Kamis, 29 Agustus 2013

Nubuatan Kekalahan Al-Ahzab (Golongan Persekutuan) dalam perang Khandak




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād 


Bab 4

 Nubuatan   Golongan Persekutuan  Al-Ahzab  (Golongan persekutuan) dalam Perang  Khandak


Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah  mengenai  jawaban Allah Swt. atas  kegusaran Abu Lahab  ketika ia mendengar seruan kepada Tauhid Iahi yang diserukan Nabi Besar Muhammad saw. kepada kaum beliau saw., firman-Nya:
تَبَّتۡ یَدَاۤ  اَبِیۡ  لَہَبٍ وَّ  تَبَّ ؕ﴿﴾  مَاۤ  اَغۡنٰی عَنۡہُ  مَالُہٗ  وَ  مَا کَسَبَ ؕ﴿﴾  سَیَصۡلٰی نَارًا ذَاتَ  لَہَبٍ ۚ﴿ۖ﴾
Binasalah kedua tangan Abu Lahab  dan binasalah dia!  Sekali-kali tidak memberi manfaat kepadanya  hartanya dan apa yang dia usahakan.  Segera  ia akan masuk Api yang menyala-nyala.   (Al-Lahab:111]:2-4).
  Isyarat dalam ayat  selanjutnya  فِیۡ  جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ ٪﴿﴾   وَّ  امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ  الۡحَطَبِ ۚ﴿﴾  -- “Dan juga istrinya pemikul kayu bakar, di leher istrinya ada tali  yang dipintal.” ini rupanya tertuju kepada istri Abu Lahab, Ummi Jamil, yang pernah menaburi jalan yang dilalui  Nabi Besar Muhammad saw.   dengan duri dan biasa jalan kian kemari menabur-naburkan fitnah terhadap beliau; hathab berarti juga fitnah (Lexicon Lane).

Makna Lain Surah Al-Lahab &
Bangsa-bangsa  Pemberdaya “Nyala Api

   Julukan “Bapak Nyala Api” boleh jadi ditujukan khusus kepada Abu Lahab atau kepada siapapun dari musuh-musuh Islam yang berdarah panas; lebih tepat lagi sebutan ini dikenakan kepada bangsa-bangsa Barat di Akhir Zaman ini,   yang memiliki dan menguasai senjata-senjata api, atom dan nuklir – suatu kelompok dari mereka sama sekali menyangkal adanya Tuhan dan yang satu lagi menolak Tauhid Ilahi, namun demikian, kedua-duanya sama-sama memusuhi Islam.
   Dalam pengertian ini “kedua tangan” berarti kedua kelompok itu, dan ayat ini mengandung arti bahwa segala upaya dan persekongkolan rahasia musuh-musuh Islam, terutama kedua golongan adikuasa Barat dengan satelit- satelitnya, akan gagal sama sekali dan semua rencana jahat mereka akan menjadi bumerang dan menghantam mereka sendiri; hati mereka akan terbakar oleh amarah demi dilihatnya Islam terus maju, sedangkan kekuasaan, kekayaan, dan milik mereka sendiri kian menyusut dan binasa juga di hadapan mata kepala mereka sendiri. Itulah makna lain dari ayat تَبَّتۡ یَدَاۤ  اَبِیۡ  لَہَبٍ وَّ  تَبَّ   -- “Binasalah kedua tangan Abu Lahab  dan binasalah dia! ”
   Makna ayat selanjutnya مَاۤ  اَغۡنٰی عَنۡہُ  مَالُہٗ  وَ  مَا کَسَبَ -- “Sekali-kali tidak memberi manfaat kepadanya  hartanya dan apa yang dia usahakan.  ” Kata “hartanya,” dapat berarti, kekayaan yang dihasilkan di negeri-negeri mereka sendiri, dan “apa yang dia usahakan” dapat diartikan harta kekayaan yang ditimbun mereka dengan memeras bangsa-bangsa yang lebih lemah dan merampas kekayaan sumber-sumber daya alam mereka itu.
  Ungkapan “Abu Lahab”, dapat berarti pula orang yang menciptakan barang-barang yang mengeluarkan api serta nyala, atau orang yang dirinya sendiri termakan nyala api. Dalam pengertian terakhir, ayat ini dapat ditafsirkan meramalkan kebinasaan dua blok politik besar di Akhir Zaman ini, disebabkan oleh senjata-senjata api mereka sendiri, seperti bom atom dan senjata nuklir lainnya. Ayat ini menunjukkan bahwa hari perhitungan bagi bangsa-bangsa itu, sudah tidak jauh lagi.

Makna  Lain “Istri Abu Lahab

      Dengan demikian ayat    selanjutnya  فِیۡ  جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ ٪﴿﴾   وَّ  امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ  الۡحَطَبِ ۚ﴿﴾  -- “Dan juga istrinya pemikul kayu bakar, di leher istri-nya ada tali  yang dipintal,” ayat   ini dapat juga dikenakan kepada orang-orang yang menabur-naburkan fitnah dan tuduhan-tuduhan palsu terhadap Islam dan terhadap Nabi Besar Muhammad saw., seperti gambar-gambar karton (karikatur) yang menghina dan memfitnah Nabi Besar Muhammad saw., termasuk film The Innocence of Muslims.
       Sekalipun nampaknya merdeka namun bangsa-bangsa ini akan demikian amat terikatnya pada ideologi-ideologi dan sistem-sistem politik masing-masing, sehingga mereka tidak akan dapat melepaskan diri dari belenggu ideologi dan sistem mereka itu. Atau, seperti Ummi Jamil, yang konon telah tercekik lehernya oleh tali yang justru dengan tali itu pula ia mengikat dan membawa kayu bakar, demikian juga bangsa-bangsa itu akan binasa oleh alat-alatnya sendiri yang dengan alat-alat itu mereka berusaha membinasakan bangsa-bangsa lain.
     Selanjutnya Allah Swt. berfirman dalam Surah Shād mengenai upaya para pemimpin kaum kafir Quraisy Mekkah untuk menghalangi kaum mereka dari menjadi penyembah Tauhid Ilahi yang diajarkan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ انۡطَلَقَ الۡمَلَاُ مِنۡہُمۡ  اَنِ امۡشُوۡا وَ اصۡبِرُوۡا عَلٰۤی  اٰلِہَتِکُمۡ ۚۖ اِنَّ ہٰذَا لَشَیۡءٌ  یُّرَادُ ۖ﴿ۚ﴾   مَا سَمِعۡنَا بِہٰذَا فِی الۡمِلَّۃِ  الۡاٰخِرَۃِ ۚۖ اِنۡ ہٰذَاۤ   اِلَّا  اخۡتِلَاقٌ ۖ﴿ۚ﴾ ءَ اُنۡزِلَ عَلَیۡہِ الذِّکۡرُ مِنۡۢ بَیۡنِنَا ؕ بَلۡ ہُمۡ فِیۡ شَکٍّ مِّنۡ ذِکۡرِیۡ ۚ بَلۡ  لَّمَّا یَذُوۡقُوۡا عَذَابِ ؕ﴿﴾
Dan para pemimpin mereka berjalan sambil berkata: Pergilah dan  tetaplah bersama  tuhan-tuhan kamu, sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang dikehendaki. Kami sekali-kali tidak pernah  mendengar hal ini dalam agama terdahulu,   ini tidak lain melainkan   penipuan belaka. Apakah dari antara kita hanya kepadanya peringatan itu diturunkan?” Bahkan mereka dalam keraguan mengenai peringatan-Ku. Tidak, bahkan mereka benar-benar belum merasakan azab-Ku. (Shād [38]:7-9).
  “Agama terdahulu” dalam ayat  مَا سَمِعۡنَا بِہٰذَا فِی الۡمِلَّۃِ  الۡاٰخِرَۃِ  --    “Kami sekali-kali tidak pernah  mendengar hal ini dalam agama terdahulu” dapat ditujukan kepada agama Kristen atau kepercayaan kaum musyrik Mekkah, atau dapat mengisyaratkan kepada semua agama sebelum Islam, sebab tidak ada agama sebelum Islam mempunyai kepercayaan (ajaran) mengenai  Keesaan Tuhan yang tetap murni dan utuh.
       Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai nubuatan  kekalahan golongan persekutuan (al-Ahzab) yang bangga dengan jumlah dan kekuasaan duniawi mereka yang besar jika dibandingkan dengan  keadaan duniawi Nabi Besar Muhammad saw. dan  umat Islam:
اَمۡ عِنۡدَہُمۡ  خَزَآئِنُ رَحۡمَۃِ  رَبِّکَ الۡعَزِیۡزِ  الۡوَہَّابِ  ۚ﴿﴾ اَمۡ  لَہُمۡ  مُّلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ۟ فَلۡیَرۡتَقُوۡا فِی الۡاَسۡبَابِ﴿﴾ جُنۡدٌ مَّا ہُنَالِکَ مَہۡزُوۡمٌ مِّنَ الۡاَحۡزَابِ ﴿﴾
Ataukah berada  di sisi mereka  khazanah-khazanah rahmat Tuhan engkau Yang Maha Perkasa, Maha Pemberi karunia? Ataukah kepunyaan mereka kerajaan seluruh langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya itu? Maka hendaklah mereka berupaya dengan  sarana-sarana mereka itu.   Mereka itu  lasykar golongan-golongan perserikatan yang akan dikalahkan di sana. (Shād [38]:10-12).

Nubuatan Kekalahan Golongan Persekutuan (Al-Ahzab)

    Makna ayat  فَلۡیَرۡتَقُوۡا فِی الۡاَسۡبَابِ  -- “Maka hendaklah mereka berupaya dengan  sarana-sarana mereka itu” maksudnya adalah “Biarkanlah orang-orang kafir mengumpulkan segala sarana dan sumber daya mereka menentang Nabi Besar Muhammad saw.  dan mereka melipatgandakannya sedapat mungkin, lalu menggunakannya melawan beliau saw..” Namun dengan tegas Allah Swt. menyatakan جُنۡدٌ مَّا ہُنَالِکَ مَہۡزُوۡمٌ مِّنَ الۡاَحۡزَابِ  --  Mereka itu  lasykar golongan-golongan perserikatan yang akan dikalahkan di sana.”
       Ayat ini sekaligus mengandung nubuatan dan tantangan. Tantangan itu ditujukan kepada kekuatan-kekuatan kejahatan supaya mengerahkan segala sumber daya mereka dan membentuk diri mereka menjadi suatu persekutuan yang kuat untuk menghentikan derap maju Islam. Dan  sebagai nubuatan   ialah, bahwa seluruh kekuatan keingkaran itu akan dihancurluluhkan, bila mereka berani menentang Islam.
      Nubuatan agung ini telah menjadi sempurna kata demi kata dalam Pertempuran Khandak, ketika sekitar 10.000 pasukan gabungan kaum kafir Mekkah bersama suku-suku Arab musyrik yang ada di sekitarnya bergabung menyerang Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam di Madinah  dalam Perang Khandak, yang berakhir dengan lenyapnya seluruh kekuatan mereka, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ جَآءَتۡکُمۡ جُنُوۡدٌ  فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ رِیۡحًا وَّ جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرًا ۚ﴿﴾ اِذۡ  جَآءُوۡکُمۡ  مِّنۡ فَوۡقِکُمۡ  وَ مِنۡ اَسۡفَلَ مِنۡکُمۡ  وَ  اِذۡ زَاغَتِ الۡاَبۡصَارُ وَ  بَلَغَتِ الۡقُلُوۡبُ الۡحَنَاجِرَ وَ تَظُنُّوۡنَ بِاللّٰہِ  الظُّنُوۡنَا ﴿﴾ ہُنَالِکَ ابۡتُلِیَ  الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَ زُلۡزِلُوۡا زِلۡزَالًا  شَدِیۡدًا ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah nikmat Allah atas kamu, ketika datang menyerang kepada kamu lasykar-lasykar,  maka Kami pun mengirimkan kepada mereka angin taufan dan lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.   Ketika mereka datang kepada kamu dari atas kamu serta dari bawah kamu, dan ketika mata kamu melantur dan hati sampai tenggorokan, dan kamu berprasangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka.  Di situlah orang-orang beriman diuji,  dan mereka digoncang-kan dengan suatu goncangan yang dahsyat. (Al-Ahzab [33]:10-12).
   Ayat ini  mengemukakan  tentang Pertempuran Khandak (Pertempuran Parit), yang terjadi dalam tahun ke-5 Hijrah dan merupakan pertarungan (peperangan) paling sengit dan sangat mencekam di antara semua pertarungan yang sampai saat itu dihadapi kaum Muslimin.
 Seluruh bangsa Arab musyrik bersatu padu melawan Islam. Kabilah Quraisy di Mekkah, sekutu-sekutu mereka, kabilah-kabilah Ghathfan, Asyja’, Murrah, Fararah, Sulaim, Banu Sa’ad, dan Banu Asad, kabilah-kabilah penghuni padang pasir Arabia Tengah, dibantu dan dihasut oleh pengkhianat-pengkhianat — orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik — dari Medinah, bergabung dalam suatu persekutuan besar melawan  Nabi Besar Muhammad saw..
  Suatu kekuatan raksasa dengan tenaga berjumlah sekitar 10.000 sampai 20.000 orang dipasang menghadapi 1.200 orang Muslim (menurut beberapa penulis ada 3.000 orang Muslim, termasuk perempuan dan anak-anak dipekerjakan menggali parit), dengan perlengkapan dan perbekalan serba darurat. Pengepungan kota Medinah itu berlangsung selama 15 hari sampai 4 minggu. Islam muncul dari kesulitan yang hebat ini jadi lebih kuat dan orang-orang kafir Quraisy tidak pernah mampu lagi berderap maju melawan Islam.
   Makna  ayat فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ رِیۡحًا وَّ جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡہَا  --  maka Kami pun mengirimkan kepada mereka angin taufan dan lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya,” yakni tenaga-tenaga alam — angin, hujan, dan dingin — membuat orang-orang kafir kepayahan dan melesukan semangat mereka. Kata-kata itu dapat juga menunjuk kepada lasykar malaikat yang memasukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir dan menguatkan hati serta menambah keberanian orang-orang Muslim. 
  Sehubungan peristiwa tersebut William Muir berkata: “Ransum diperoleh dengan susah-payah; perbekalan makin berkurang, dan unta serta kuda setiap hari mati dalam jumlah besar, letih dan semangat melesu, dalam keadaan demikian malam pun datang, dingin dan angin berhembus bagai taufan serta hujan menggasak tanpa ampun perkemahan-perkemahan tak terlindung. Badai berubah menjadi taufan samun. Api-api unggun padam, tenda-tenda tertiup hingga roboh, alat-alat masak-memasak dan perkakas lainnya berantakan” (“Life of Mohammad”).

Pengkhianatan Orang-orang Yahudi dan Orang-orang Munafik Madinah

  Makna ayat اِذۡ  جَآءُوۡکُمۡ  مِّنۡ فَوۡقِکُمۡ  وَ مِنۡ اَسۡفَلَ مِنۡکُمۡ    --  Ketika mereka datang kepada kamu dari atas kamu serta dari bawah kamu” Orang-orang kafir menyergap orang-orang Muslim dari setiap penjuru — dari tempat-tempat ketinggian Medinah dan begitu juga dari dataran-dataran rendah. Kengerian suasana saat pengepungan tersebut lebih lanjut digambarkan   وَ  اِذۡ زَاغَتِ الۡاَبۡصَارُ وَ  بَلَغَتِ الۡقُلُوۡبُ الۡحَنَاجِرَ  --   dan ketika mata kamu melantur dan hati sampai tenggorokan.
 Isyarat dalam kata-kata وَ تَظُنُّوۡنَ بِاللّٰہِ  الظُّنُوۡنَا -- “dan kamu berprasangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka” ditujukan kepada kaum munafikin dan bukan kepada orang-orang Muslim yang tulus dan sabar. Mengenai orang-orang munafik tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman: 
وَ اِذۡ یَقُوۡلُ الۡمُنٰفِقُوۡنَ وَ الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ مَّا وَعَدَنَا اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗۤ   اِلَّا  غُرُوۡرًا ﴿﴾  وَ اِذۡ  قَالَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡہُمۡ  یٰۤاَہۡلَ  یَثۡرِبَ لَا  مُقَامَ لَکُمۡ فَارۡجِعُوۡا ۚ وَ یَسۡتَاۡذِنُ فَرِیۡقٌ مِّنۡہُمُ النَّبِیَّ یَقُوۡلُوۡنَ اِنَّ بُیُوۡتَنَا عَوۡرَۃٌ ؕۛ وَ مَا ہِیَ بِعَوۡرَۃٍ ۚۛ اِنۡ  یُّرِیۡدُوۡنَ   اِلَّا  فِرَارًا﴿﴾ وَ لَوۡ دُخِلَتۡ عَلَیۡہِمۡ مِّنۡ اَقۡطَارِہَا ثُمَّ سُئِلُوا الۡفِتۡنَۃَ  لَاٰتَوۡہَا وَ مَا تَلَبَّثُوۡا بِہَاۤ   اِلَّا  یَسِیۡرًا﴿﴾  
Dan ingatlah ketika orang-orang munafik dan mereka yang di dalam hatinya ada penyakit berkata: “Allah dan Rasul-Nya sekali-kali tidak menjanjikan kepada kami kecuali menipu,”   Dan ketika segolongan dari mereka berkata: “Hai, orang-orang Yathrib, kamu tidak mungkin  dapat bertahan terhadap musuh karena itu kembalilah kamu.” Dan segolongan dari mereka meminta izin kepada Nabi dengan berkata: “Sesungguhnya rumah kami terbuka padahal rumah mereka itu sebenarnya tidak terbuka, mereka hanya berusaha melarikan diri.   Dan seandainya  musuh memasuki kota Medinah dari daerah-daerah sekitarnya,  kemudian mereka diminta bergabung dalam kerusuhan terhadap kaum Muslimin pasti mereka  akan melakukannya, dan mereka sekali-kali tidak akan tinggal di Medinah melainkan sebentar saja.  (Al-Ahzab [33]:13-15).
   Kalimat  وَ اِذۡ  قَالَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡہُمۡ  یٰۤاَہۡلَ  یَثۡرِبَ لَا  مُقَامَ لَکُمۡ فَارۡجِعُوۡا Hai, orang-orang Yathrib,  kamu mungkin tidak dapat bertahan terhadap musuh   karena itu kembalilah kamu.”  Yatsrib adalah  nama kota Medinah sebelum Hijrah.  Kalimat  فَارۡجِعُوۡا  -- “karena itu kembalilah kamu”, kata-kata itu berarti, “Kembalilah kepada kepercayaan kamu yang semula,” atau, “Pulanglah ke rumah kalian.”
    Ayat  وَ لَوۡ دُخِلَتۡ عَلَیۡہِمۡ مِّنۡ اَقۡطَارِہَا  ثُمَّ سُئِلُوا الۡفِتۡنَۃَ  لَاٰتَوۡہَا  -- “Dan seandainya  musuh memasuki kota Medinah dari daerah-daerah sekitarnya kemudian mereka diminta bergabung dalam kerusuhan terhadap kaum Muslimin pasti mereka  akan melakukannya   bermaksud mengatakan, bahwa andaikata ada musuh masuk ke Medinah dari arah lain dan orang-orang munafik diajak kerjasama dengan dia melawan orang-orang Muslim, niscaya mereka dengan senang hati dan dengan segala suka hati melakukannya.
   Namun dengan tegas selanjutnya Allah Swt. berrfirman وَ مَا تَلَبَّثُوۡا بِہَاۤ   اِلَّا  یَسِیۡرًا – “dan mereka sekali-kali tidak akan tinggal di Medinah melainkan sebentar saja”, karena setelah Perang Khandak berakhir kemudian Nabi Besar Muhammad saw. atas perintah Allah Swt. telah mengusir dua suku orang-orang Yahudi  munafik tersebut dari Madinah (QS.59:1-5).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 27 Agustus  2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar