بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 5
Nubuatan
Kekalahan Kaum Musyrik Quraisy Mekkah
dalam
Perang Badar
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah mengenai pengepungan
kota Madinah oleh golongan persekutuan
(al-Ahzab) guna menghabisi missi suci Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ
عَلَیۡکُمۡ اِذۡ جَآءَتۡکُمۡ جُنُوۡدٌ فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ رِیۡحًا وَّ
جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرًا ۚ﴿﴾ اِذۡ جَآءُوۡکُمۡ مِّنۡ فَوۡقِکُمۡ وَ مِنۡ اَسۡفَلَ مِنۡکُمۡ وَ
اِذۡ زَاغَتِ الۡاَبۡصَارُ وَ
بَلَغَتِ الۡقُلُوۡبُ الۡحَنَاجِرَ وَ تَظُنُّوۡنَ بِاللّٰہِ الظُّنُوۡنَا ﴿﴾
ہُنَالِکَ
ابۡتُلِیَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَ زُلۡزِلُوۡا
زِلۡزَالًا شَدِیۡدًا ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah
nikmat Allah atas kamu, ketika datang
menyerang kepada kamu
lasykar-lasykar, maka Kami pun mengirimkan kepada mereka
angin taufan dan lasykar-lasykar
yang kamu tidak melihatnya. Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Ketika mereka datang kepada kamu dari atas kamu
serta dari bawah kamu, dan
ketika mata kamu melantur dan hati sampai
tenggorokan, dan kamu berprasangka
terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka. Di situlah orang-orang beriman diuji, dan mereka digoncangkan dengan suatu goncangan yang dahsyat. (Al-Ahzab
[33]:10-12).
Ayat ini mengemukakan tentang Pertempuran
Khandak (Pertempuran Parit), yang terjadi dalam tahun ke-5 Hijrah dan
merupakan pertarungan (peperangan) paling sengit di antara semua pertarungan
yang sampai saat itu dihadapi kaum Muslimin.
Seluruh
bangsa Arab musyrik bersatu padu melawan Islam. Kabilah Quraisy di Mekkah,
sekutu-sekutu mereka, kabilah-kabilah Ghathfan, Asyja’, Murrah, Fararah,
Sulaim, Banu Sa’ad, dan Banu Asad, kabilah-kabilah penghuni padang pasir Arabia
Tengah, dibantu dan dihasut oleh pengkhianat-pengkhianat
— orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik — dari Medinah, bergabung dalam suatu persekutuan besar
melawan Nabi Besar Muhammad saw..
Suatu kekuatan raksasa dengan tenaga berjumlah
sekitar 10.000 sampai 20.000 orang dipasang menghadapi 1.200 orang Muslim
(menurut beberapa penulis ada 3.000 orang Muslim,
termasuk perempuan dan anak-anak dipekerjakan menggali parit), dengan
perlengkapan dan perbekalan serba darurat. Pengepungan
kota Medinah itu berlangsung selama 15 hari sampai 4 minggu. Islam muncul dari kesulitan yang hebat ini jadi lebih
kuat dan orang-orang kafir Quraisy
tidak pernah mampu lagi berderap maju melawan
Islam.
Makna
ayat فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ رِیۡحًا وَّ جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡہَا -- “maka Kami
pun mengirimkan kepada mereka angin taufan dan lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya,” yakni tenaga-tenaga alam — angin, hujan, dan dingin — membuat orang-orang
kafir kepayahan dan melesukan semangat mereka. Kata-kata itu
dapat juga menunjuk kepada lasykar
malaikat yang memasukkan rasa takut
ke dalam hati orang-orang kafir dan menguatkan hati serta menambah keberanian orang-orang Muslim.
Sehubungan peristiwa tersebut William Muir berkata: “Ransum diperoleh dengan susah-payah;
perbekalan makin berkurang, dan unta serta kuda setiap hari mati dalam jumlah
besar, letih dan semangat melesu, dalam keadaan demikian malam pun datang,
dingin dan angin berhembus bagai taufan serta hujan menggasak tanpa ampun
perkemahan-perkemahan tak terlindung. Badai berubah menjadi taufan samun.
Api-api unggun padam, tenda-tenda tertiup hingga roboh, alat-alat masak-memasak
dan perkakas lainnya berantakan” (“Life
of Mohammad”).
Pengkhianatan Orang-orang Yahudi dan Orang-orang Munafik Madinah
Makna ayat اِذۡ
جَآءُوۡکُمۡ مِّنۡ
فَوۡقِکُمۡ وَ مِنۡ اَسۡفَلَ
مِنۡکُمۡ -- “Ketika mereka
datang kepada kamu dari atas kamu serta dari bawah kamu” Orang-orang kafir menyergap
orang-orang Muslim dari setiap penjuru — dari tempat-tempat ketinggian Medinah
dan begitu juga dari dataran-dataran rendah. Kengerian suasana saat
pengepungan tersebut lebih lanjut digambarkan وَ
اِذۡ زَاغَتِ الۡاَبۡصَارُ وَ
بَلَغَتِ الۡقُلُوۡبُ الۡحَنَاجِرَ -- “dan ketika mata kamu melantur dan hati sampai
tenggorokan.”
Isyarat dalam kata-kata وَ تَظُنُّوۡنَ
بِاللّٰہِ الظُّنُوۡنَا -- “dan kamu berprasangka terhadap Allah dengan
bermacam-macam prasangka” ditujukan kepada kaum munafikin dan bukan kepada orang-orang
Muslim yang tulus dan sabar. Mengenai orang-orang munafik
tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ اِذۡ یَقُوۡلُ الۡمُنٰفِقُوۡنَ وَ الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ
مَّا وَعَدَنَا اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗۤ
اِلَّا غُرُوۡرًا ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَتۡ طَّآئِفَۃٌ مِّنۡہُمۡ
یٰۤاَہۡلَ یَثۡرِبَ لَا مُقَامَ لَکُمۡ فَارۡجِعُوۡا ۚ وَ یَسۡتَاۡذِنُ
فَرِیۡقٌ مِّنۡہُمُ النَّبِیَّ یَقُوۡلُوۡنَ اِنَّ بُیُوۡتَنَا عَوۡرَۃٌ ؕۛ وَ مَا
ہِیَ بِعَوۡرَۃٍ ۚۛ اِنۡ
یُّرِیۡدُوۡنَ اِلَّا فِرَارًا﴿﴾ وَ لَوۡ دُخِلَتۡ عَلَیۡہِمۡ مِّنۡ
اَقۡطَارِہَا ثُمَّ سُئِلُوا الۡفِتۡنَۃَ
لَاٰتَوۡہَا وَ مَا تَلَبَّثُوۡا بِہَاۤ
اِلَّا یَسِیۡرًا﴿﴾
Dan ingatlah ketika orang-orang
munafik dan mereka yang di dalam
hatinya ada penyakit berkata: “Allah
dan Rasul-Nya sekali-kali tidak menjanjikan kepada kami kecuali menipu,” Dan
ketika segolongan dari mereka berkata: “Hai, orang-orang Yathrib, kamu tidak mungkin dapat
bertahan terhadap musuh karena itu kembalilah kamu.” Dan segolongan dari mereka meminta izin kepada Nabi dengan
berkata: “Sesungguhnya rumah kami
terbuka” padahal rumah mereka
itu sebenarnya tidak terbuka,
mereka hanya berusaha melarikan diri.
Dan
seandainya musuh memasuki kota
Medinah dari daerah-daerah sekitarnya,
kemudian mereka diminta bergabung
dalam kerusuhan terhadap kaum Muslimin pasti mereka
akan melakukannya, dan mereka sekali-kali tidak akan tinggal di Medinah melainkan sebentar saja. (Al-Ahzab [33]:13-15).
Kalimat
وَ اِذۡ قَالَتۡ طَّآئِفَۃٌ مِّنۡہُمۡ
یٰۤاَہۡلَ یَثۡرِبَ لَا مُقَامَ لَکُمۡ فَارۡجِعُوۡا “ Hai, orang-orang Yathrib, kamu mungkin tidak dapat bertahan terhadap
musuh karena itu kembalilah kamu.” Yatsrib adalah nama kota
Medinah sebelum Hijrah. Kalimat فَارۡجِعُوۡا -- “karena itu kembalilah kamu”, kata-kata itu berarti,
“Kembalilah kepada kepercayaan kamu yang semula,” atau, “Pulanglah ke rumah
kalian.”
Ayat وَ لَوۡ دُخِلَتۡ عَلَیۡہِمۡ مِّنۡ اَقۡطَارِہَا
ثُمَّ سُئِلُوا الۡفِتۡنَۃَ لَاٰتَوۡہَا -- “Dan seandainya musuh memasuki kota Medinah dari
daerah-daerah sekitarnya kemudian mereka
diminta bergabung dalam kerusuhan terhadap kaum Muslimin pasti mereka akan melakukannya“
bermaksud mengatakan, bahwa
andaikata ada musuh masuk ke Medinah dari arah lain dan orang-orang munafik diajak kerjasama dengan dia melawan orang-orang Muslim, niscaya
mereka dengan senang hati dan dengan
segala suka hati melakukannya.
Namun dengan tegas selanjutnya Allah Swt.
berrfirman وَ مَا تَلَبَّثُوۡا بِہَاۤ
اِلَّا یَسِیۡرًا – “dan mereka sekali-kali tidak akan tinggal di Medinah melainkan
sebentar saja”, karena
setelah Perang Khandak berakhir
kemudian Nabi Besar Muhammad saw. atas perintah
Allah Swt. telah mengusir dua suku orang-orang Yahudi munafik tersebut dari Madinah,
firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ سَبَّحَ
لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ
مَا فِی الۡاَرۡضِ ۚ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَخۡرَجَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ
الۡکِتٰبِ مِنۡ دِیَارِہِمۡ لِاَوَّلِ
الۡحَشۡرِ ؕؔ مَا ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ
یَّخۡرُجُوۡا وَ ظَنُّوۡۤا
اَنَّہُمۡ مَّانِعَتُہُمۡ
حُصُوۡنُہُمۡ مِّنَ اللّٰہِ فَاَتٰىہُمُ
اللّٰہُ مِنۡ حَیۡثُ لَمۡ یَحۡتَسِبُوۡا ٭
وَ قَذَفَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ یُخۡرِبُوۡنَ بُیُوۡتَہُمۡ بِاَیۡدِیۡہِمۡ وَ اَیۡدِی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ٭ فَاعۡتَبِرُوۡا یٰۤاُولِی الۡاَبۡصَارِ ﴿﴾ وَ لَوۡ لَاۤ اَنۡ
کَتَبَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمُ
الۡجَلَآءَ لَعَذَّبَہُمۡ فِی
الدُّنۡیَا ؕ وَ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ
عَذَابُ النَّارِ ﴿﴾ ذٰلِکَ
بِاَنَّہُمۡ شَآقُّوا اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗ ۚ وَ مَنۡ یُّشَآقِّ
اللّٰہَ فَاِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ
الۡعِقَابِ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Menyanjung kesucian Allah apa pun
yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dia-lah Yang mengeluarkan orang-orang yang kafir di
antara Ahlikitab dari rumah-rumah mereka pada pengusiran pertama. Kamu sekali-kali tidak menyangka bahwa mereka akan keluar, dan mereka menyangka bahwa benteng-benteng akan melindungi mereka dari keputusan
Allah, maka Allah datang kepada mereka dari arah
mana yang tidak mereka sangka, dan Dia
melemparkan kecemasan dalam kalbu mereka, sehingga mereka merobohkan rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan dengan tangan orang-orang beriman, maka ambillah pelajaran hai orang-orang yang memiliki penglihatan. Dan seandainya tidak karena Allah telah
menetapkan pengusiran terhadap mereka, niscaya Allah telah mengazab mereka di dunia ini juga,
dan bagi mereka di akhirat ada azab Api. Hal
demikian itu karena mereka menentang Allah
dan Rasul-Nya, dan barangsiapa menentang Allah, maka sesungguhnya azab Allah sangat keras. (Al-Hasyr [59]:1-5).
Nubuatan Kemenangan Umat
Islam Dalam Perang Badar
Kekalahan pasukan musyrik Mekkah -- yang merupakan bagian dari golongan persekutuan (al-Ahzab) dalam Perang Khandak tersebut -- sebelumnya
telah diawali dengan kekalahan telak mereka pada Perang Badar, yakni satu tahun setelah Nabi Besar Muhammad saw.
orang-orang Islam hijrah dari Mekkah
ke Madinah, sebagaimana dinubuatkan
dalam firman-Nya berikut ini:
وَ لَقَدۡ جَآءَ اٰلَ
فِرۡعَوۡنَ النُّذُرُ ﴿ۚ﴾ کَذَّبُوۡا
بِاٰیٰتِنَا کُلِّہَا فَاَخَذۡنٰہُمۡ
اَخۡذَ عَزِیۡزٍ مُّقۡتَدِرٍ﴿﴾ اَکُفَّارُکُمۡ
خَیۡرٌ مِّنۡ اُولٰٓئِکُمۡ اَمۡ لَکُمۡ
بَرَآءَۃٌ فِی الزُّبُرِ ﴿ۚ﴾ اَمۡ یَقُوۡلُوۡنَ نَحۡنُ جَمِیۡعٌ مُّنۡتَصِرٌ ﴿﴾ سَیُہۡزَمُ
الۡجَمۡعُ وَ یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ ﴿﴾ بَلِ
السَّاعَۃُ مَوۡعِدُہُمۡ وَ السَّاعَۃُ
اَدۡہٰی وَ اَمَرُّ ﴿﴾
Dan sungguh para pemberi peringatan benar-benar telah
datang kepada kaum Fir’aun. Mereka mendustakan
Tanda-tanda Kami semuanya, maka Kami
menyergap mereka dengan sergapan Dzat
Yang Maha Perkasa, Maha Kuasa. Apakah orang-orang kafir kamu lebih baik daripada orang-orang sebelum kamu? Atau adakah
bagi kamu jaminan kebebasan dari azab
di dalam kitab-kitab terdahulu? Atau apakah mereka berkata:
“Kami golongan yang bersatu yang pasti menang?” Tidak demikian,
golongan itu akan segera
dikalahkan dan mereka
akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri. Bahkan Saat
itu telah dijanjikan kepada mereka, dan Saat itu paling mengerikan dan paling
pahit. (Al-Qamar [54]:42-47).
Fir’aun adalah seorang raja perkasa, penguasa Mesir. Ia
menganggap dirinya sebagai “tuhan
mahaluhur orang-orang Bani Israil” (QS.79:25). Maka kekuasaan Tuhan Yang
Maha Kuasa hakiki, Tuhan Pemilik Musa
dan Harun, dihadapkan kepada tuhan ciptaan mereka sendiri, yang telah
dibinasakan sama sekali.
Ayat
ini mengulangi peringatan yang
ditujukan kepada orang-orang musyrik Quraisy
dalam bentuk lain. “Adakah kamu bagaimana jua
pun lebih baik” --demikian ayat ini menanyakan kepada mereka -- “daripada mereka (kaum-kaum) yang menolak Nabi
Nuh a.s., Nabi Hud a.s.. Nabi Luth a.s., atau Nabi Musa a.s.? Atau, sudahkah kamu
menerima janji Ilahi, yang tercantum
dalam Kitab-kitab suci, bahwa kamu tidak akan dihukum atas penolakan kamu
terhadap Rasulullah saw.?”
Nubuatan tegas yang terkandung di dalam ayat
ini pastilah berkenaan dengan kekalahan
remuk-redam yang diderita balatentara
Mekkah di dalam Pertempuran Badar,
firman-Nya:
اَمۡ یَقُوۡلُوۡنَ نَحۡنُ جَمِیۡعٌ
مُّنۡتَصِرٌ ﴿﴾ سَیُہۡزَمُ
الۡجَمۡعُ وَ یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ ﴿﴾ بَلِ
السَّاعَۃُ مَوۡعِدُہُمۡ وَ السَّاعَۃُ
اَدۡہٰی وَ اَمَرُّ ﴿﴾
Atau apakah mereka berkata: “Kami golongan yang bersatu yang pasti menang?” Tidak demikian,
golongan itu akan segera
dikalahkan dan mereka
akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri. Bahkan Saat
itu telah dijanjikan kepada mereka, dan Saat itu paling mengerikan dan paling
pahit. (Al-Qamar [54]:45-47).
Pengalaman dalam Perang Badar itu demikian berat menekan
orang-orang Muslim, sehingga ketika pertempuran mulai berkobar, Nabi Besar Muhammad saw. berdoa kepada Allah Swt. dengan memelas
dan dengan kepedihan hati yang
sangat, di dalam kemah yang dipasang orang untuk beliau saw. guna maksud itu,
dengan kata-kata yang tidak luput dari kenangan:
“Ya Allah, kumohon dengan kerendahan hati kepada Engkau
agar sudi memenuhi janji Engkau.
Andaikata jemaat sekecil ini
hancur-lebur, niscayalah Engkau tidak
akan disembah lagi di atas dunia ini” (Bukhari).
Persamaaan Akibat yang Ditimbulkan Pemukulan dengan Tongkat Nabi Musa a.s. dan Pelemparan Segenggam Pasir oleh Nabi
Besar Muhammad Saw.
Seusai berdoa, Nabi Besar Muhammad saw. keluar dari kemah dan sambil menghadap
ke medan pertempuran, beliau saw. membaca ayat ini: سَیُہۡزَمُ الۡجَمۡعُ وَ یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ -- “Golongan itu akan segera dikalahkan
dan akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri!”
Kekalahan kaum
musyrik Quraisy Makkah pada Pertempuran
Badar sungguh merupakan malapetaka
paling dahsyat dan hebat bagi
orang-orang Quraisy. Kekuasaan dan kehormatan mereka mengalami pukulan yang
meremuk-redamkan. Kebanyakan pemimpin mereka – termasuk Abu
Jahal dkk -- terbunuh dan mayat mereka diseret dan dilemparkan ke dalam sebuah lubang. Nabi Besar Muhammad saw. pergi ke tepi lubang itu seraya berkata kepada mayat-mayat itu dengan kata-kata
yang menurut riwayat berbunyi:
“Tidak benarkah apa yang telah dijanjikan Tuhan kamu kepada kamu?
Sungguh aku telah menyaksikan kebenaran
apa yang telah dijanjikan Tuhan-ku
kepadaku” (Bukhari, Kitab
al-Maghazi).
Tiap-tiap kata dalam kabar gaib (nubuatan) itu telah menjadi kenyataan. Allah Swt. dalam Al-Quran telah menyebut Perang Badar sebagai yawmul-furqaan (Hari Pembeda antara haqq (kebenaran) dan bathil (kepalsuan) – QS.8:42-45), dan
menurut Allah Swt. pasukan Muslim yang sedikit
dan sangat lemah dalam perlengkapan perang yang dimilikinya
telah dijadikan sarana Allah Swt. untuk menghinakan para pemimpin kaum musyrik Mekkah yang takabbur.
Itulah sebabnya ketika permohonan
yang dipanjatkan Nabi Besar Muhammad saw.
mendapat jawaban dari Allah Swt. maka sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya, seusai berdoa Nabi Besar Muhammad saw. keluar dari kemah dan sambil menghadap
ke medan pertempuran beliau saw. membaca
ayat ini: سَیُہۡزَمُ
الۡجَمۡعُ وَ یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ -- “Golongan itu akan
segera dikalahkan dan akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri!”, sambil melemparkan segenggap pasir ke arah pasukan kaum
musyrik Mekkah, dan mengenai peristiwa akibat luar biasa yang
ditimbulkannya berupa kekalahan telak pasukan musyrik Mekkah
tersebut Allah Swt. berfirman:
فَلَمۡ تَقۡتُلُوۡہُمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ
قَتَلَہُمۡ ۪ وَ مَا رَمَیۡتَ اِذۡ رَمَیۡتَ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ رَمٰی ۚ وَ
لِیُبۡلِیَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ مِنۡہُ
بَلَآءً حَسَنًا ؕ اِنَّ
اللّٰہَ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾ ذٰلِکُمۡ وَ اَنَّ اللّٰہَ مُوۡہِنُ کَیۡدِ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Maka bukan
kamu yang membunuh mereka melainkan Allah yang telah membunuh mereka, dan bukan engkau yang melemparkan pasir ketika engkau melempar,
melainkan Allah-lah yang telah melempar,
dan supaya Dia menganugerahi orang-orang yang beriman anugerah yang baik dari-Nya, sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui. Demikianlah yang terjadi, dan
sesungguhnya Allah melemahkan tipu-daya
orang-orang kafir. (Al-Anfāl
[8]:18-19).
Jadi, kemenangan
kaum Muslim di Perang Badar itu sebenarnya bukan disebabkan oleh suatu kecakapan atau kemahiran pihak orang-orang Islam. Mereka terlalu sedikit, terlalu
lemah, dan terlalu buruk persenjataan
mereka untuk memperoleh kemenangan
terhadap satu lasykar yang jauh lebih besar jumlahnya, jauh lebih baik
persenjataannya dan dalam kemahiran
berperang, lagi pula jauh lebih terlatih.
Pengabulan Doa Takabbur Abu Jahal
Sebelum Perang Badar
Perlemparan segenggam kerikil dan pasir oleh Nabi Besar Muhammad saw. mempunyai kesamaan yang ajaib dengan pemukulan
air laut dengan tongkat oleh Nabi
Musa a.s.. Sebagaimana dalam
kejadian yang terakhir, perbuatan
Nabi Musa a.s. itu
seolah-olah merupakan isyarat bagi angin untuk bertiup dan bagi air-pasang naik kembali sehingga membawa
akibat tenggelamnya Fir’aun serta lasykarnya di laut.
Demikian pula halnya pelemparan segenggam kerikil oleh Nabi Besar Muhammad saw. pun merupakan satu isyarat untuk angin bertiup
kencang dengan membawa akibat kebinasaan
Abu Jahal -- yang pernah disebut
oleh Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Fir’aun kaumnya -- dan lasykarnya di padang pasir itu.
Dalam kedua kejadian tersebut
bekerjanya kekuatan-kekuatan alam
itu, bertepatan benar dengan tindakan-tindakan
kedua nabi Allah itu di bawah takdir
khas Allah Swt. sebagaimana
firman-Nya: وَ مَا رَمَیۡتَ
اِذۡ رَمَیۡتَ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ رَمٰی – “bukan
engkau yang melemparkan pasir ketika engkau melempar, melainkan Allah-lah yang telah melempar.”
Jadi, orang-orang kafir menuntut kepada Nabi Besar Muhammad saw. keputusan dari Tuhan berupa kemenangan.
Kepada mereka diberitahukan bahwa keputusan
Tuhan memang telah datang dalam bentuk serupa dengan apa yang diminta mereka (yaitu kemenangan lasykar
Islam). Dengan demikian sempurnalah doa penuh ketakaburan yang diucapkan Abu Jahal dkk dalam Perang
Badar, firman-Nya:
وَ
اِذۡ قَالُوا اللّٰہُمَّ اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ
فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ
اَلِیۡمٍ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika mereka berkata: “Ya Allah,
jika Al-Quran ini benar-benar
kebenaran dari Engkau maka hujanilah kami dengan batu dari
langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (Al-Anfāl
[8]:33).
Kira-kira seperti kata-kata itu jugalah Abu Jahal mendoa di medan perang Badar (Bukhari — Kitab Tafsir). Doa itu
dikabulkan secara harfiah. Abu Jahal
bersama beberapa pemimpin Quraisy
yang lain terbunuh dan mayat-ayat mereka dilemparkan ke dalam sebuah lubang.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 28Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar