari laisa; dan sebagian lainnya beranggapan bahwa bentuk muannats (perempuan) ditambahkan kepada bentuk sangkalan  membuat sangkalan itu lebih keras. Menurut aliran ketiga, kata itu berdiri sendiri, tidak berasal dari laisa dan tidak pula dari lā.
      Tetapi aliran yang keempat berpendapat, bahwa kata itu adalah sebuah kata dan pula sebagian dari sebuah kata, yaitu kata sangkalan  dan ta, yang menjadi awalan bagi kata hīna. Kata itu pada umumnya disertai kata hīna atau sesuatu kata lain yang semakna dengan itu. Contohnya adalah kehinaan yang menimpa Fir’aun di zaman Nabi Musa a.s..

Ketakaburan Fir’aun

     Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai rasa heran  para pemimpin kekafiran mengenai pengutusan seorang Rasul Allah dari kalangan mereka sendiri, yang dalam pandangan mereka  ia sangat  tidak layak jika dibandingkan dengan keadaan  mereka, baik dari  segi jumlah orang, kekuasaan dan kekayaan harta duniawi (QS.2:247-249; QS.43:52-57), firman-Nya:
وَ عَجِبُوۡۤا اَنۡ جَآءَہُمۡ مُّنۡذِرٌ مِّنۡہُمۡ ۫ وَ قَالَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ہٰذَا سٰحِرٌ کَذَّابٌ ۖ﴿ۚ﴾  اَجَعَلَ  الۡاٰلِہَۃَ  اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚۖ اِنَّ ہٰذَا  لَشَیۡءٌ  عُجَابٌ﴿﴾
Dan mereka heran bahwa  kepada mereka datang seorang pemberi peringatan dari antara mereka,  dan  orang-orang kafir itu berkata: “Ini seorang tukang sihir dan seorang pendusta besar. Apakah ia telah membuat  tuhan-tuhan itu satu Tuhan saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu  yang  ajaib.” (Shād [38]:5-6).
 Perlu diketahui bahwa pada saat Allah Swt. membangkitkan Nabi Besar Muhammad saw. di Mekkah, ketika itu di Ka’bah (Baitullah)  -- yang sebelumnya didirikan kembali oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s.  hanya untuk menyembah Allah Swt.  (QS.2:128-130) -- terdapat 360 buah patung (berhala) orang-orang  musyrik Arabia.
 Pada waktu Nabi Ibrahim a.s. melakukan pembangunan kembali Ka’bah (Baitullah) bersama putranya, Nabi Isma’il a.s., beliau memanjatkan bermacam-macam permohonan kepada Allah Swt.,  firman-Nya:
وَ اِذۡ  قَالَ اِبۡرٰہِیۡمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا الۡبَلَدَ  اٰمِنًا وَّ اجۡنُبۡنِیۡ وَ بَنِیَّ  اَنۡ نَّعۡبُدَ  الۡاَصۡنَامَ ﴿ؕ﴾   رَبِّ اِنَّہُنَّ اَضۡلَلۡنَ  کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ ۚ فَمَنۡ تَبِعَنِیۡ فَاِنَّہٗ  مِنِّیۡ ۚ وَ مَنۡ عَصَانِیۡ فَاِنَّکَ غَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ  ﴿﴾
Dan ingatlah  ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhan-ku, jadikanlah kota ini tempat yang aman, dan  lindungilah aku dan anak-anakku dari menyembah berhala-berhala.   Ya Tuhan-ku  sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari antara manusia, lalu barangsiapa mengikutiku maka sesungguhnya ia dariku, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Ibrahim [14]:36-37).
      Doa Nabi Ibrahim a.s yang disinggung dalam ayat ini menunjukkan, bahwa beliau a.s. mengetahui  bahwa kemusyrikan pada suatu hari (zaman) akan merajalela di Mekkah dan di negeri sekitarnya. Jadi doa itu merupakan cetusan hasrat beliau untuk memelihara keturunan beliau dari kemusyrikan, dan doa itu dipanjatkan ribuan tahun yang silam.

Kelahiran Nabi  Besar Muhammad saw.

     Selanjutnya Nabi Ibrahim a.s. berdoa mengenai Nabi Isma’il a.s. dan keturunan beliau yang akhirnya lahir Nabi Besar Muhammad saw. (QS.2:128-130):
رَبَّنَاۤ  اِنِّیۡۤ  اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ غَیۡرِ  ذِیۡ  زَرۡعٍ عِنۡدَ  بَیۡتِکَ  الۡمُحَرَّمِ ۙ رَبَّنَا لِیُـقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ فَاجۡعَلۡ اَفۡئِدَۃً مِّنَ النَّاسِ تَہۡوِیۡۤ اِلَیۡہِمۡ وَارۡ زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ ﴿﴾  رَبَّنَاۤ  اِنَّکَ تَعۡلَمُ مَا نُخۡفِیۡ وَ مَا نُعۡلِنُ ؕ وَ مَا یَخۡفٰی عَلَی اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ  فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا  فِی  السَّمَآءِ ﴿﴾  اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ وَہَبَ لِیۡ عَلَی الۡکِبَرِ  اِسۡمٰعِیۡلَ وَ اِسۡحٰقَ ؕ اِنَّ  رَبِّیۡ لَسَمِیۡعُ  الدُّعَآءِ ﴿﴾
”Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian  keturunanku di lembah yang tandus dekat rumah Engkau yang suci.  Ya Tuhan kami, supaya mereka  mendirikan shalat, maka jadikanlah hati manusia cenderung  kepada mereka dan berilah  mereka rezeki berupa buah-buahan, supaya mereka bersyukur.   Ya Tuhan kami, sesungguhnya  Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan, dan tidak ada  sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah sesuatu pun di bumi dan tidak pula di langit. Segala puji bagi Allah Yang telah menganugerahkan kepadaku Isma’il dan Ishaq walaupun usiaku telah lanjut, sesungguhnya Tuhan-ku Maha Mendengar doa. (Ibrahim [14]:38-40).
       Yang diisyaratkan dalam ayat  رَبَّنَاۤ  اِنِّیۡۤ  اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ غَیۡرِ  ذِیۡ  زَرۡعٍ عِنۡدَ  بَیۡتِکَ  الۡمُحَرَّمِ   --   “sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian  keturunanku di lembah yang tandus dekat rumah Engkau yang suci adalah penempatan putra  Nabi  Ibrahim a.s.,  yakni Isma’il a.s. dan istri Ibrahim a.s.  yaitu Siti Hajar, di belantara Arabia.
    Nabi Ismail a.s.  masih kecil pada waktu Nabi Ibrahim a.s.  — yang oleh karena patuhnya kepada perintah Ilahi dan untuk memenuhi rencana Ilahi — membawa beliau dan ibunda beliau, Siti Hajar, ke daerah yang kering dan gersang, tempat sekarang terletak kota Mekkah.
      Pada masa itu tiada satu pun tanda adanya kehidupan dan tidak ada syarat untuk dapat hidup di tempat itu (Bukhari). Tetapi Allah Swt.  telah merencanakan sedemikian rupa sehingga tempat itu menjadi medan kegiatan bagi amanat (syariat) terakhir dari Allah Swt.  untuk umat manusia yaini agama Islam (Al-Quran – QS.5:4) yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad saw. (QS.2:130 & QS.62:3-4),  dan Nabi Isma’il a.s. telah terpilih sebagai alat untuk melaksanakan rencana Ilahi terbesar itu.
     Doa Nabi Ibrahim a.s.   فَاجۡعَلۡ اَفۡئِدَۃً مِّنَ النَّاسِ تَہۡوِیۡۤ اِلَیۡہِمۡ وَارۡ زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ   – “maka jadikanlah hati manusia cenderung  kepada mereka dan berilah  mereka rezeki berupa buah-buahan, supaya mereka bersyukur ini telah memperoleh perwujudan yang sempurna dalam diri Nabi Besar Muhammad saw., sebab sebelum beliau saw. hanya orang-orang Arab sajalah yang berkunjung ke Mekkah untuk mempersembahkan kurban-kurban mereka, tetapi sesudah kedatangan Nabi Besar Muhammad saw.  bangsa-bangsa (umat manusia) dari seluruh dunia mulai berkunjung ke kota itu untuk melaksanakan ibadah haji   (QS.22:28-34).
      Doa Nabi Ibrahim a.s. selanjutnya  وَارۡ زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ   – “dan berilah  mereka rezeki berupa buah-buahan, supaya mereka bersyukur.” Doa itu diucapkan pada saat, ketika tidak ada sehelai pun rumput nampak tumbuh dalam jarak bermil-mil di sekitar Mekkah. Namun nubuatan itu telah menjadi sempurna dengan cara yang menakjubkan, sebab buah-buahan yang paling terpilih didatangkan orang berlimpah-limpah ke Mekkah pada setiap musim.

Doa Tentang Rezeki (Buah-buahan) Duniawi &
Makna Istighfar Para Rasul Allah

     Ada hal yang menarik dari jawaban  Allah Swt. atas doa Nabi Ibrahim a.s. mengenai rezeki  berupa buah-buahan buat penduduk Mekkah di masa  depan, yakni Nabi Ibrahim a.s. memohon  kepada Allah Swt. bahwa yang diberi rezeki tersebut adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, tetapi Allah Swt. menjawab bahwa “orang-orang kafir pun” untuk sementara waktu akan mendapatkan  rezeki duniawi tersebut, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ  اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ  اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhan-ku,  jadikanlah tempat ini kota yang aman dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman  kepada  Allah dan Hari Kemudian.” Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun  maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian  akan Aku paksa ia ma-suk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al-Baqarah [2]:127).
    Selanjutnya Nabi Ibrahim a.s. mengakhiri doa beliau dengan memohon “ampunan” (maghfirah) Allah Swt.:
رَبِّ اجۡعَلۡنِیۡ مُقِیۡمَ الصَّلٰوۃِ  وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ ٭ۖ رَبَّنَا وَ تَقَبَّلۡ دُعَآءِ ﴿﴾  رَبَّنَا اغۡفِرۡ لِیۡ  وَ لِوَالِدَیَّ وَ لِلۡمُؤۡمِنِیۡنَ  یَوۡمَ  یَقُوۡمُ الۡحِسَابُ﴿﴾
”Ya Tuhan-ku, jadikanlah aku orang yang senantiasa mendirikan shalat, dan juga keturunanku. Ya Tuhan kami,  dan kabulkanlah doaku. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua orangtuaku dan orang-orang yang beriman pada Hari penghisaban.” (Ibrahim [14]:41-42-37).
       Yang menjadi sebab mengapa para nabi Allah biasa membaca istighfar, padahal beliau-beliau pada hakikatnya dijamin untuk mendapat perlindungan terhadap syaitan, ialah kesadaran mereka tentang kesucian dan keagungan Allah Swt. satu pihak, dan mengenai kelemahan diri mereka sendiri di pihak lain.
     Kesadaran akan kelemahan insani itulah yang mendorong mereka untuk mendoa dengan merendahkan diri kepada Allah Swt.,  supaya Dia “menutupi” mereka dengan sifat Rahmān dan Rahīm-Nya, supaya wujud mereka sendiri hilang dan tenggelam sepenuhnya dalam wujud-Nya, itulah makna maghfirah.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 25 Agustus  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar