بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 1
Ketakaburan
Fir’aun & Kehinaan Akhir kehidupannya Sebagai Peringatan yang Abadi bagi Para Penentang Rasul Allah
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam Blog Galuh
Buana Panca Tengah telah
dikemukakan berbagai hakikat dan khazanah ruhani Surah Ash-Shāffāt,
dan dalam Blog ini akan dikemukakan
berbagai hakikat dan khazanah
ruhani yang terkandung dalam Surah berikutnya yaitu Surah Shād.
Surah Shād diturunkan pada tahun-tahun permulaan masa
hidup Nabi Besar Muhammad saw. di
Mekkah. Ibnu ‘Abbas, seperti diriwayatkan oleh Baihaqi dan Ibnu Mardawaih,
mendukung pandangan itu, dan para alim ulama lainnya pun sepakat dengan beliau.
Dalam isi
dan pokok pembahasannya, Surah ini mempunyai persamaan yang sangat erat dengan Ash-Shāffāt, yang berakhir dengan
pernyataan Ilahi, bernadakan tantangan
bahwa: Pasukan-pasukan Allah
akan menang dan hari itu akan merupakan hari naas bagi orang-orang kafir, bila azab
Ilahi menimpa mereka, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ سَبَقَتۡ کَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ۚۖ اِنَّہُمۡ لَہُمُ
الۡمَنۡصُوۡرُوۡنَ ﴿﴾۪ وَ اِنَّ جُنۡدَنَا لَہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿﴾ فَتَوَلَّ عَنۡہُمۡ حَتّٰی حِیۡنٍ ﴿﴾ۙ وَّ اَبۡصِرۡہُمۡ فَسَوۡفَ یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾
اَفَبِعَذَابِنَا یَسۡتَعۡجِلُوۡنَ ﴿﴾ فَاِذَا نَزَلَ بِسَاحَتِہِمۡ فَسَآءَ
صَبَاحُ الۡمُنۡذَرِیۡنَ ﴿﴾ وَ تَوَلَّ عَنۡہُمۡ حَتّٰی حِیۡنٍ ﴿﴾ۙ وَّ اَبۡصِرۡ
فَسَوۡفَ یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾ سُبۡحٰنَ رَبِّکَ
رَبِّ الۡعِزَّۃِ عَمَّا یَصِفُوۡنَ ﴿﴾ۚ وَ
سَلٰمٌ عَلَی الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ۚ وَ الۡحَمۡدُ
لِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾٪
Dan sungguh benar-benar telah ditetapkan keputusan Kami untuk
hamba-hamba Kami para rasul, sesungguhnya mereka itulah yang akan diberi pertolongan,
dan
sesungguhnya lasykar Kami itulah yang
akan menang. Maka berpalinglah
engkau dari mereka itu untuk sementara
waktu. Dan lihatlah mereka maka mereka
pun segera akan melihat. Apakah mereka meminta azab
Kami segera datang? Tetapi
apabila azab itu turun ke halaman mereka maka
sangat buruklah pagi itu bagi
orang-orang yang diberi ingat. Maka berpalinglah
engkau dari mereka itu untuk sementara
waktu. Dan lihatlah
maka mereka pun akan segera melihat.
Maha Suci Tuhan engkau, Tuhan Yang Memiliki Segala Kebesaran
dari apa yang mereka sifatkan. Dan sejahteralah atas para rasul! Dan segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. (Ash-Shāffāt,[37]:172-183).
Surah Shād
ini pun mulai dengan pernyataan sama
tegasnya — hal itu merupakan takdir Ilahi
yang tidak dapat diubah, bahwa orang-orang
beriman akan memperoleh kekayaan,
kekuasaan, dan kemuliaan, sedang orang-orang ingkar
akan menjumpai kehinaan dan kebinasaan.
Ikhtisar Surah
Surah ini mulai dengan pernyataan tegas —
pada hakikatnya Allah Swt. bersumpah dengan Al-Quran — bahwa dengan mengamalkan
ajarannya dan dengan menjadikannya peraturan
hidup mereka, orang-orang beriman
akan mencapai kejayaan dan kemuliaan serta akan menduduki tempat sangat mulia di tengah masyarakat bangsa-bangsa yang
gagah-perkasa.
Selanjutnya Surah ini mengatakan bahwa
orang-orang kafir Mekkah, bagaikan
seekor burung beo, mengulangi teriakan-teriakan bahwa mereka tidak
akan berhenti menyembah berhala-berhala
mereka atas perintah seseorang, yang
hanyalah salah seorang dari antara
mereka sendiri.
Sebagai
jawaban kepada alasan yang dungu itu
dikatakan kepada mereka: “Sejak kapan mereka telah mulai membanggakan diri memiliki khazanah
kemurahan dan kasih-sayang Tuhan?
Adalah hak mutlak Tuhan Sendiri, Dia memilih siapa pun yang dianggap-Nya layak menyampaikan kehendak Tuhan kepada makhluk-Nya; dan bahwa sekarang Dia telah
memilih Nabi Besar Muhammad saw. untuk tujuan mulia itu.”
Sesudah
membuat pernyataan bahwa kekuatan-kekuatan
keburukan akan menderita kekalahan
dan kehinaan, dan para pendukung Tauhid Ilahi akan diberi
kekuasaan, kekayaan, dan kehormatan, Surah Shād
ini bagai pengantar, memberikan pelukisan agak terinci mengenai kejayaan dan kemakmuran besar yang telah diperoleh kaum Bani Israil di masa pemerintahan dua raja yang juga nabi
mereka, yaitu Nabi Daud a.s.. dan Nabi Sulaiman a.s., yang
juga akan dinikmat oleh para pengikut Nabi Besar Muhammad saw. dari kalangan Bani Isma’il yang merupakan saudara Bani Israil.
Makna Huruf Muqatha’at Shād &
Kebanggaan Semu
(Fatamorgana) Orang-orang Kafir
Dengan menyebut salah satu huruf
muqatha’at shād, dalam Surah ini Allah Swt. berfirman:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِؕ﴿﴾ صٓ وَ
الۡقُرۡاٰنِ ذِی الذِّکۡرِ ؕ﴿﴾
بَلِ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِیۡ
عِزَّۃٍ وَّ شِقَاقٍ ﴿﴾
کَمۡ
اَہۡلَکۡنَا مِنۡ قَبۡلِہِمۡ مِّنۡ قَرۡنٍ فَنَادَوۡا وَّ
لَاتَ حِیۡنَ مَنَاصٍ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Allah
Maha Benar, demi Al-Quran
yang memiliki kemuliaan. Tetapi orang-orang kafir berada dalam kesombongan dan perpecahan.
Berapa banyak kaum
sebelum mereka telah Kami binasakan, lalu mereka berseru meminta pertolongan, tetapi tidak ada waktu lagi untuk lari melepaskan diri dari
azab (Shād [38]:1-4).
Huruf shād dapat berarti “Tuhan Yang Maha Benar berpegang pada
kebenaran,” atau “Aku Allah, Yang
Maha Benar berpegang pada kebenaran.” Jadi, Allah Swt.Tuhan
Yang Maha Benar berpegang pada kebenaran,
Dia bersumpah dengan Al-Quran bahwa dengan mengamalkan ajaran Al-Quran dan
menjadikannya peraturan hidup mereka
maka para pengikut Nabi Besar Muhammad saw. akan mencapai kemuliaan dan akan dapat menduduki tempat terhormat di antara masyarakat bangsa-bangsa besar, karena dzikir
berarti pula kemuliaan (Lexicon Lane).
Allah Swt. selanjutnya berfirman بَلِ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِیۡ
عِزَّۃٍ وَّ شِقَاقٍ – “Tetapi
orang-orang kafir berada dalam kesombongan dan perpecahan.”
Sebab utama segala dosa dan kekafiran adalah kebanggaan yang semu, kecongkakan,
dan keangkuhan. Dosa pertama yang telah dilakukan oleh syaitan
(iblis) yaitu bahwa ia telah menolak tunduk kepada Nabi Adam a.s. atas anggapan palsu memiliki derajat
lebih mulia daripada Nabi Adam a.s., ucapan iblis: اَنَا
خَیۡرٌ مِّنۡہُ -- “Aku lebih baik daripada dia” (QS.7:13)
telah senantiasa menjadi kebanggaan
orang-orang kafir dan telah mencegah
mereka menerima kebenaran di masa
setiap nabi Allah.
Menjawab kebanggaan semu tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman: بَلِ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا فِیۡ عِزَّۃٍ وَّ شِقَاقٍ ﴿﴾ کَمۡ اَہۡلَکۡنَا مِنۡ قَبۡلِہِمۡ مِّنۡ قَرۡنٍ
فَنَادَوۡا وَّ لَاتَ حِیۡنَ مَنَاصٍ ﴿﴾ -- “berapa banyak
kaum sebelum mereka telah Kami
binasakan, lalu mereka berseru meminta
pertolongan, tetapi tidak ada waktu
lagi untuk lari
melepaskan diri dari azab (Shād [38]:1-4).
Menurut
beberapa ulama, kata lāta itu asalnya dari laisa; dan sebagian
lainnya beranggapan bahwa bentuk muannats (perempuan) ditambahkan kepada
bentuk sangkalan lā membuat sangkalan itu lebih keras. Menurut
aliran ketiga, kata itu berdiri sendiri, tidak berasal dari laisa dan
tidak pula dari lā.
Tetapi aliran yang keempat berpendapat, bahwa
kata itu adalah sebuah kata dan pula sebagian dari sebuah kata, yaitu kata
sangkalan lā dan ta, yang
menjadi awalan bagi kata hīna. Kata itu pada umumnya disertai kata hīna
atau sesuatu kata lain yang semakna dengan itu.
Kecongkakan Fir’aun & Kehinaan
Akhir Hidupnya
Contoh mengenai kesia-siaan kesadaran atau taubat yang terlambat tersebut adalah yang diucapkan
Fir’aun ketika akan tenggelam di lautan pada saat mengejar Nabi Musa a.s. dan Bani Israil pada waktu
keluar dari Mesir, firman-Nya:
وَ جٰوَزۡنَا بِبَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ الۡبَحۡرَ فَاَتۡبَعَہُمۡ فِرۡعَوۡنُ وَ جُنُوۡدُہٗ بَغۡیًا وَّ عَدۡوًا ؕ حَتّٰۤی اِذَاۤ اَدۡرَکَہُ الۡغَرَقُ ۙ قَالَ اٰمَنۡتُ
اَنَّہٗ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ بَنُوۡۤا
اِسۡرَآءِیۡلَ وَ اَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾
آٰلۡـٰٔنَ وَ قَدۡ عَصَیۡتَ قَبۡلُ وَ
کُنۡتَ مِنَ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾ فَالۡیَوۡمَ
نُنَجِّیۡکَ بِبَدَنِکَ لِتَکُوۡنَ لِمَنۡ
خَلۡفَکَ اٰیَۃً ؕ وَ اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ عَنۡ اٰیٰتِنَا
لَغٰفِلُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan Kami
telah membuat Bani Israil menyeberangi laut, lalu Fir’aun
dan lasykar-lasykarnya mengejar
mereka secara durhaka dan aniaya, sehingga apabila ia menjelang tenggelam ia berkata: “Aku percaya, sesungguhnya Dia tidak ada
Tuhan kecuali yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku
termasuk orang-orang yang berserah diri kepada-Nya.” Dia
berfirman: ”Apa, sekarang baru
beriman!? Padahal engkau
telah membangkang sebelum ini, dan
engkau termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
Maka pada hari ini Kami akan
menyelamatkan engkau hanya badan engkau, supaya engkau menjadi suatu Tanda bagi orang-orang sesudah engkau, dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia benar-benar lengah terhadap Tanda-tanda Kami.” (Yunus [12]:91-93).
Kata-kata ini melukiskan kedalaman lembah kehinaan yang si congkak Fir’aun telah terjerumus ke
dalamnya, yang telah mendakwakan diri sebagai “tuhan yang maha tinggi” dan pemilik kekuasaan mutlak atas negeri Mesir, firman-Nya kepada Nabi Besar
Muhammad saw. sebagai misal Nabi Musa
a.s. (QS.46:11):
ہَلۡ اَتٰىکَ حَدِیۡثُ مُوۡسٰی ﴿ۘ﴾ اِذۡ
نَادٰىہُ رَبُّہٗ بِالۡوَادِ
الۡمُقَدَّسِ طُوًی ﴿ۚ﴾
اِذۡہَبۡ اِلٰی فِرۡعَوۡنَ اِنَّہٗ
طَغٰی ﴿۫ۖ﴾
فَقُلۡ ہَلۡ لَّکَ اِلٰۤی
اَنۡ تَزَکّٰی ﴿ۙ﴾ وَ اَہۡدِیَکَ
اِلٰی رَبِّکَ فَتَخۡشٰی
﴿ۚ﴾
فَاَرٰىہُ الۡاٰیَۃَ الۡکُبۡرٰی
﴿۫ۖ﴾ فَکَذَّبَ وَ
عَصٰی ﴿۫ۖ﴾ ثُمَّ اَدۡبَرَ
یَسۡعٰی ﴿۫ۖ﴾ فَحَشَرَ
فَنَادٰی ﴿۫ۖ﴾ فَقَالَ اَنَا
رَبُّکُمُ الۡاَعۡلٰی ﴿۫ۖ﴾ فَاَخَذَہُ اللّٰہُ
نَکَالَ الۡاٰخِرَۃِ وَ الۡاُوۡلٰی
﴿ؕ﴾ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَعِبۡرَۃً لِّمَنۡ
یَّخۡشٰی ﴿ؕ٪﴾
Apakah sudah
sampai kepada engkau kisah Musa? Ketika
Tuhan-nya memanggil dia di lembah suci
Thuwā, Allah berfirman: “Pergilah engkau kepada Fir’aun
sesungguhnya ia telah melampaui batas, maka
katakanlah: “Adakah pada diri engkau keinginan
untuk mensucikan diri? Dan aku
akan menunjuki engkau kepada Tuhan engkau supaya engkau takut.” Maka dia (Musa)
memperlihatkan kepadanya Tanda yang
besar, tetapi ia (Fir’aun) mendustakan dan mendurhakai, kemudian ia berpaling seraya berusaha menantang.
Maka ia menghimpunkan kaumnya dan berseru, lalu berkata: اَنَا
رَبُّکُمُ الۡاَعۡلٰی -- “Akulah tuhan
kamu yang paling tinggi.” Maka Allah
menyergapnya dengan siksaan di akhirat dan di dunia. Sesungguhnya dalam hal itu benar-benar ada pelajaran bagi orang yang takut. (An-Nāzi’āt
[79]:116-27.
Kebanggaan Fir’aun Sebagai
Penguasa Mesir
“Tanda yang besar” itu mukjizat tongkat, yang mengungguli semua mukjizat lainnya yang diperlihatkan oleh Nabi Musa a.s. (QS.20:21). Kemudian mengenai
kekuasaannya atas kerajaan Mesir Fir’aun berkata:
وَ نَادٰی فِرۡعَوۡنُ فِیۡ
قَوۡمِہٖ قَالَ یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ
لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ الۡاَنۡہٰرُ
تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ
مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ
مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ
یُبِیۡنُ ﴿﴾ فَلَوۡ لَاۤ اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ اَسۡوِرَۃٌ
مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ مَعَہُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ مُقۡتَرِنِیۡنَ ﴿﴾ فَاسۡتَخَفَّ
قَوۡمَہٗ فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ
کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ ﴿﴾ فَلَمَّاۤ اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا مِنۡہُمۡ
فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۙ﴾ فَجَعَلۡنٰہُمۡ سَلَفًا وَّ
مَثَلًا لِّلۡاٰخِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan Fir’aun mengumumkan kepada kaumnya
dengan berkata: "Hai kaumku, bukankah
kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai
ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat? Atau tidakkah
aku lebih baik daripada orang yang hina
ini dan ia (Musa) tidak dapat menjelaskan? Mengapakah tidak dianugerahkan kepadanya gelang-gelang dari emas, atau datang bersamanya malaikat-malaikat yang berkumpul di
sekelilingnya?" Demikianlah ia (Fir’aun) memperbodoh kaumnya lalu mereka patuh kepadanya, sesungguhnya mereka adalah kaum durhaka. Maka ketika
mereka membuat Kami murka, Kami
menuntut balas dari mereka dan Kami menenggelam-kan mereka semua, dan Kami menjadikan mereka kisah yang lalu
dan misal bagi kaum yang akan
datang. (Az-Zukhruf [43]:52-57).
Jadi, kembali kepada firman Allah
Swt. sebelumnya mengenai penyelamatan jasad Fir’aun:
وَ جٰوَزۡنَا بِبَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ الۡبَحۡرَ فَاَتۡبَعَہُمۡ فِرۡعَوۡنُ وَ جُنُوۡدُہٗ بَغۡیًا وَّ عَدۡوًا ؕ حَتّٰۤی اِذَاۤ اَدۡرَکَہُ الۡغَرَقُ ۙ قَالَ اٰمَنۡتُ
اَنَّہٗ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ بَنُوۡۤا
اِسۡرَآءِیۡلَ وَ اَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾ آٰلۡـٰٔنَ وَ قَدۡ عَصَیۡتَ قَبۡلُ وَ کُنۡتَ مِنَ
الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾ فَالۡیَوۡمَ
نُنَجِّیۡکَ بِبَدَنِکَ لِتَکُوۡنَ لِمَنۡ
خَلۡفَکَ اٰیَۃً ؕ وَ اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ عَنۡ اٰیٰتِنَا
لَغٰفِلُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan Kami
telah membuat Bani Israil menyeberangi laut, lalu Fir’aun
dan lasykar-lasykarnya mengejar
mereka secara durhaka dan aniaya, sehingga apabila ia menjelang tenggelam ia berkata: “Aku percaya, sesungguhnya Dia tidak ada
Tuhan kecuali yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku
termasuk orang-orang yang berserah diri kepada-Nya.” Dia
berfirman: ”Apa, sekarang baru
beriman!? Padahal engkau telah membangkang sebelum ini, dan engkau termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
Maka pada hari ini Kami akan menyelamatkan
engkau hanya badan engkau, supaya engkau menjadi suatu Tanda bagi orang-orang sesudah engkau, dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia benar-benar lengah terhadap Tanda-tanda Kami.” (Yunus [12]:91-93).
Mayat Fir’aun Merneptah Diketemukan
dan Disimpan Di Musium
Sangat
menarik perhatian kita, bahwa hanya Al-Quran
sajalah dari semua kitab keagamaan
dan buku-buku sejarah, yang
menceritakan kenyataan yang
disinggung oleh ayat ini. Bible tak
menyebutkannya dan tidak pula kitab sejarah mana pun. Dengan cara yang sangat ajaib firman Allah Swt. itu telah terbukti kebenarannya. Setelah lewat lebih dari
3000 tahun, mayat Fir’aun itu telah
ditemukan orang kembali dan sekarang tersimpan dalam keadaan terpelihara di
museum di Kairo.
Nampak dari mayat itu, bahwa Fir’aun itu orangnya kurus dan pendek dengan wajah yang mencerminkan kebengisan campur kebodohan. Nabi Musa a.s. dilahirkan di zaman Ramses II dan
dibesarkan olehnya (Keluaran 2:2-10), tetapi pada pemerintahan putranya,
ialah Merneptah (Meneptah), beliau diserahi tugas kenabian (Jewish Encyclopaedia
jilid 9 hlm. 500 & Encyclopaedia
Biblica pada kata “Pharaoh” & pada “Egypt”).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 24 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar