بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 6
Hubungan
Bekerjanya Kekuatan Alam dengan Pemukulan Laut dengan Tongkat
Nabi Musa a.s. dan Pelemparan Segenggam
Pasir oleh Nabi Besar Muhammad Saw..
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab
sebelumnya telah mengenai kekalahan telak pasukan musyrik Mekkah dalam Perang
Badar, yakni satu tahun setelah Nabi Besar Muhammad saw. orang-orang Islam hijrah dari Mekkah ke Madinah,
sebagaimana dinubuatkan dalam
firman-Nya berikut ini:
وَ لَقَدۡ جَآءَ اٰلَ
فِرۡعَوۡنَ النُّذُرُ ﴿ۚ﴾ کَذَّبُوۡا
بِاٰیٰتِنَا کُلِّہَا فَاَخَذۡنٰہُمۡ اَخۡذَ
عَزِیۡزٍ مُّقۡتَدِرٍ﴿﴾ اَکُفَّارُکُمۡ
خَیۡرٌ مِّنۡ اُولٰٓئِکُمۡ اَمۡ لَکُمۡ
بَرَآءَۃٌ فِی الزُّبُرِ ﴿ۚ﴾ اَمۡ یَقُوۡلُوۡنَ نَحۡنُ جَمِیۡعٌ مُّنۡتَصِرٌ ﴿﴾ سَیُہۡزَمُ
الۡجَمۡعُ وَ یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ ﴿﴾ بَلِ
السَّاعَۃُ مَوۡعِدُہُمۡ وَ السَّاعَۃُ
اَدۡہٰی وَ اَمَرُّ ﴿﴾
Dan sungguh para pemberi peringatan benar-benar telah
datang kepada kaum Fir’aun. Mereka mendustakan
Tanda-tanda Kami semuanya, maka Kami
menyergap mereka dengan sergapan Dzat
Yang Maha Perkasa, Maha Kuasa. Apakah orang-orang kafir kamu lebih baik daripada orang-orang sebelum kamu? Atau adakah
bagi kamu jaminan kebebasan dari azab
di dalam kitab-kitab terdahulu? Atau apakah mereka berkata:
“Kami golongan yang bersatu yang pasti menang?” Tidak demikian,
golongan itu akan segera
dikalahkan dan mereka
akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri. Bahkan Saat
itu telah dijanjikan kepada mereka, dan Saat itu paling mengerikan dan paling
pahit. (Al-Qamar [54]:42-47).
Doa Takabbur Abu Jahal Menjelang
Perang Badar
Fir’aun adalah seorang raja perkasa. Ia
menganggap dirinya sebagai “tuhan
mahaluhur orang-orang Bani Israil” (QS.79:25). Maka kekuasaan Tuhan Yang
Maha Kuasa hakiki, Tuhan Pemilik Musa
dan Harun, dihadapkan kepada tuhan ciptaan mereka sendiri, yang telah
dibinasakan sama sekali.
Ayat
ini mengulangi peringatan yang
ditujukan kepada orang-orang musyrik Quraisy
dalam bentuk lain. اَکُفَّارُکُمۡ خَیۡرٌ مِّنۡ اُولٰٓئِکُمۡ
-- “Adakah kamu bagaimana jua pun lebih baik”
-- demikian ayat ini menanyakan kepada mereka -- “daripada mereka (kaum-kaum) yang menolak Nabi Nuh a.s., Nabi Hud a.s.. Nabi Luth a.s., atau Nabi Musa a.s. ? اَمۡ لَکُمۡ بَرَآءَۃٌ
فِی الزُّبُرِ -- Atau,
sudahkah kamu menerima janji Ilahi,
yang tercantum dalam Kitab-kitab suci, bahwa kamu tidak akan dihukum atas penolakan kamu terhadap Rasulullah saw.?”
Nubuatan tegas yang terkandung di dalam ayat
ini pastilah berkenaan dengan kekalahan
remuk-redam yang diderita balatentara
Mekkah di dalam Pertempuran Badar,
firman-Nya:
اَمۡ یَقُوۡلُوۡنَ نَحۡنُ جَمِیۡعٌ
مُّنۡتَصِرٌ ﴿﴾ سَیُہۡزَمُ
الۡجَمۡعُ وَ یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ ﴿﴾ بَلِ
السَّاعَۃُ مَوۡعِدُہُمۡ وَ السَّاعَۃُ
اَدۡہٰی وَ اَمَرُّ ﴿﴾
Atau apakah mereka berkata: “Kami golongan yang bersatu yang pasti menang?” Tidak demikian,
golongan itu akan segera
dikalahkan dan mereka
akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri. Bahkan Saat
itu telah dijanjikan kepada mereka, dan Saat itu paling mengerikan dan paling
pahit. (Al-Qamar [54]:45-47).
Pengalaman dalam Perang Badar itu demikian berat menekan
orang-orang Muslim, sehingga ketika pertempuran mulai berkobar, Nabi Besar Muhammad saw. berdoa kepada Allah Swt. dengan memelas
dan dengan kepedihan hati yang
sangat, di dalam kemah yang dipasang orang untuk beliau saw. guna maksud itu,
dengan kata-kata yang tidak luput dari kenangan:
“Ya Allah, kumohon dengan kerendahan hati kepada Engkau
agar sudi memenuhi janji Engkau.
Andaikata jemaat sekecil ini
hancur-lebur, niscayalah Engkau tidak
akan disembah lagi di atas dunia ini” (Bukhari).
Persamaaan Akibat yang Ditimbulkan Pemukulan dengan Tongkat Nabi Musa a.s. dan Pelemparan Segenggam Pasir oleh Nabi
Besar Muhammad Saw.
Seusai berdoa Nabi Besar Muhammad saw. keluar dari kemah dan sambil menghadap
ke medan pertempuran beliau membaca ayat ini: سَیُہۡزَمُ الۡجَمۡعُ وَ یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ -- “Golongan itu akan segera dikalahkan
dan akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri!”
Kekalahan kaum
musyrik Quraisy Makkah pada Pertempuran
Badar sungguh merupakan malapetaka
paling dahsyat dan hebat bagi
orang-orang Quraisy. Kekuasaan dan kehormatan mereka mengalami pukulan yang
meremuk-redamkan. Kebanyakan pemimpin mereka – termasuk Abu Jahal dkk -- terbunuh
dan mayat mereka diseret dan dilemparkan ke dalam sebuah lubang. Nabi Besar Muhammad
saw. pergi ke tepi lubang itu seraya berkata kepada
mayat-mayat itu dengan kata-kata yang menurut riwayat berbunyi:
“Tidak benarkah apa yang telah dijanjikan Tuhan kamu kepada kamu?
Sungguh aku telah menyaksikan kebenaran
apa yang telah dijanjikan Tuhan-ku
kepadaku” (Bukhari, Kitab
al-Maghazi).
Persamaaan Akibat yang Ditimbulkan Pemukulan dengan Tongkat Nabi Musa a.s. dan Pelemparan Segenggam Pasir oleh Nabi
Besar Muhammad Saw.
Seusai berdoa Nabi Besar Muhammad saw. keluar dari kemah dan sambil menghadap
ke medan pertempuran beliau membaca ayat ini: سَیُہۡزَمُ الۡجَمۡعُ وَ یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ -- “Golongan
itu akan segera dikalahkan dan akan membalikkan punggung mereka,
melarikan diri!”
Kekalahan kaum
musyrik Quraisy Makkah pada Pertempuran
Badar sungguh merupakan malapetaka
paling dahsyat dan hebat bagi
orang-orang Quraisy. Kekuasaan dan kehormatan mereka mengalami pukulan yang
meremuk-redamkan. Kebanyakan pemimpin mereka – termasuk Abu Jahal dkk -- terbunuh
dan mayat mereka diseret dan dilemparkan ke dalam sebuah lubang. Nabi Besar Muhammad
saw. pergi ke tepi lubang itu seraya berkata kepada
mayat-mayat itu dengan kata-kata yang menurut riwayat berbunyi:
“Tidak benarkah apa yang telah dijanjikan Tuhan kamu kepada kamu?
Sungguh aku telah menyaksikan kebenaran
apa yang telah dijanjikan Tuhan-ku
kepadaku” (Bukhari, Kitab
al-Maghazi).
Penyeretan secara hina kedelapan pemimpin kaum
musyrik Quraisy pimpinan Abu Jahal ke dalam satu lobang kuburan seusai Perang Badar tersebut merupakan bukti
kebenaran pernyataan keras Allah Swt.
dalam Surah Al-‘Alaq berikut ini,
firman-Nya:
کَلَّا لَئِنۡ لَّمۡ یَنۡتَہِ ۬ۙ
لَنَسۡفَعًۢا بِالنَّاصِیَۃِ ﴿ۙ﴾ نَاصِیَۃٍ کَاذِبَۃٍ
خَاطِئَۃٍ ﴿ۚ﴾ فَلۡیَدۡعُ نَادِیَہٗ﴿ۙ﴾ سَنَدۡعُ
الزَّبَانِیَۃَ ﴿ۙ﴾
Sekali-kali
tidak! Jika ia tidak berhenti niscaya Kami
akan menarik dia pada jambulnya, jambul orang
yang mendustakan lagi berdosa. Maka hendaklah
ia memanggil teman-temannya, Kami pun segera akan memanggil para malaikat pelaksana hukuman.
(Al-A’laq [96]:16-19).
Ayat-ayat
10-18 meskipun biasanya dikenakan kepada setiap
orang kafir yang sombong lagi keras hati, tetapi oleh sebagian ahli
tafsir dianggap tertuju kepada Abu Jahal,
pemimpin suku Quraisy Mekkah. Ia senantiasa ada di garis depan dalam menjengkelkan,
melawan, dan menganiaya Nabi Besar
Muhammad saw. serta
orang-orang Muslim.
Beberapa budak (hamba sahaya) yang telah memeluk Islam atas perintah Abu Jahal telah
diseret pada jambul mereka di
lorong-lorong Mekkah. Sesudah kekalahan di Perang Badar mayat sebagian pemimpin suku Quraisy, termasuk Abu Jahal di antara mereka, diseret-seret pada jambulnya dan dilemparkan ke dalam sebuah lubang yang telah digali
khusus untuk tujuan itu. Yang demikian itu merupakan hukuman yang setimpal atas perlakuan zalim yang telah diperlihatkan
mereka kepada orang-orang Islam yang
tidak berdaya itu beberapa tahun
sebelumnya di Mekkah.
Zabaniyah
berarti: perwira-perwira angkatan bersenjata atau pembesar kepo-lisian;
para malaikat atau penjaga neraka; malaikat-malaikat pelaksana hukuman (Lexicon Lane).
Pengulangan Pelarangan
Melaksanakan Shalat di Akhir Zaman
Berikut firman Allah Swt. dalam Surah Al-‘Alaq selengkapnya berkenaan dengan
Nabi Besar Muhammad saw. dan para penentang zalim beliau saw., khususnya para
pemuka kaum musyrik Mekkah pimpinan Abu
Jahal yang mengganggu Nabi Besar Muhammad saw. ketika sedang shalat, antara
lain dengan menaruh isi perut unta pada punggung beliau saw.
ketika sedang sujud:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِۚ﴿﴾
اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّکَ الَّذِیۡ خَلَقَ
ۚ﴿﴾ خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ
مِنۡ عَلَقٍ ۚ﴿﴾ اِقۡرَاۡ وَ رَبُّکَ
الۡاَکۡرَمُ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ عَلَّمَ
بِالۡقَلَمِ ۙ﴿﴾ عَلَّمَ
الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ یَعۡلَمۡ ؕ﴿﴾ کَلَّاۤ
اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَیَطۡغٰۤی ۙ﴿﴾ اَنۡ رَّاٰہُ
اسۡتَغۡنٰی ﴿ؕ﴾ اِنَّ اِلٰی رَبِّکَ الرُّجۡعٰی ؕ﴿﴾ اَرَءَیۡتَ الَّذِیۡ
یَنۡہٰی ۙ﴿﴾ عَبۡدًا اِذَا
صَلّٰی ﴿ؕ﴾ اَرَءَیۡتَ
اِنۡ کَانَ عَلَی الۡہُدٰۤی ﴿ۙ﴾ اَوۡ اَمَرَ
بِالتَّقۡوٰی ﴿ؕ﴾ اَرَءَیۡتَ اِنۡ
کَذَّبَ وَ تَوَلّٰی ﴿ؕ﴾ اَلَمۡ یَعۡلَمۡ
بِاَنَّ اللّٰہَ یَرٰی ﴿ؕ﴾ کَلَّا لَئِنۡ لَّمۡ
یَنۡتَہِ ۬ۙ لَنَسۡفَعًۢا بِالنَّاصِیَۃِ
﴿ۙ﴾ نَاصِیَۃٍ کَاذِبَۃٍ خَاطِئَۃٍ ﴿ۚ﴾ فَلۡیَدۡعُ نَادِیَہٗ ﴿ۙ﴾ سَنَدۡعُ الزَّبَانِیَۃَ ﴿ۙ﴾ کَلَّا ؕ لَا
تُطِعۡہُ وَ اسۡجُدۡ وَ اقۡتَرِبۡ﴿٪ٛ﴾
Aku baca dengan nama Allah,
Maha Pemurah, Maha Penyayang. Bacalah dengan nama Tuhan engkau yang menciptakan, menciptakan
manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhan engkau Maha Mulia, Yang mengajar dengan pena, mengajar manusia apa yang tidak
diketahuinya. Sekali-kali tidak,
sesungguhnya manusia itu pelampau batas, karena
ia menganggap dirinya berkecukupan. Sesungguhnya kepada Tuhan engkaulah tempat
kembali. Apakah
engkau melihat orang yang melarang,
Seorang hamba Kami ketika ia
shalat? Bagaimanakah pendapat engkau jika ia mengikuti
petunjuk, atau ia menyuruh bertakwa. Bagaimanakah pendapat engkau jika ia
mendustakan dan berpaling? Apakah ia tidak mengetahui, bahwa sesungguhnya Allah melihat? Sekali-kali tidak! Jika ia tidak berhenti niscaya Kami akan menarik dia pada jambulnya, jambul orang yang mendustakan
lagi berdosa. Maka hendaklah ia memanggil teman-temannya, Kami pun segera akan memanggil para malaikat pelaksana
hukuman.Sekali-kali
tidak! Janganlah engkau taat kepadanya,
melainkan bersujudlah dan mendekatlah kepada Allah. (Al-A’laq
[96]:1-20).
Pelarangan
melakukan shalat seperti itu kembali terjadi di Akhir Zaman ini yaitu terhadap umat Islam dari kalangan oleh Jemaat Ahmadiyah, hanya karena mereka telah beriman kepada Mirza
Ghulam Ahmad a.s, yang atas perintah
Allah Swt. telah mendakwakan diri
Rasul
Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu
oleh semua umat beragama, termasuk oleh umat Islam dengan nama yang berlainan (QS.61:1; QS.62:3-4; QS.77:8-20).
Kembali kepada kehinaan yang menimpa para
pemimpin kaum musyrik Quraisy Mekkah dalam Perang Badar, tiap-tiap kata dalam kabar gaib (nubuatan) itu telah menjadi
kenyataan. Allah Swt. dalam Al-Quran
telah menyebut Perang Badar sebagai yawmul-furqan (Hari Pembeda antara haqq (kebenaran) dan bathil (kepalsuan) – QS.8:42-45), dan
menurut Allah Swt. pasukan Muslim yang sedikit
dan sangat lemah dalam perlengkapan perang yang dimilikinya
telah dijadikan sarana Allah Swt. untuk menghinakan para pemimpin kaum musyrik Mekkah yang takabbur.
Itulah sebabnya ketika permohonan
yang dipanjatkan Nabi Besar Muhammad saw.
mendapat jawaban dari Allah Swt. maka sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya, seusai berdoa Nabi Besar Muhammad saw. keluar dari kemah dan sambil menghadap
ke medan pertempuran beliau saw. membaca
ayat ini: سَیُہۡزَمُ
الۡجَمۡعُ وَ یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ -- “Golongan itu akan segera dikalahkan
dan akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri!”, sambil melemparkan segenggap
pasir ke arah pasukan kaum musyrik Mekkah, dan mengenai peristiwa akibat
luar biasa yang ditimbulkannya
berupa kekalahan telak pasukan
musyrik Mekkah tersebut Allah Swt. berfirman:
فَلَمۡ تَقۡتُلُوۡہُمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ
قَتَلَہُمۡ ۪ وَ مَا رَمَیۡتَ اِذۡ رَمَیۡتَ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ رَمٰی ۚ وَ
لِیُبۡلِیَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ مِنۡہُ
بَلَآءً حَسَنًا ؕ اِنَّ
اللّٰہَ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾ ذٰلِکُمۡ وَ اَنَّ
اللّٰہَ مُوۡہِنُ کَیۡدِ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Maka bukan
kamu yang membunuh mereka melainkan Allah yang telah membunuh mereka, dan bukan engkau yang melemparkan pasir ketika engkau melempar,
melainkan Allah-lah yang telah melempar,
dan supaya Dia menganugerahi orang-orang yang beriman anugerah yang baik dari-Nya, sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui. Demikianlah yang terjadi, dan
sesungguhnya Allah melemahkan tipu-daya
orang-orang kafir. (Al-Anfāl
[8]:18-19).
Jadi, kemenangan kaum Muslim di Perang
Badar itu sebenarnya bukan disebabkan oleh suatu kecakapan atau kemahiran
pihak orang-orang Islam. Mereka terlalu sedikit, terlalu lemah, dan terlalu
buruk persenjataan mereka untuk
memperoleh kemenangan terhadap satu
lasykar yang jauh lebih besar jumlahnya, jauh lebih baik persenjataannya dan
lebih mahir dalam peperangan lagi
pula jauh lebih terlatih. Perlemparan segenggam kerikil dan pasir oleh Nabi Besar Muhammad saw. mempunyai kesamaan yang ajaib dengan pemukulan air laut dengan tongkat oleh Nabi Musa a.s.
Pengabulan Doa Nabi Besar Muhammad Saw.
Sebagaimana dalam kejadian yang
terakhir, perbuatan Nabi Musa a.s. itu
seolah-olah merupakan isyarat bagi angin untuk bertiup dan bagi air-pasang naik kembali sehingga membawa
akibat tenggelamnya Fir’aun serta lasykarnya di laut, demikian pula halnya
pelemparan segenggam kerikil oleh Nabi Besar Muhammad saw. pun merupakan satu isyarat untuk angin bertiup
kencang dengan membawa akibat kebinasaan
Abu Jahal -- yang pernah disebut
oleh Nabi Besar Muhammad saw. . sebagai Fir’aun kaumnya -- dan lasykarnya di padang pasir itu. Dalam
kedua kejadian tersebut bekerjanya kekuatan-kekuatan
alam itu, bertepatan benar dengan tindakan-tindakan
kedua nabi Allah itu di bawah takdir
khas Allah Swt..
Jadi, orang-orang kafir menuntut kepada Nabi Besar Muhammad saw. keputusan dari Tuhan berupa kemenangan.
Kepada mereka diberitahukan bahwa keputusan
Tuhan memang telah datang dalam bentuk serupa dengan apa yang diminta mereka (yaitu kemenangan lasykar
Islam). Dengan demikian sempurnalah doa penuh ketakaburan yang diucapkan Abu Jahal dkk dalam Perang Badar, firman-Nya:
وَ اِذۡ
قَالُوا اللّٰہُمَّ اِنۡ کَانَ
ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ
السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika mereka berkata: “Ya Allah,
jika Al-Quran ini benar-benar
kebenaran dari Engkau maka hujanilah kami dengan batu dari
langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (Al-Anfāl
[8]:33).
Kira-kira seperti kata-kata itu jugalah Abu Jahal mendoa di medan perang Badar (Bukhari — Kitab Tafsir). Doa itu
dikabulkan secara harfiah. Abu Jahal
bersama beberapa pemimpin Quraisy yang
lain terbunuh
dan mayat-ayat mereka dilemparkan ke dalam sebuah lubang.
Lasykar-lasykar Gaib Allah Swt.
Kembali kepada peristiwa Perang Khandak, pada hakikatnya pengepungan
kota Madinah oleh golongan (pasukan) persekutuan (al-Ahzab) guna menghabisi missi suci Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam, juga telah
dilakukan oleh kaum-kaum purbakala – yang juga merupakan al-Ahzab (golongan persekutuan) – terhadap para Rasul Allah yang dibangkitkan di
kalangan kaum-kaum purbakala tersebut
(QS.40:6-7 & 31-32), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ
عَلَیۡکُمۡ اِذۡ جَآءَتۡکُمۡ
جُنُوۡدٌ فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ
رِیۡحًا وَّ جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ
بَصِیۡرًا ۚ﴿﴾ اِذۡ جَآءُوۡکُمۡ مِّنۡ فَوۡقِکُمۡ وَ مِنۡ اَسۡفَلَ مِنۡکُمۡ وَ
اِذۡ زَاغَتِ الۡاَبۡصَارُ وَ
بَلَغَتِ الۡقُلُوۡبُ الۡحَنَاجِرَ وَ تَظُنُّوۡنَ بِاللّٰہِ الظُّنُوۡنَا ﴿﴾ ہُنَالِکَ ابۡتُلِیَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَ زُلۡزِلُوۡا
زِلۡزَالًا شَدِیۡدًا ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah
nikmat Allah atas kamu, ketika datang
menyerang kepada kamu
lasykar-lasykar, maka Kami pun mengirimkan kepada mereka
angin taufan dan lasykar-lasykar
yang kamu tidak melihatnya. Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Ketika mereka datang kepada kamu
dari atas kamu serta dari bawah kamu,
dan ketika mata kamu melantur dan
hati sampai tenggorokan, dan kamu
berprasangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka. Di situlah orang-orang beriman diuji, dan mereka digoncangkan dengan suatu goncangan yang dahsyat. (Al-Ahzab
[33]:10-12).
Berikut adalah firman-Nya mengenai kaum-kaum purbakala -- yang dalam
melakukan penentangan terhadap para Rasul Allah – mereka itu pun adalah al-ahzab
(golongan persekutuan):
مَا یُجَادِلُ فِیۡۤ اٰیٰتِ اللّٰہِ اِلَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَلَا یَغۡرُرۡکَ
تَقَلُّبُہُمۡ فِی الۡبِلَادِ ﴿﴾ کَذَّبَتۡ قَبۡلَہُمۡ قَوۡمُ نُوۡحٍ
وَّ الۡاَحۡزَابُ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ ۪ وَ ہَمَّتۡ کُلُّ اُمَّۃٍۭ بِرَسُوۡلِہِمۡ لِیَاۡخُذُوۡہُ وَ جٰدَلُوۡا بِالۡبَاطِلِ لِیُدۡحِضُوۡا
بِہِ الۡحَقَّ فَاَخَذۡتُہُمۡ ۟ فَکَیۡفَ کَانَ عِقَابِ ﴿۵﴾ وَ کَذٰلِکَ حَقَّتۡ کَلِمَتُ رَبِّکَ
عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَنَّہُمۡ
اَصۡحٰبُ النَّارِ ۘ﴿ؔ﴾
Sekali-kali tidak ada yang bertengkar mengenai
Tanda-tanda Allah kecuali orang-orang kafir, maka
janganlah memperdayakan engkau
lalu-lalang mereka di
kota-kota. Sebelum mereka telah mendustakan pula kaum Nuh dan golongan-golongan sesudah mereka,
dan setiap umat telah bertekad terhadap rasul mereka untuk menangkapnya
dan mereka membantah dengan cara batil supaya dengan itu mereka dapat menolak kebenaran, kemudian Aku menangkap mereka, dan bagaimana hebatnya hukuman-Ku!
Dan demikianlah telah pasti berlaku
keputusan Tuhan engkau terhadap orang-orang kafir bahwa se-sungguhnya mereka itu penghuni Api. (Al-Mu’min
[40]:5-7). Lihat pula QS.40:31-32.
Golongan Al-Ahzab (Persekutuan)
Pemilik Pasukan Besar
Demikian juga dalam Surah Shād selanjutnya Allah
Swt. memperingatkan kaum
musyrik Mekkah mengenai kelemahan duniawi mereka jika
dibandingkan dengan kaum-kaum purbakala yang juga mendustakan dan
menentang para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka,
firman-Nya:
کَذَّبَتۡ قَبۡلَہُمۡ قَوۡمُ نُوۡحٍ وَّ عَادٌ وَّ فِرۡعَوۡنُ ذُو الۡاَوۡتَادِ ﴿ۙ﴾ وَ ثَمُوۡدُ وَ
قَوۡمُ لُوۡطٍ وَّ اَصۡحٰبُ لۡـَٔیۡکَۃِ ؕ
اُولٰٓئِکَ الۡاَحۡزَابُ ﴿﴾ اِنۡ کُلٌّ
اِلَّا کَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ ﴿٪﴾
Sebelum mereka kaum Nuh, ‘Ad
dan Fir’aun
yang memiliki lasykar-lasykar besar
telah mendustakan pula. Dan suku
Tsamud, kaum Luth dan penghuni hutan, mereka itu golongan perserikatan. Tidak lain mereka semua
itu melainkan mendustakan rasul-rasul, maka pasti azab-Ku menimpa mereka. (Shād
[38]:13-15).
Autad-al-ardh (pasak bumi) berarti gunung-gunung; dan autad-al-bilad
maksudnya para pemuka kota-kota itu; dzul-autad
berarti pemilik lasykar-lasykar
atau pemilik pasukan-pasukan besar (Aqrab-al-Mawarid). Selanjutnya
Allah Swt. berfirman:
وَ مَا یَنۡظُرُ ہٰۤؤُلَآءِ اِلَّا
صَیۡحَۃً وَّاحِدَۃً مَّا لَہَا مِنۡ فَوَاقٍ ﴿﴾ وَ قَالُوۡا رَبَّنَا
عَجِّلۡ لَّنَا قِطَّنَا قَبۡلَ
یَوۡمِ الۡحِسَابِ ﴿﴾ اِصۡبِرۡ عَلٰی مَا
یَقُوۡلُوۡنَ وَ اذۡکُرۡ عَبۡدَنَا دَاوٗدَ
ذَا الۡاَیۡدِ ۚ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ﴿﴾
Dan mereka sekali-kali
tidak menunggu melainkan satu teriakan dan sekali-kali tidak ada baginya saat
berselang. Dan mereka
berkata: “Wahai Tuhan kami, segerakanlah bagi kami bagian kami
sebelum Hari Perhitungan.” Bersabarlah atas apa yang mereka katakan, dan ingatlah akan hamba Kami Daud yang memiliki
kekuatan besar, sesungguhnya
ia selalu kembali kepada Tuhan. (Shād
[38]:16-18).
Kata
fawāq dalam ayat وَ مَا یَنۡظُرُ ہٰۤؤُلَآءِ اِلَّا صَیۡحَۃً وَّاحِدَۃً مَّا لَہَا مِنۡ فَوَاقٍ --
“Dan mereka sekali-kali tidak menunggu
melainkan satu teriakan dan
sekali-kali tidak ada baginya saat berselang” berarti: “waktu antara dua
pemerahan; waktu antara dua penyusuan; kembalinya lagi air susu ke dalam
kantong susu unta betina sesudah diperah; waktu antara seseorang membuka tangan
dan memegang kembali kantong susu unta betina; atau bila tukang perah susu
memegang kantong susu dan kemudian terus memerah (Lexicon Lane).
Artinya,
jika azab Ilahi yang
dijanjikan menimpa mereka itu datang
maka kedatangannya sangat tiba-tiba
sekali sehingga tidak ada kesempatan
bagi mereka untuk menyelamatkan diri dari kebinasaan. Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi
Besar Muhammad saw. dalam ayat اِصۡبِرۡ عَلٰی مَا یَقُوۡلُوۡنَ وَ
اذۡکُرۡ عَبۡدَنَا دَاوٗدَ ذَا الۡاَیۡدِ ۚ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ -- “Bersabarlah atas apa yang mereka
katakan, dan ingatlah akan hamba Kami
Daud yang memiliki kekuatan besar.”
Nabi
Daud a.s., Nabi Sulaiman a.s., dan Nabi Ayyub a.s. mempunyai kekuasaan, pengaruh, dan kekayaan besar -- --
ذَا الۡاَیۡد dan
itulah sebabnya mengapa beliau-beliau
itu senantiasa disebut bersama-sama dalam Al-Quran (QS.4:164; QS.6:85; dan
QS.21:80-84).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 29 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar