بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 4
Nubuatan Golongan Persekutuan Al-Ahzab (Golongan persekutuan) dalam
Perang Khandak
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah mengenai jawaban Allah Swt. atas kegusaran
Abu Lahab ketika ia mendengar seruan kepada Tauhid Iahi yang diserukan Nabi Besar Muhammad saw. kepada kaum
beliau saw., firman-Nya:
تَبَّتۡ یَدَاۤ اَبِیۡ
لَہَبٍ وَّ تَبَّ ؕ﴿﴾ مَاۤ
اَغۡنٰی عَنۡہُ مَالُہٗ وَ مَا
کَسَبَ ؕ﴿﴾ سَیَصۡلٰی نَارًا
ذَاتَ لَہَبٍ ۚ﴿ۖ﴾
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan binasalah
dia! Sekali-kali tidak memberi manfaat kepadanya hartanya dan apa yang dia usahakan. Segera ia akan masuk Api yang menyala-nyala.
(Al-Lahab:111]:2-4).
Isyarat
dalam ayat selanjutnya فِیۡ
جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ ٪﴿﴾ وَّ
امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ
الۡحَطَبِ ۚ﴿﴾ -- “Dan juga istrinya pemikul kayu bakar, di leher istrinya ada tali
yang dipintal.” ini rupanya tertuju kepada istri Abu Lahab, Ummi Jamil, yang pernah menaburi jalan
yang dilalui Nabi Besar Muhammad saw. dengan duri dan biasa jalan kian
kemari menabur-naburkan fitnah
terhadap beliau; hathab berarti juga fitnah
(Lexicon
Lane).
Makna Lain Surah Al-Lahab
&
Bangsa-bangsa Pemberdaya “Nyala Api”
Julukan
“Bapak Nyala Api” boleh jadi ditujukan khusus kepada Abu Lahab atau kepada siapapun dari musuh-musuh Islam yang berdarah panas;
lebih tepat lagi sebutan ini dikenakan kepada bangsa-bangsa Barat di Akhir
Zaman ini, yang memiliki dan menguasai senjata-senjata api, atom dan nuklir – suatu kelompok dari mereka sama sekali menyangkal adanya Tuhan dan yang satu
lagi menolak Tauhid Ilahi, namun
demikian, kedua-duanya sama-sama memusuhi
Islam.
Dalam
pengertian ini “kedua tangan” berarti kedua kelompok itu, dan ayat ini mengandung arti bahwa segala upaya dan persekongkolan rahasia musuh-musuh Islam, terutama kedua golongan adikuasa
Barat dengan satelit- satelitnya,
akan gagal sama sekali dan semua rencana jahat mereka akan menjadi bumerang dan menghantam mereka sendiri; hati
mereka akan terbakar oleh amarah demi dilihatnya Islam terus maju, sedangkan kekuasaan,
kekayaan, dan milik mereka sendiri kian
menyusut dan binasa juga di
hadapan mata kepala mereka sendiri. Itulah makna lain dari ayat تَبَّتۡ یَدَاۤ اَبِیۡ
لَہَبٍ وَّ تَبَّ -- “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan binasalah
dia! ”
Makna
ayat selanjutnya مَاۤ اَغۡنٰی عَنۡہُ مَالُہٗ
وَ مَا کَسَبَ -- “Sekali-kali tidak
memberi manfaat kepadanya hartanya
dan apa yang dia usahakan. ” Kata “hartanya,” dapat berarti, kekayaan yang dihasilkan di
negeri-negeri mereka sendiri, dan “apa yang dia usahakan” dapat
diartikan harta kekayaan yang
ditimbun mereka dengan memeras
bangsa-bangsa yang lebih lemah dan merampas kekayaan sumber-sumber daya alam mereka itu.
Ungkapan “Abu Lahab”, dapat berarti
pula orang yang menciptakan
barang-barang yang mengeluarkan api
serta nyala, atau orang yang dirinya
sendiri termakan nyala api. Dalam
pengertian terakhir, ayat ini dapat ditafsirkan meramalkan kebinasaan dua blok politik besar di Akhir Zaman ini, disebabkan oleh senjata-senjata api mereka sendiri, seperti bom atom dan senjata nuklir
lainnya. Ayat ini menunjukkan bahwa hari perhitungan
bagi bangsa-bangsa itu, sudah tidak jauh lagi.
Makna Lain “Istri
Abu Lahab”
Dengan demikian ayat selanjutnya
فِیۡ جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ
مَّسَدٍ ٪﴿﴾ وَّ امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ الۡحَطَبِ ۚ﴿﴾ -- “Dan juga istrinya
pemikul kayu bakar, di leher istri-nya
ada tali yang dipintal,” ayat ini dapat juga dikenakan kepada orang-orang
yang menabur-naburkan fitnah dan tuduhan-tuduhan palsu terhadap Islam dan terhadap Nabi Besar Muhammad
saw., seperti gambar-gambar karton
(karikatur) yang menghina dan memfitnah Nabi Besar Muhammad saw.,
termasuk film The Innocence of Muslims.
Sekalipun nampaknya merdeka namun bangsa-bangsa
ini akan demikian amat terikatnya
pada ideologi-ideologi dan sistem-sistem politik masing-masing, sehingga
mereka tidak akan dapat melepaskan diri
dari belenggu ideologi dan sistem mereka itu. Atau, seperti Ummi Jamil, yang konon telah tercekik lehernya oleh tali yang justru dengan tali itu pula ia
mengikat dan membawa kayu bakar, demikian juga bangsa-bangsa itu akan binasa oleh alat-alatnya sendiri yang dengan alat-alat itu mereka berusaha membinasakan
bangsa-bangsa lain.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman dalam
Surah Shād mengenai upaya para pemimpin kaum kafir Quraisy Mekkah untuk menghalangi kaum mereka dari menjadi penyembah Tauhid Ilahi yang diajarkan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ انۡطَلَقَ الۡمَلَاُ مِنۡہُمۡ
اَنِ امۡشُوۡا وَ اصۡبِرُوۡا عَلٰۤی
اٰلِہَتِکُمۡ ۚۖ اِنَّ ہٰذَا لَشَیۡءٌ
یُّرَادُ ۖ﴿ۚ﴾ مَا سَمِعۡنَا بِہٰذَا فِی الۡمِلَّۃِ الۡاٰخِرَۃِ ۚۖ اِنۡ ہٰذَاۤ اِلَّا
اخۡتِلَاقٌ ۖ﴿ۚ﴾ ءَ اُنۡزِلَ عَلَیۡہِ الذِّکۡرُ مِنۡۢ بَیۡنِنَا ؕ
بَلۡ ہُمۡ فِیۡ شَکٍّ مِّنۡ ذِکۡرِیۡ ۚ بَلۡ
لَّمَّا یَذُوۡقُوۡا عَذَابِ ؕ﴿﴾
Dan para pemimpin mereka
berjalan sambil berkata: “Pergilah
dan tetaplah bersama tuhan-tuhan kamu, sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang dikehendaki.
Kami sekali-kali tidak pernah mendengar hal ini dalam agama terdahulu, ini
tidak lain melainkan penipuan
belaka. Apakah dari antara kita hanya kepadanya
peringatan itu diturunkan?” Bahkan mereka
dalam keraguan mengenai peringatan-Ku. Tidak, bahkan mereka benar-benar belum merasakan azab-Ku. (Shād [38]:7-9).
“Agama
terdahulu” dalam ayat مَا سَمِعۡنَا بِہٰذَا فِی
الۡمِلَّۃِ الۡاٰخِرَۃِ -- “Kami sekali-kali tidak pernah mendengar hal ini
dalam agama terdahulu” dapat
ditujukan kepada agama Kristen atau
kepercayaan kaum musyrik Mekkah, atau
dapat mengisyaratkan kepada semua agama
sebelum Islam, sebab tidak ada agama sebelum Islam mempunyai kepercayaan (ajaran) mengenai Keesaan
Tuhan yang tetap murni dan utuh.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai nubuatan kekalahan
golongan persekutuan (al-Ahzab) yang bangga dengan jumlah dan kekuasaan duniawi
mereka yang besar jika dibandingkan dengan
keadaan duniawi Nabi Besar
Muhammad saw. dan umat Islam:
اَمۡ عِنۡدَہُمۡ خَزَآئِنُ
رَحۡمَۃِ رَبِّکَ الۡعَزِیۡزِ الۡوَہَّابِ
ۚ﴿﴾ اَمۡ لَہُمۡ
مُّلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ۟ فَلۡیَرۡتَقُوۡا
فِی الۡاَسۡبَابِ﴿﴾ جُنۡدٌ مَّا ہُنَالِکَ مَہۡزُوۡمٌ مِّنَ الۡاَحۡزَابِ
﴿﴾
Ataukah berada di sisi mereka khazanah-khazanah rahmat Tuhan engkau
Yang Maha Perkasa, Maha Pemberi karunia? Ataukah kepunyaan mereka kerajaan seluruh langit
dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya itu? Maka hendaklah mereka berupaya
dengan sarana-sarana mereka itu.
Mereka itu lasykar
golongan-golongan perserikatan yang akan dikalahkan di sana. (Shād [38]:10-12).
Nubuatan Kekalahan Golongan
Persekutuan (Al-Ahzab)
Makna ayat فَلۡیَرۡتَقُوۡا فِی الۡاَسۡبَابِ -- “Maka hendaklah
mereka berupaya dengan sarana-sarana mereka itu”
maksudnya adalah “Biarkanlah orang-orang
kafir mengumpulkan segala sarana dan sumber daya mereka menentang Nabi Besar
Muhammad saw. dan mereka
melipatgandakannya sedapat mungkin, lalu menggunakannya melawan beliau saw..”
Namun dengan tegas Allah Swt. menyatakan جُنۡدٌ مَّا ہُنَالِکَ مَہۡزُوۡمٌ مِّنَ
الۡاَحۡزَابِ -- “Mereka itu lasykar
golongan-golongan perserikatan yang akan dikalahkan di sana.”
Ayat ini sekaligus mengandung nubuatan dan tantangan. Tantangan itu ditujukan kepada kekuatan-kekuatan kejahatan supaya mengerahkan segala sumber daya mereka dan membentuk diri mereka menjadi suatu persekutuan yang kuat untuk menghentikan
derap maju Islam. Dan sebagai nubuatan
ialah, bahwa seluruh kekuatan keingkaran itu akan dihancurluluhkan,
bila mereka berani menentang Islam.
Nubuatan agung ini telah menjadi
sempurna kata demi kata dalam Pertempuran
Khandak, ketika sekitar 10.000 pasukan gabungan kaum kafir Mekkah bersama suku-suku Arab musyrik yang ada di
sekitarnya bergabung menyerang Nabi
Besar Muhammad saw. dan umat Islam di
Madinah dalam Perang Khandak, yang berakhir dengan lenyapnya seluruh kekuatan
mereka, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ
عَلَیۡکُمۡ اِذۡ جَآءَتۡکُمۡ
جُنُوۡدٌ فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ
رِیۡحًا وَّ جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ
بَصِیۡرًا ۚ﴿﴾ اِذۡ
جَآءُوۡکُمۡ مِّنۡ
فَوۡقِکُمۡ وَ مِنۡ اَسۡفَلَ
مِنۡکُمۡ وَ اِذۡ زَاغَتِ الۡاَبۡصَارُ وَ بَلَغَتِ الۡقُلُوۡبُ الۡحَنَاجِرَ وَ
تَظُنُّوۡنَ بِاللّٰہِ الظُّنُوۡنَا ﴿﴾ ہُنَالِکَ ابۡتُلِیَ
الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَ زُلۡزِلُوۡا زِلۡزَالًا شَدِیۡدًا ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah
nikmat Allah atas kamu, ketika datang
menyerang kepada kamu
lasykar-lasykar, maka Kami pun mengirimkan kepada mereka
angin taufan dan lasykar-lasykar
yang kamu tidak melihatnya. Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Ketika mereka datang kepada kamu dari atas kamu
serta dari bawah kamu, dan
ketika mata kamu melantur dan hati sampai
tenggorokan, dan kamu berprasangka
terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka. Di situlah orang-orang beriman diuji, dan mereka digoncang-kan dengan suatu goncangan yang dahsyat. (Al-Ahzab
[33]:10-12).
Ayat ini mengemukakan tentang Pertempuran
Khandak (Pertempuran Parit), yang terjadi dalam tahun ke-5 Hijrah dan
merupakan pertarungan (peperangan) paling sengit dan sangat mencekam di antara
semua pertarungan yang sampai saat itu dihadapi kaum Muslimin.
Seluruh bangsa
Arab musyrik bersatu padu melawan Islam.
Kabilah Quraisy di Mekkah, sekutu-sekutu mereka, kabilah-kabilah Ghathfan,
Asyja’, Murrah, Fararah, Sulaim, Banu Sa’ad, dan Banu Asad, kabilah-kabilah
penghuni padang pasir Arabia Tengah, dibantu dan dihasut oleh pengkhianat-pengkhianat — orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik — dari Medinah, bergabung dalam suatu persekutuan besar melawan Nabi Besar Muhammad saw..
Suatu kekuatan raksasa dengan tenaga berjumlah
sekitar 10.000 sampai 20.000 orang dipasang menghadapi 1.200 orang Muslim
(menurut beberapa penulis ada 3.000 orang Muslim,
termasuk perempuan dan anak-anak dipekerjakan menggali parit), dengan
perlengkapan dan perbekalan serba darurat. Pengepungan
kota Medinah itu berlangsung selama 15 hari sampai 4 minggu. Islam muncul dari kesulitan yang hebat ini jadi lebih
kuat dan orang-orang kafir Quraisy
tidak pernah mampu lagi berderap maju melawan
Islam.
Makna
ayat فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ رِیۡحًا وَّ جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡہَا -- “maka Kami
pun mengirimkan kepada mereka angin taufan dan lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya,” yakni tenaga-tenaga alam — angin, hujan, dan dingin — membuat orang-orang
kafir kepayahan dan melesukan semangat mereka. Kata-kata itu
dapat juga menunjuk kepada lasykar
malaikat yang memasukkan rasa takut
ke dalam hati orang-orang kafir dan menguatkan hati serta menambah keberanian orang-orang Muslim.
Sehubungan
peristiwa tersebut William Muir
berkata: “Ransum diperoleh dengan
susah-payah; perbekalan makin berkurang, dan unta serta kuda setiap hari mati
dalam jumlah besar, letih dan semangat melesu, dalam keadaan demikian malam pun
datang, dingin dan angin berhembus bagai taufan serta hujan menggasak tanpa
ampun perkemahan-perkemahan tak terlindung. Badai berubah menjadi taufan samun.
Api-api unggun padam, tenda-tenda tertiup hingga roboh, alat-alat masak-memasak
dan perkakas lainnya berantakan” (“Life
of Mohammad”).
Pengkhianatan Orang-orang Yahudi dan Orang-orang Munafik Madinah
Makna ayat اِذۡ
جَآءُوۡکُمۡ مِّنۡ
فَوۡقِکُمۡ وَ مِنۡ اَسۡفَلَ
مِنۡکُمۡ -- “Ketika mereka
datang kepada kamu dari atas kamu serta dari bawah kamu” Orang-orang kafir menyergap
orang-orang Muslim dari setiap penjuru — dari tempat-tempat ketinggian Medinah
dan begitu juga dari dataran-dataran rendah. Kengerian suasana saat
pengepungan tersebut lebih lanjut digambarkan وَ
اِذۡ زَاغَتِ الۡاَبۡصَارُ وَ
بَلَغَتِ الۡقُلُوۡبُ الۡحَنَاجِرَ -- “dan ketika mata kamu melantur dan hati sampai
tenggorokan.”
Isyarat dalam kata-kata وَ تَظُنُّوۡنَ
بِاللّٰہِ الظُّنُوۡنَا -- “dan kamu berprasangka terhadap Allah dengan
bermacam-macam prasangka” ditujukan kepada kaum munafikin dan bukan kepada orang-orang
Muslim yang tulus dan sabar. Mengenai orang-orang munafik
tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ اِذۡ یَقُوۡلُ الۡمُنٰفِقُوۡنَ وَ الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ
مَّا وَعَدَنَا اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗۤ
اِلَّا غُرُوۡرًا ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَتۡ طَّآئِفَۃٌ مِّنۡہُمۡ
یٰۤاَہۡلَ یَثۡرِبَ لَا مُقَامَ لَکُمۡ فَارۡجِعُوۡا ۚ وَ یَسۡتَاۡذِنُ
فَرِیۡقٌ مِّنۡہُمُ النَّبِیَّ یَقُوۡلُوۡنَ اِنَّ بُیُوۡتَنَا عَوۡرَۃٌ ؕۛ وَ مَا
ہِیَ بِعَوۡرَۃٍ ۚۛ اِنۡ
یُّرِیۡدُوۡنَ اِلَّا فِرَارًا﴿﴾ وَ لَوۡ دُخِلَتۡ عَلَیۡہِمۡ مِّنۡ
اَقۡطَارِہَا ثُمَّ سُئِلُوا الۡفِتۡنَۃَ
لَاٰتَوۡہَا وَ مَا تَلَبَّثُوۡا بِہَاۤ
اِلَّا یَسِیۡرًا﴿﴾
Dan ingatlah ketika orang-orang
munafik dan mereka yang di dalam
hatinya ada penyakit berkata: “Allah
dan Rasul-Nya sekali-kali tidak
menjanjikan kepada kami kecuali menipu,”
Dan ketika segolongan dari mereka berkata:
“Hai, orang-orang Yathrib, kamu
tidak mungkin dapat bertahan terhadap
musuh karena itu kembalilah kamu.” Dan
segolongan dari mereka meminta izin kepada Nabi dengan berkata: “Sesungguhnya rumah kami terbuka” padahal rumah mereka itu sebenarnya tidak
terbuka, mereka hanya berusaha melarikan
diri. Dan seandainya
musuh memasuki kota Medinah dari daerah-daerah
sekitarnya, kemudian mereka diminta bergabung dalam kerusuhan
terhadap kaum Muslimin pasti mereka akan melakukannya, dan mereka sekali-kali
tidak akan tinggal di Medinah melainkan sebentar saja. (Al-Ahzab [33]:13-15).
Kalimat
وَ اِذۡ قَالَتۡ طَّآئِفَۃٌ مِّنۡہُمۡ
یٰۤاَہۡلَ یَثۡرِبَ لَا مُقَامَ لَکُمۡ فَارۡجِعُوۡا “ Hai, orang-orang Yathrib, kamu mungkin tidak dapat bertahan terhadap
musuh karena itu kembalilah kamu.” Yatsrib adalah nama kota Medinah sebelum Hijrah. Kalimat فَارۡجِعُوۡا -- “karena itu kembalilah kamu”, kata-kata itu berarti,
“Kembalilah kepada kepercayaan kamu yang semula,” atau, “Pulanglah ke rumah
kalian.”
Ayat وَ لَوۡ دُخِلَتۡ عَلَیۡہِمۡ مِّنۡ
اَقۡطَارِہَا ثُمَّ سُئِلُوا
الۡفِتۡنَۃَ لَاٰتَوۡہَا -- “Dan
seandainya musuh memasuki kota
Medinah dari daerah-daerah sekitarnya kemudian mereka diminta bergabung dalam kerusuhan terhadap kaum Muslimin pasti
mereka akan melakukannya“
bermaksud mengatakan, bahwa
andaikata ada musuh masuk ke Medinah dari arah lain dan orang-orang munafik diajak kerjasama dengan dia melawan orang-orang Muslim, niscaya mereka
dengan senang hati dan dengan segala suka hati melakukannya.
Namun dengan tegas selanjutnya Allah Swt.
berrfirman وَ مَا تَلَبَّثُوۡا بِہَاۤ
اِلَّا یَسِیۡرًا – “dan mereka sekali-kali tidak akan tinggal di Medinah melainkan
sebentar saja”, karena
setelah Perang Khandak berakhir
kemudian Nabi Besar Muhammad saw. atas perintah
Allah Swt. telah mengusir dua suku orang-orang Yahudi munafik tersebut dari Madinah
(QS.59:1-5).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 27 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar