Jumat, 30 Agustus 2013

Hubungan Bekerjanya Kekuatan Alam dengan Pemukulan Laut dengan Tongkat Nabi Musa a.s. dan Pelemparan Segenggam Pasir oleh Nabi Besar Muhammad saw.




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād 


Bab 6

Hubungan Bekerjanya Kekuatan Alam dengan  Pemukulan Laut dengan  Tongkat Nabi Musa a.s. dan Pelemparan Segenggam Pasir oleh Nabi Besar Muhammad Saw..  

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam  akhir  Bab sebelumnya telah  mengenai kekalahan telak pasukan musyrik Mekkah  dalam Perang Badar, yakni satu tahun setelah Nabi Besar Muhammad saw. orang-orang Islam hijrah dari Mekkah ke Madinah, sebagaimana dinubuatkan dalam firman-Nya berikut ini:
وَ  لَقَدۡ جَآءَ   اٰلَ  فِرۡعَوۡنَ  النُّذُرُ ﴿ۚ﴾  کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا کُلِّہَا فَاَخَذۡنٰہُمۡ  اَخۡذَ عَزِیۡزٍ  مُّقۡتَدِرٍ﴿﴾   اَکُفَّارُکُمۡ خَیۡرٌ مِّنۡ اُولٰٓئِکُمۡ اَمۡ لَکُمۡ  بَرَآءَۃٌ  فِی الزُّبُرِ ﴿ۚ﴾  اَمۡ  یَقُوۡلُوۡنَ نَحۡنُ جَمِیۡعٌ مُّنۡتَصِرٌ ﴿﴾  سَیُہۡزَمُ الۡجَمۡعُ وَ  یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ ﴿﴾  بَلِ السَّاعَۃُ  مَوۡعِدُہُمۡ وَ السَّاعَۃُ اَدۡہٰی  وَ  اَمَرُّ ﴿﴾
Dan sungguh para pemberi peringatan benar-benar telah datang kepada kaum Fir’aun. Mereka mendustakan Tanda-tanda Kami semuanya, maka Kami menyergap  mereka dengan sergapan Dzat Yang Maha Perkasa, Maha Kuasa. Apakah orang-orang kafir kamu lebih baik daripada orang-orang sebelum kamu? Atau adakah bagi kamu jaminan kebebasan  dari azab di dalam kitab-kitab terdahulu? Atau apakah mereka berkata: “Kami golongan yang bersatu  yang pasti menang?” Tidak demikian, golongan itu akan segera dikalahkan dan mereka akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri.  Bahkan Saat itu telah dijanjikan kepada mereka, dan Saat itu paling mengerikan dan paling pahit. (Al-Qamar [54]:42-47).

Doa Takabbur Abu Jahal Menjelang Perang Badar

   Fir’aun adalah seorang raja perkasa. Ia menganggap dirinya sebagai “tuhan mahaluhur orang-orang Bani Israil” (QS.79:25). Maka kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa hakiki, Tuhan Pemilik Musa dan Harun, dihadapkan kepada tuhan ciptaan mereka sendiri, yang telah dibinasakan sama sekali.
  Ayat ini mengulangi peringatan yang ditujukan kepada orang-orang musyrik Quraisy   dalam bentuk lain.     اَکُفَّارُکُمۡ خَیۡرٌ مِّنۡ اُولٰٓئِکُمۡ   --  Adakah kamu bagaimana jua pun lebih baik” -- demikian ayat ini menanyakan kepada mereka --  “daripada mereka (kaum-kaum) yang menolak Nabi Nuh a.s.,  Nabi Hud a.s..   Nabi Luth a.s.,  atau Nabi Musa a.s. ?  اَمۡ لَکُمۡ  بَرَآءَۃٌ  فِی الزُّبُرِ  -- Atau,   sudahkah kamu menerima janji Ilahi, yang tercantum dalam Kitab-kitab suci, bahwa kamu tidak akan dihukum atas penolakan kamu terhadap Rasulullah saw.?”
  Nubuatan tegas yang terkandung di dalam ayat ini pastilah berkenaan dengan kekalahan remuk-redam yang diderita balatentara Mekkah di dalam Pertempuran Badar, firman-Nya:
اَمۡ  یَقُوۡلُوۡنَ نَحۡنُ جَمِیۡعٌ مُّنۡتَصِرٌ ﴿﴾  سَیُہۡزَمُ الۡجَمۡعُ وَ  یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ ﴿﴾  بَلِ السَّاعَۃُ  مَوۡعِدُہُمۡ وَ السَّاعَۃُ اَدۡہٰی  وَ  اَمَرُّ ﴿﴾
Atau apakah mereka berkata: “Kami golongan yang bersatu  yang pasti menang?” Tidak demikian, golongan itu akan segera dikalahkan dan mereka akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri.  Bahkan Saat itu telah dijanjikan kepada mereka, dan Saat itu paling mengerikan dan paling pahit. (Al-Qamar [54]:45-47).
Pengalaman dalam Perang Badar itu demikian berat menekan orang-orang Muslim, sehingga ketika pertempuran mulai berkobar,  Nabi Besar Muhammad saw. berdoa kepada Allah Swt.  dengan memelas dan dengan kepedihan hati yang sangat, di dalam kemah yang dipasang orang untuk beliau saw. guna maksud itu, dengan kata-kata yang tidak luput dari kenangan:
“Ya Allah,  kumohon dengan kerendahan hati kepada Engkau agar sudi memenuhi janji Engkau. Andaikata jemaat sekecil ini hancur-lebur, niscayalah Engkau tidak akan disembah lagi di atas dunia ini” (Bukhari).

Persamaaan Akibat yang Ditimbulkan Pemukulan  dengan Tongkat Nabi Musa a.s. dan Pelemparan Segenggam Pasir oleh Nabi Besar Muhammad Saw.

Seusai  berdoa  Nabi Besar Muhammad saw.  keluar dari kemah dan sambil menghadap ke medan pertempuran beliau membaca ayat ini:  سَیُہۡزَمُ الۡجَمۡعُ وَ  یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ  -- “Golongan itu akan segera dikalahkan dan akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri!
  Kekalahan kaum musyrik Quraisy Makkah pada Pertempuran Badar sungguh merupakan malapetaka paling dahsyat dan hebat bagi orang-orang Quraisy. Kekuasaan dan kehormatan mereka mengalami pukulan yang meremuk-redamkan. Kebanyakan pemimpin mereka – termasuk Abu Jahal  dkk -- terbunuh dan mayat mereka diseret dan dilemparkan ke dalam sebuah lubang.  Nabi Besar Muhammad saw.  pergi ke tepi lubang itu seraya berkata kepada mayat-mayat itu dengan kata-kata yang menurut riwayat berbunyi:
“Tidak benarkah apa yang telah dijanjikan Tuhan kamu kepada kamu? Sungguh aku telah menyaksikan kebenaran apa yang telah dijanjikan Tuhan-ku kepadaku” (Bukhari, Kitab al-Maghazi). 


 Persamaaan Akibat yang Ditimbulkan Pemukulan  dengan Tongkat Nabi Musa a.s. dan Pelemparan Segenggam Pasir oleh Nabi Besar Muhammad Saw.

Seusai  berdoa  Nabi Besar Muhammad saw.  keluar dari kemah dan sambil menghadap ke medan pertempuran beliau membaca ayat ini:  سَیُہۡزَمُ الۡجَمۡعُ وَ  یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ  -- “Golongan itu akan segera dikalahkan dan akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri!
  Kekalahan kaum musyrik Quraisy Makkah pada Pertempuran Badar sungguh merupakan malapetaka paling dahsyat dan hebat bagi orang-orang Quraisy. Kekuasaan dan kehormatan mereka mengalami pukulan yang meremuk-redamkan. Kebanyakan pemimpin mereka – termasuk Abu Jahal  dkk -- terbunuh dan mayat mereka diseret dan dilemparkan ke dalam sebuah lubang.  Nabi Besar Muhammad saw.   pergi ke tepi lubang itu seraya berkata kepada mayat-mayat itu dengan kata-kata yang menurut riwayat berbunyi:
“Tidak benarkah apa yang telah dijanjikan Tuhan kamu kepada kamu? Sungguh aku telah menyaksikan kebenaran apa yang telah dijanjikan Tuhan-ku kepadaku” (Bukhari, Kitab al-Maghazi).
      Penyeretan secara hina kedelapan pemimpin kaum  musyrik Quraisy pimpinan Abu Jahal ke dalam satu lobang kuburan seusai Perang Badar tersebut merupakan bukti kebenaran pernyataan keras Allah Swt. dalam Surah Al-‘Alaq berikut ini, firman-Nya:
کَلَّا لَئِنۡ لَّمۡ یَنۡتَہِ ۬ۙ  لَنَسۡفَعًۢا بِالنَّاصِیَۃِ ﴿ۙ﴾  نَاصِیَۃٍ کَاذِبَۃٍ خَاطِئَۃٍ ﴿ۚ﴾  فَلۡیَدۡعُ نَادِیَہٗ﴿ۙ﴾  سَنَدۡعُ  الزَّبَانِیَۃَ ﴿ۙ﴾
Sekali-kali tidak! Jika ia tidak berhenti  niscaya Kami akan menarik dia pada jambulnya,  jambul orang yang mendustakan lagi  berdosa.    Maka hendaklah ia memanggil teman-temannya,    Kami pun segera  akan memanggil para malaikat pelaksana hukuman. (Al-A’laq [96]:16-19).
Ayat-ayat 10-18 meskipun biasanya dikenakan kepada setiap orang kafir yang sombong lagi keras hati, tetapi oleh sebagian ahli tafsir dianggap tertuju kepada Abu Jahal, pemimpin suku Quraisy Mekkah. Ia senantiasa ada di garis depan dalam menjengkelkan, melawan, dan menganiaya Nabi Besar Muhammad saw.   serta orang-orang Muslim. 
Beberapa budak (hamba sahaya) yang telah memeluk Islam atas perintah Abu Jahal telah diseret pada jambul mereka di lorong-lorong Mekkah. Sesudah kekalahan di Perang Badar mayat sebagian pemimpin suku Quraisy, termasuk Abu Jahal di antara mereka, diseret-seret pada jambulnya dan dilemparkan ke dalam sebuah lubang yang telah digali khusus untuk tujuan itu. Yang demikian itu merupakan hukuman yang setimpal atas perlakuan zalim yang telah diperlihatkan mereka kepada orang-orang Islam yang tidak berdaya itu  beberapa tahun sebelumnya di Mekkah.
  Zabaniyah berarti: perwira-perwira angkatan bersenjata atau pembesar kepo-lisian; para malaikat atau penjaga neraka; malaikat-malaikat pelaksana hukuman (Lexicon Lane).

Pengulangan Pelarangan Melaksanakan Shalat di Akhir Zaman

     Berikut firman Allah Swt. dalam Surah Al-‘Alaq selengkapnya berkenaan dengan Nabi Besar Muhammad saw. dan para penentang zalim beliau saw., khususnya para pemuka kaum musyrik Mekkah pimpinan  Abu Jahal yang mengganggu Nabi Besar Muhammad saw. ketika sedang shalat, antara lain  dengan menaruh  isi perut unta pada punggung beliau saw. ketika sedang sujud:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِۚ﴿﴾  اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّکَ الَّذِیۡ خَلَقَ ۚ﴿﴾   خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ عَلَقٍ ۚ﴿﴾  اِقۡرَاۡ وَ رَبُّکَ الۡاَکۡرَمُ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡ عَلَّمَ بِالۡقَلَمِ ۙ﴿﴾  عَلَّمَ الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ  یَعۡلَمۡ ؕ﴿﴾  کَلَّاۤ  اِنَّ  الۡاِنۡسَانَ  لَیَطۡغٰۤی ۙ﴿﴾  اَنۡ  رَّاٰہُ  اسۡتَغۡنٰی ﴿ؕ﴾ اِنَّ  اِلٰی رَبِّکَ  الرُّجۡعٰی ؕ﴿﴾  اَرَءَیۡتَ الَّذِیۡ یَنۡہٰی ۙ﴿﴾  عَبۡدًا اِذَا صَلّٰی ﴿ؕ﴾  اَرَءَیۡتَ  اِنۡ کَانَ عَلَی الۡہُدٰۤی ﴿ۙ﴾  اَوۡ  اَمَرَ  بِالتَّقۡوٰی ﴿ؕ﴾ اَرَءَیۡتَ  اِنۡ کَذَّبَ وَ تَوَلّٰی ﴿ؕ﴾  اَلَمۡ یَعۡلَمۡ بِاَنَّ اللّٰہَ یَرٰی ﴿ؕ﴾  کَلَّا لَئِنۡ لَّمۡ یَنۡتَہِ ۬ۙ  لَنَسۡفَعًۢا بِالنَّاصِیَۃِ ﴿ۙ﴾  نَاصِیَۃٍ کَاذِبَۃٍ خَاطِئَۃٍ ﴿ۚ﴾  فَلۡیَدۡعُ نَادِیَہٗ ﴿ۙ﴾  سَنَدۡعُ  الزَّبَانِیَۃَ ﴿ۙ﴾  کَلَّا ؕ لَا تُطِعۡہُ وَ اسۡجُدۡ وَ اقۡتَرِبۡ﴿٪ٛ﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Bacalah dengan nama Tuhan engkau yang  menciptakan,   menciptakan manusia dari  segumpal darah.   Bacalah, dan Tuhan engkau   Maha Mulia,  Yang mengajar dengan pena, mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.  Sekali-kali tidak, sesungguhnya manusia itu pelampau batas, karena ia menganggap dirinya berkecukupan. Sesungguhnya  kepada Tuhan engkaulah tempat kembali.   Apakah engkau melihat orang yang  melarang,   Seorang hamba Kami ketika ia shalat?   Bagaimanakah pendapat engkau jika ia mengikuti petunjuk, atau ia menyuruh bertakwa.  Bagaimanakah pendapat engkau jika ia mendustakan dan berpaling? Apakah ia tidak mengetahui,  bahwa sesungguhnya Allah melihat?    Sekali-kali tidak! Jika ia tidak berhenti  niscaya Kami akan menarik dia pada jambulnya, jambul orang yang mendustakan lagi  berdosa.  Maka hendaklah ia memanggil teman-temannya,  Kami pun segera  akan memanggil para malaikat pelaksana hukuman.Sekali-kali tidak! Janganlah engkau taat kepadanya, melainkan bersujudlah dan mendekatlah kepada Allah. (Al-A’laq [96]:1-20).
   Pelarangan melakukan shalat  seperti itu kembali terjadi di Akhir Zaman ini  yaitu terhadap umat Islam dari kalangan  oleh Jemaat Ahmadiyah, hanya karena  mereka telah beriman kepada Mirza Ghulam Ahmad a.s, yang atas perintah Allah Swt. telah mendakwakan diri Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama, termasuk  oleh  umat Islam dengan nama yang berlainan (QS.61:1; QS.62:3-4; QS.77:8-20).
      Kembali kepada kehinaan yang menimpa para pemimpin kaum musyrik Quraisy Mekkah dalam Perang Badar, tiap-tiap kata dalam kabar gaib (nubuatan) itu telah menjadi kenyataan.  Allah Swt. dalam Al-Quran telah menyebut Perang Badar sebagai yawmul-furqan (Hari Pembeda antara haqq (kebenaran) dan bathil (kepalsuan) – QS.8:42-45), dan menurut Allah Swt. pasukan Muslim yang sedikit dan sangat lemah dalam perlengkapan perang yang dimilikinya telah dijadikan sarana  Allah Swt. untuk menghinakan para pemimpin  kaum musyrik Mekkah yang takabbur.
      Itulah sebabnya   ketika permohonan yang dipanjatkan Nabi Besar Muhammad saw.  mendapat jawaban  dari Allah Swt. maka sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, seusai  berdoa  Nabi Besar Muhammad saw.  keluar dari kemah dan sambil menghadap ke medan pertempuran beliau  saw. membaca ayat ini:  سَیُہۡزَمُ الۡجَمۡعُ وَ  یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ  -- “Golongan itu akan segera dikalahkan dan akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri!”, sambil melemparkan segenggap pasir ke arah pasukan kaum musyrik Mekkah, dan mengenai peristiwa  akibat luar biasa yang ditimbulkannya  berupa kekalahan telak pasukan musyrik Mekkah tersebut Allah Swt. berfirman:
فَلَمۡ تَقۡتُلُوۡہُمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ  قَتَلَہُمۡ ۪ وَ مَا رَمَیۡتَ اِذۡ رَمَیۡتَ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ رَمٰی ۚ وَ لِیُبۡلِیَ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ  مِنۡہُ  بَلَآءً  حَسَنًا ؕ اِنَّ اللّٰہَ  سَمِیۡعٌ  عَلِیۡمٌ ﴿﴾   ذٰلِکُمۡ وَ اَنَّ اللّٰہَ  مُوۡہِنُ کَیۡدِ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Maka bukan  kamu yang membunuh mereka melainkan Allah yang telah membunuh mereka, dan bukan engkau yang melemparkan pasir ketika engkau melempar, melainkan Allah-lah yang telah melempar,  dan supaya Dia  menganugerahi orang-orang yang beriman  anugerah yang baik dari-Nya,  sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Demikianlah yang terjadi, dan sesungguhnya Allah melemahkan tipu-daya orang-orang kafir.   (Al-Anfāl [8]:18-19).
    Jadi, kemenangan kaum Muslim  di Perang Badar itu sebenarnya bukan disebabkan oleh suatu kecakapan atau kemahiran pihak orang-orang Islam. Mereka terlalu sedikit, terlalu lemah, dan terlalu buruk persenjataan mereka untuk memperoleh kemenangan terhadap satu lasykar yang jauh lebih besar jumlahnya, jauh lebih baik persenjataannya dan lebih mahir dalam peperangan lagi pula jauh lebih terlatih.  Perlemparan segenggam kerikil dan pasir oleh  Nabi Besar Muhammad saw.  mempunyai kesamaan yang ajaib dengan pemukulan air laut dengan tongkat oleh Nabi Musa a.s.

Pengabulan Doa  Nabi Besar Muhammad Saw.    

    Sebagaimana dalam kejadian yang terakhir, perbuatan Nabi Musa a.s.  itu seolah-olah merupakan isyarat bagi angin untuk bertiup dan bagi air-pasang naik kembali sehingga membawa akibat tenggelamnya Fir’aun serta lasykarnya di laut, demikian pula halnya pelemparan segenggam kerikil oleh  Nabi Besar Muhammad saw.  pun  merupakan satu isyarat untuk angin bertiup kencang dengan membawa akibat kebinasaan Abu Jahal  -- yang pernah disebut oleh  Nabi Besar Muhammad saw. .  sebagai Fir’aun kaumnya --  dan lasykarnya di padang pasir itu. Dalam kedua kejadian tersebut bekerjanya kekuatan-kekuatan alam itu, bertepatan benar dengan tindakan-tindakan kedua nabi  Allah itu  di bawah takdir khas Allah  Swt..  
       Jadi, orang-orang kafir menuntut kepada  Nabi Besar Muhammad saw. keputusan dari Tuhan berupa kemenangan. Kepada mereka diberitahukan bahwa keputusan Tuhan memang telah datang dalam bentuk serupa dengan apa yang diminta mereka (yaitu kemenangan lasykar Islam). Dengan demikian sempurnalah doa penuh ketakaburan yang diucapkan Abu Jahal dkk   dalam Perang Badar, firman-Nya: 
 وَ  اِذۡ  قَالُوا اللّٰہُمَّ  اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika mereka berkata: “Ya Allah, jika  Al-Quran ini  benar-benar   kebenaran dari Engkau  maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (Al-Anfāl [8]:33).
      Kira-kira seperti kata-kata itu jugalah Abu Jahal mendoa di medan perang Badar (Bukhari — Kitab Tafsir). Doa itu dikabulkan secara harfiah. Abu Jahal bersama beberapa pemimpin Quraisy yang lain  terbunuh dan mayat-ayat mereka dilemparkan ke dalam sebuah lubang.

Lasykar-lasykar Gaib Allah Swt.    

        Kembali kepada peristiwa Perang Khandak, pada hakikatnya  pengepungan kota Madinah oleh golongan  (pasukan) persekutuan (al-Ahzab)  guna menghabisi missi suci Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam,  juga telah dilakukan oleh kaum-kaum purbakala – yang juga merupakan al-Ahzab (golongan persekutuan) – terhadap para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan kaum-kaum purbakala tersebut (QS.40:6-7 & 31-32), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ جَآءَتۡکُمۡ جُنُوۡدٌ  فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ رِیۡحًا وَّ جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرًا ۚ﴿﴾ اِذۡ  جَآءُوۡکُمۡ  مِّنۡ فَوۡقِکُمۡ  وَ مِنۡ اَسۡفَلَ مِنۡکُمۡ  وَ  اِذۡ زَاغَتِ الۡاَبۡصَارُ وَ  بَلَغَتِ الۡقُلُوۡبُ الۡحَنَاجِرَ وَ تَظُنُّوۡنَ بِاللّٰہِ  الظُّنُوۡنَا ﴿﴾ ہُنَالِکَ ابۡتُلِیَ  الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَ زُلۡزِلُوۡا زِلۡزَالًا  شَدِیۡدًا ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah nikmat Allah atas kamu, ketika datang menyerang kepada kamu lasykar-lasykar,  maka Kami pun mengirimkan kepada mereka angin taufan dan lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.  Ketika mereka datang kepada kamu dari atas kamu serta dari bawah kamu, dan ketika mata kamu melantur dan hati sampai tenggorokan, dan kamu berprasangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka.  Di situlah orang-orang beriman diuji,  dan mereka digoncangkan dengan suatu goncangan yang dahsyat. (Al-Ahzab [33]:10-12).
   Berikut adalah firman-Nya mengenai kaum-kaum purbakala -- yang dalam melakukan penentangan terhadap para Rasul Allah – mereka itu pun adalah al-ahzab (golongan persekutuan):
مَا یُجَادِلُ  فِیۡۤ  اٰیٰتِ اللّٰہِ  اِلَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَلَا یَغۡرُرۡکَ تَقَلُّبُہُمۡ فِی الۡبِلَادِ ﴿﴾ کَذَّبَتۡ قَبۡلَہُمۡ  قَوۡمُ نُوۡحٍ وَّ الۡاَحۡزَابُ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ ۪ وَ ہَمَّتۡ کُلُّ  اُمَّۃٍۭ بِرَسُوۡلِہِمۡ  لِیَاۡخُذُوۡہُ وَ جٰدَلُوۡا بِالۡبَاطِلِ لِیُدۡحِضُوۡا بِہِ الۡحَقَّ فَاَخَذۡتُہُمۡ ۟ فَکَیۡفَ کَانَ عِقَابِ ﴿۵﴾ وَ کَذٰلِکَ حَقَّتۡ کَلِمَتُ رَبِّکَ عَلَی الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّہُمۡ  اَصۡحٰبُ  النَّارِ ۘ﴿ؔ﴾
Sekali-kali tidak ada yang bertengkar mengenai Tanda-tanda Allah kecuali orang-orang kafir,  maka  janganlah memperdayakan engkau lalu-lalang mereka  di kota-kota.  Sebelum mereka  telah mendustakan pula  kaum Nuh dan golongan-golongan sesudah mereka, dan setiap umat telah bertekad  terhadap rasul mereka untuk menangkapnya dan mereka membantah dengan cara  batil supaya dengan itu mereka dapat menolak kebenaran, kemudian Aku menangkap mereka, dan bagaimana hebatnya hukuman-Ku! Dan demikianlah telah pasti berlaku keputusan Tuhan engkau terhadap orang-orang kafir bahwa se-sungguhnya mereka itu penghuni Api. (Al-Mu’min [40]:5-7). Lihat pula QS.40:31-32.

 Golongan Al-Ahzab    (Persekutuan) Pemilik Pasukan Besar

       Demikian juga  dalam Surah Shād selanjutnya Allah Swt. memperingatkan kaum  musyrik Mekkah mengenai kelemahan duniawi mereka jika dibandingkan dengan kaum-kaum purbakala yang juga mendustakan dan menentang para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka, firman-Nya: 
کَذَّبَتۡ قَبۡلَہُمۡ قَوۡمُ نُوۡحٍ وَّ عَادٌ وَّ فِرۡعَوۡنُ  ذُو الۡاَوۡتَادِ ﴿ۙ﴾  وَ ثَمُوۡدُ وَ قَوۡمُ لُوۡطٍ وَّ اَصۡحٰبُ  لۡـَٔیۡکَۃِ ؕ اُولٰٓئِکَ  الۡاَحۡزَابُ ﴿﴾  اِنۡ کُلٌّ   اِلَّا کَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ ﴿٪﴾
Sebelum mereka kaum Nuh,   ‘Ad dan Fir’aun yang memiliki lasykar-lasykar besar telah mendustakan pula. Dan suku Tsamud, kaum Luth dan penghuni hutan, mereka itu golongan perserikatan. Tidak lain  mereka semua  itu  melainkan mendustakan rasul-rasul, maka pasti azab-Ku menimpa mereka. (Shād [38]:13-15).
   Autad-al-ardh (pasak bumi) berarti gunung-gunung; dan autad-al-bilad maksudnya para pemuka kota-kota itu; dzul-autad berarti pemilik lasykar-lasykar atau pemilik  pasukan-pasukan besar (Aqrab-al-Mawarid). Selanjutnya Allah Swt. berfirman: 
وَ مَا یَنۡظُرُ ہٰۤؤُلَآءِ  اِلَّا صَیۡحَۃً  وَّاحِدَۃً مَّا لَہَا مِنۡ  فَوَاقٍ ﴿﴾  وَ قَالُوۡا رَبَّنَا عَجِّلۡ  لَّنَا قِطَّنَا قَبۡلَ یَوۡمِ  الۡحِسَابِ ﴿﴾  اِصۡبِرۡ عَلٰی مَا یَقُوۡلُوۡنَ وَ اذۡکُرۡ عَبۡدَنَا دَاوٗدَ   ذَا  الۡاَیۡدِ ۚ اِنَّہٗۤ   اَوَّابٌ﴿﴾
Dan  mereka sekali-kali tidak menunggu melainkan satu teriakan  dan sekali-kali  tidak ada baginya  saat berselang.  Dan mereka berkata: “Wahai Tuhan kami,  segerakanlah bagi kami bagian kami sebelum Hari Perhitungan.”  Bersabarlah atas apa yang mereka katakan, dan ingatlah akan hamba Kami Daud yang memiliki kekuatan besar,  sesungguhnya ia selalu kembali kepada Tuhan. (Shād [38]:16-18).
       Kata  fawāq dalam ayat وَ مَا یَنۡظُرُ ہٰۤؤُلَآءِ  اِلَّا صَیۡحَۃً  وَّاحِدَۃً مَّا لَہَا مِنۡ  فَوَاقٍ  -- “Dan  mereka sekali-kali tidak menunggu melainkan satu teriakan  dan sekali-kali  tidak ada baginya  saat berselang” berarti: “waktu antara dua pemerahan; waktu antara dua penyusuan; kembalinya lagi air susu ke dalam kantong susu unta betina sesudah diperah; waktu antara seseorang membuka tangan dan memegang kembali kantong susu unta betina; atau bila tukang perah susu memegang kantong susu dan kemudian terus memerah (Lexicon Lane).
    Artinya,  jika azab Ilahi yang dijanjikan menimpa mereka itu  datang maka kedatangannya sangat tiba-tiba sekali sehingga tidak ada kesempatan bagi mereka untuk  menyelamatkan diri dari kebinasaan.  Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dalam ayat    اِصۡبِرۡ عَلٰی مَا یَقُوۡلُوۡنَ وَ اذۡکُرۡ عَبۡدَنَا دَاوٗدَ   ذَا  الۡاَیۡدِ ۚ اِنَّہٗۤ   اَوَّابٌ -- “Bersabarlah atas apa yang mereka katakan, dan ingatlah akan hamba Kami Daud yang memiliki kekuatan besar.
      Nabi Daud a.s., Nabi Sulaiman a.s., dan Nabi Ayyub a.s.   mempunyai kekuasaan, pengaruh, dan kekayaan besar --  --   ذَا  الۡاَیۡد  dan itulah  sebabnya mengapa beliau-beliau itu senantiasa disebut bersama-sama dalam Al-Quran (QS.4:164; QS.6:85; dan QS.21:80-84).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 29 Agustus  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar