Selasa, 27 Agustus 2013

Pengabulan Doa Nabi Ibrahim a.s. & Makna Lain Kegusaran "Abu Lahab" (Bapak Nyala Api)



 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah  Shād 

Bab 3

 Pengabulan Doa Nabi Ibrahim a.s. & Makna Lain Kegusaran  “Abu Lahab”  (Bapak Nyala Api)

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah  mengenai  doa Nabi Ibrahim a.s.  untuk Nabi Isma’il a.s. dan keturunan beliau yang akhirnya lahir Nabi Besar Muhammad saw. (QS.2:128-130):
رَبَّنَاۤ  اِنِّیۡۤ  اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ غَیۡرِ  ذِیۡ  زَرۡعٍ عِنۡدَ  بَیۡتِکَ  الۡمُحَرَّمِ ۙ رَبَّنَا لِیُـقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ فَاجۡعَلۡ اَفۡئِدَۃً مِّنَ النَّاسِ تَہۡوِیۡۤ اِلَیۡہِمۡ وَارۡ زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ ﴿﴾  رَبَّنَاۤ  اِنَّکَ تَعۡلَمُ مَا نُخۡفِیۡ وَ مَا نُعۡلِنُ ؕ وَ مَا یَخۡفٰی عَلَی اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ  فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا  فِی  السَّمَآءِ ﴿﴾  اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ وَہَبَ لِیۡ عَلَی الۡکِبَرِ  اِسۡمٰعِیۡلَ وَ اِسۡحٰقَ ؕ اِنَّ  رَبِّیۡ لَسَمِیۡعُ  الدُّعَآءِ ﴿﴾
”Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian  keturunanku di lembah yang tandus dekat rumah Engkau yang suci.  Ya Tuhan kami, supaya mereka  mendirikan shalat, maka jadikanlah hati manusia cenderung  kepada mereka dan berilah  mereka rezeki berupa buah-buahan, supaya mereka bersyukur.   Ya Tuhan kami, sesungguhnya  Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan, dan tidak ada  sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah sesuatu pun di bumi dan tidak pula di langit. Segala puji bagi Allah Yang telah menganugerahkan kepadaku Isma’il dan Ishaq walaupun usiaku telah lanjut, sesungguhnya Tuhan-ku Maha Mendengar doa. (Ibrahim [14]:38-40).
       Yang diisyaratkan dalam ayat  رَبَّنَاۤ  اِنِّیۡۤ  اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ غَیۡرِ  ذِیۡ  زَرۡعٍ عِنۡدَ  بَیۡتِکَ  الۡمُحَرَّمِ   --   “sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian  keturunanku di lembah yang tandus dekat rumah Engkau yang suci adalah penempatan putra  Nabi  Ibrahim a.s.,  yakni Isma’il a.s. dan istri Ibrahim a.s.  yaitu Siti Hajar, di belantara Arabia.
     Nabi Ismail a.s.  masih kecil pada waktu Nabi Ibrahim a.s.  — yang oleh karena patuhnya kepada perintah Ilahi dan untuk memenuhi rencana Ilahi — membawa beliau dan ibunda beliau, Siti Hajar, ke daerah yang kering dan gersang, tempat sekarang terletak kota Mekkah.
      Pada masa itu tiada satu pun tanda adanya kehidupan dan tidak ada syarat untuk dapat hidup di tempat itu (Bukhari). Tetapi Allah Swt.  telah merencanakan sedemikian rupa sehingga tempat itu menjadi medan kegiatan bagi amanat (syariat) terakhir dari Allah Swt.  untuk umat manusia yaini agama Islam (Al-Quran – QS.5:4) yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad saw. (QS.2:130 & QS.62:3-4),  dan Nabi Isma’il a.s. telah terpilih sebagai alat untuk melaksanakan rencana Ilahi terbesar itu.
       Doa Nabi Ibrahim a.s.   فَاجۡعَلۡ اَفۡئِدَۃً مِّنَ النَّاسِ تَہۡوِیۡۤ اِلَیۡہِمۡ وَارۡ زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ   – “maka jadikanlah hati manusia cenderung  kepada mereka dan berilah  mereka rezeki berupa buah-buahan, supaya mereka bersyukur ini telah memperoleh perwujudan yang sempurna dalam diri Nabi Besar Muhammad saw., sebab sebelum beliau saw. hanya orang-orang Arab sajalah yang berkunjung ke Mekkah untuk mempersembahkan kurban-kurban mereka, tetapi sesudah kedatangan Nabi Besar Muhammad saw.  bangsa-bangsa (umat manusia) dari seluruh dunia mulai berkunjung ke kota itu untuk melaksanakan ibadah haji   (QS.22:28-34).

Doa Tentang Rezeki (Buah-buahan) Duniawi &
Makna Istighfar Para Rasul Allah

       Doa Nabi Ibrahima a.s. selanjutnya  وَارۡ زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ   – “dan berilah  mereka rezeki berupa buah-buahan, supaya mereka bersyukur.” Doa itu diucapkan pada saat, ketika tidak ada sehelai pun rumput nampak tumbuh dalam jarak bermil-mil di sekitar Mekkah. Namun nubuatan itu telah menjadi sempurna dengan cara yang menakjubkan, sebab buah-buahan yang paling terpilih didatangkan orang berlimpah-limpah ke Mekkah pada setiap musim.
      Ada hal yang menarik dari jawaban  Allah Swt. atas doa Nabi Ibrahim a.s. mengenai rezeki  berupa buah-buahan buat penduduk Mekkah di masa  depan,  yakni Nabi Ibrahim a.s. memohon  kepada Allah Swt. bahwa yang diberi rezeki tersebut adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, tetapi Allah Swt. menjawab bahwa “orang-orang kafir pun” untuk sementara waktu akan mendapatkan  rezeki duniawi tersebut, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ  اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ  اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhan-ku,  jadikanlah tempat ini kota yang aman dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman  kepada  Allah dan Hari Kemudian.” Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun  maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian  akan Aku paksa ia ma-suk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al-Baqarah [2]:127).
     Oleh karena itu berlimpah-ruahnya kekayaan duniawi    di Timur Tengah  saat ini sebagai hasil penjualan "emas hitam" -- yang juga merupakan bagian dari pengabulan doa Nabi Ibrahim a.s. --   terbukti tidak mampu mempersatukan hati bangsa Arab atau negara-negara Muslim  di sana. Bahkan yang terjadi sebaliknya, yakni  membuktikan kebenaran pernyataan Allah Swt. bahwa    mempersatukan hati manusia dalam suatu persaudaraan yang hakiki sepenuhnya wewenang Allah Swt., berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:

وَ اَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ ؕ لَوۡ اَنۡفَقۡتَ مَا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا مَّاۤ  اَلَّفۡتَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ  اَلَّفَ بَیۡنَہُمۡ ؕ اِنَّہٗ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan Dia telah menanamkan kecintaan di antara hati mereka, seandainya engkau membelanjakan yang ada di bumi ini seluruhnya, engkau  sekali-kali tidak akan dapat menanamkan kecintaan di antara hati mereka, tetapi Allah  telah menanamkan kecintaan di antara mereka, sesungguhnya Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Anfal [8]:64).
    Selanjutnya Nabi Ibrahim a.s. mengakhiri doa beliau dengan memohon “ampunan” (maghfirah) Allah Swt.:
رَبِّ اجۡعَلۡنِیۡ مُقِیۡمَ الصَّلٰوۃِ  وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ ٭ۖ رَبَّنَا وَ تَقَبَّلۡ دُعَآءِ ﴿﴾  رَبَّنَا اغۡفِرۡ لِیۡ  وَ لِوَالِدَیَّ وَ لِلۡمُؤۡمِنِیۡنَ  یَوۡمَ  یَقُوۡمُ الۡحِسَابُ﴿﴾
”Ya Tuhan-ku, jadikanlah aku orang yang senantiasa mendirikan shalat, dan juga keturunanku. Ya Tuhan kami,  dan kabulkanlah doaku. Ya Tuhan kami, ampuni-lah aku dan kedua orangtuaku dan orang-orang yang beriman pada Hari penghisaban.” (Ibrahim [14]:41-42-37).
        Yang menjadi sebab mengapa para nabi Allah biasa membaca istighfar, padahal beliau-beliau pada hakikatnya dijamin untuk mendapat perlindungan terhadap syaitan, ialah kesadaran mereka tentang kesucian dan keagungan Allah Swt. satu pihak, dan mengenai kelemahan diri mereka sendiri di pihak lain.
       Kesadaran akan kelemahan insani itulah yang mendorong mereka untuk mendoa dengan merendahkan diri kepada Allah Swt.,  supaya Dia “menutupi” mereka dengan sifat Rahmān dan Rahīm-Nya, supaya wujud mereka sendiri hilang dan tenggelam sepenuhnya dalam wujud-Nya, itulah makna maghfirah.

Kegusaran Abu Lahab  kepada Nabi Besar Muhammad Saw.

     Kembali kepada Surah Shād mengenai kegusaran orang-orang kafir  Mekkah kepada  misi kerasulan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ عَجِبُوۡۤا اَنۡ جَآءَہُمۡ مُّنۡذِرٌ مِّنۡہُمۡ ۫ وَ قَالَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ہٰذَا سٰحِرٌ کَذَّابٌ ۖ﴿ۚ﴾  اَجَعَلَ  الۡاٰلِہَۃَ  اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚۖ اِنَّ ہٰذَا  لَشَیۡءٌ  عُجَابٌ﴿﴾
Dan mereka heran bahwa  kepada mereka datang seorang pemberi peringatan dari antara mereka,  dan  orang-orang kafir itu berkata: “Ini se-orang tukang sihir dan seorang pendusta besar.   Apakah ia telah membuat  tuhan-tuhan itu satu Tuhan saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu  yang  ajaib.” (Shād [38]:5-6).
   Jadi,  mereka benar-benar gusar ketika Nabi Besar Muhammad saw. datang dan menyeru mereka untuk hanya menyembah Allah Swt. saja yang telah diwasiyatkan oleh  Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. kepada anak cucu-mereka (QS.2:131-135), kegusaran  mereka tersebut digambarkan dalam Surah Al-Lahab berikut ini, sebagai jawaban Allah Swt. atas kegusaran Abu Lahab, salah satu paman Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  تَبَّتۡ یَدَاۤ  اَبِیۡ  لَہَبٍ وَّ  تَبَّ ؕ﴿﴾  مَاۤ  اَغۡنٰی عَنۡہُ  مَالُہٗ  وَ  مَا کَسَبَ ؕ﴿﴾  سَیَصۡلٰی نَارًا ذَاتَ  لَہَبٍ ۚ﴿ۖ﴾  وَّ  امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ  الۡحَطَبِ ۚ﴿﴾  فِیۡ  جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.    Binasalah kedua tangan Abu Lahab  dan binasalah dia!   Sekali-kali tidak memberi man-faat kepadanya  hartanya dan apa yang dia usahakan.  Segera  ia akan masuk Api yang menyala-nyala. Dan juga istrinya pemikul kayu bakar.3461   Di leher istri-nya ada tali  yang dipintal. (Al-Lahab:111]:1-6).
  Abu Lahab (Bapak Nyala-Api) adalah julukan yang diberikan kepada ‘Abd-al-’Uzza paman   Nabi Besar Muhammad saw.  dan musuh bebuyutan dan penindas beliau. Ia disebut demikian, karena warna muka dan rambutnya kemerah-merahan, atau juga karena berdarah panas (pemarah).
 Surah ini mengingatkan kita kepada suatu peristiwa ketika Nabi Besar Muhammad saw.  mula-mula sekali membuka tabligh. Setelah diperintahkan Allāh untuk mengumpulkan kaum kerabat beliau saw. dan menyampaikan Amanat Ilahi kepada mereka.
 Pada suatu hari  Nabi Besar Muhammad saw.   berdiri di Bukit Shafa dan memanggil berbagai kabilah Mekkah satu demi satu – kabilah-kabilah Luway, Murah, Kilāb dan Qushay – dan anggota keluarga-dekat beliau saw., dan mengatakan kepada mereka bahwa beliau adalah utusan (rasul) Allah, dan bahwa jika mereka tidak menerima seruan beliau saw. serta tidak meninggalkan adat kebiasaan jahat mereka  maka hukuman Allah  akan menimpa diri mereka.
   Belum juga Nabi Besar Muhammad saw.  mengakhiri uraian beliau tiba-tiba berdirilah Abu Lahab seraya berkata: “Binasalah engkau! Untuk inikah engkau memanggil kami berkumpul?” (Bukhari). Atas kegusaran Abu Lahab tersebut Allah Swt. menjawab, firman-Nya:
تَبَّتۡ یَدَاۤ  اَبِیۡ  لَہَبٍ وَّ  تَبَّ ؕ﴿﴾  مَاۤ  اَغۡنٰی عَنۡہُ  مَالُہٗ  وَ  مَا کَسَبَ ؕ﴿﴾  سَیَصۡلٰی نَارًا ذَاتَ  لَہَبٍ ۚ﴿ۖ﴾
Binasalah kedua tangan Abu Lahab  dan binasalah dia!  Sekali-kali tidak memberi manfaat kepadanya  hartanya dan apa yang dia usahakan.  Segera  ia akan masuk Api yang menyala-nyala.   (Al-Lahab:111]:2-4).
   Isyarat dalam ayat  selanjutnya  فِیۡ  جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ ٪﴿﴾   وَّ  امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ  الۡحَطَبِ ۚ﴿﴾  -- “Dan juga istrinya pemikul kayu bakar, di leher istri-nya ada tali  yang dipintal.” ini rupanya tertuju kepada istri Abu Lahab, Ummi Jamil, yang pernah menaburi jalan yang dilalui  Nabi Besar Muhammad saw.   dengan duri dan biasa jalan kian kemari menabur-naburkan fitnah terhadap beliau; hathab berarti juga fitnah (Lexicon Lane).

Makna Lain Surah Al-Lahab &
Makar-makar Buruk Para Penentang Nabi Besar Muhammad Saw.

   Julukan “Bapak Nyala Api” boleh jadi ditujukan khusus kepada Abu Lahab atau kepada siapapun dari musuh-musuh Islam yang berdarah panas; lebih tepat lagi sebutan ini dikenakan kepada bangsa-bangsa Barat di Akhir Zaman ini,   yang memiliki dan menguasai senjata-senjata api, atom dan nuklir – suatu kelompok dari mereka sama sekali menyangkal adanya Tuhan dan yang satu lagi menolak Tauhid Ilahi, namun demikian, kedua-duanya sama-sama memusuhi Islam.
   Dalam pengertian ini “kedua tangan” berarti kedua kelompok itu, dan ayat ini mengandung arti bahwa segala upaya dan persekongkolan rahasia musuh-musuh Islam, terutama kedua golongan adikuasa Barat dengan satelit- satelitnya, akan gagal sama sekali dan semua rencana jahat mereka akan menjadi bumerang dan menghantam mereka sendiri; hati mereka akan terbakar oleh amarah demi dilihatnya Islam terus maju, sedangkan kekuasaan, kekayaan, dan milik mereka sendiri kian menyusut dan binasa juga di hadapan mata kepala mereka sendiri. Itulah makna lain dari ayat تَبَّتۡ یَدَاۤ  اَبِیۡ  لَہَبٍ وَّ  تَبَّ   -- “Binasalah kedua tangan Abu Lahab  dan binasalah dia! ”
   Makna ayat selanjutnya مَاۤ  اَغۡنٰی عَنۡہُ  مَالُہٗ  وَ  مَا کَسَبَ -- “Sekali-kali tidak memberi manfaat kepadanya  hartanya dan apa yang dia usahakan.  ” Kata “hartanya,” dapat berarti, kekayaan yang dihasilkan di negeri-negeri mereka sendiri, dan “apa yang dia usahakan” dapat diartikan harta kekayaan yang ditimbun mereka dengan memeras bangsa-bangsa yang lebih lemah dan merampas kekayaan sumber-sumber daya alam mereka itu.
  Ungkapan “Abu Lahab”, dapat berarti pula orang yang menciptakan barang-barang yang mengeluarkan api serta nyala, atau orang yang dirinya sendiri termakan nyala api. Dalam pengertian terakhir, ayat ini dapat ditafsirkan meramalkan kebinasaan dua blok politik besar di Akhir Zaman ini, disebabkan oleh senjata-senjata api mereka sendiri, seperti bom atom dan senjata nuklir lainnya. Ayat ini menunjukkan bahwa hari perhitungan bagi bangsa-bangsa itu, sudah tidak jauh lagi.
      Dengan demikian ayat    selanjutnya  فِیۡ  جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ ٪﴿﴾   وَّ  امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ  الۡحَطَبِ ۚ﴿﴾  -- “Dan juga istrinya pemikul kayu bakar, di leher istri-nya ada tali  yang dipintal,” ayat   ini dapat juga dikenakan kepada orang-orang yang menabur-naburkan fitnah dan tuduhan-tuduhan palsu terhadap Islam dan terhadap Nabi Besar Muhammad saw., seperti gambar-gambar karton (karikatur) yang menghina dan memfitnah Nabi Besar Muhammad saw., termasuk film The Innocence of Muslims.
       Sekalipun nampaknya merdeka namun bangsa-bangsa ini akan demikian amat terikatnya pada ideologi-ideologi dan sistem-sistem politik masing-masing, sehingga mereka tidak akan dapat melepaskan diri dari belenggu ideologi dan sistem mereka itu. Atau, seperti Ummi Jamil, yang konon telah tercekik lehernya oleh tali yang justru dengan tali itu pula ia mengikat dan membawa kayu bakar, demikian juga bangsa-bangsa itu akan binasa oleh alat-alatnya sendiri yang dengan alat-alat itu mereka berusaha membinasakan bangsa-bangsa lain.

Kegagalan Upaya Merintangi Tauhid Ilahi  &
Nubuatan Kekalahan Golongan Persekutuan (Al-Ahzab)

   Selanjutnya Allah Swt. berfirman dalam Surah Shād mengenai upaya para pemimpin kaum kafir Quraisy Mekkah untuk menghalangi kaum mereka dari menjadi penyembah Tauhid Ilahi yang diajarkan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ انۡطَلَقَ الۡمَلَاُ مِنۡہُمۡ  اَنِ امۡشُوۡا وَ اصۡبِرُوۡا عَلٰۤی  اٰلِہَتِکُمۡ ۚۖ اِنَّ ہٰذَا لَشَیۡءٌ  یُّرَادُ ۖ﴿ۚ﴾   مَا سَمِعۡنَا بِہٰذَا فِی الۡمِلَّۃِ  الۡاٰخِرَۃِ ۚۖ اِنۡ ہٰذَاۤ   اِلَّا  اخۡتِلَاقٌ ۖ﴿ۚ﴾ ءَ اُنۡزِلَ عَلَیۡہِ الذِّکۡرُ مِنۡۢ بَیۡنِنَا ؕ بَلۡ ہُمۡ فِیۡ شَکٍّ مِّنۡ ذِکۡرِیۡ ۚ بَلۡ  لَّمَّا یَذُوۡقُوۡا عَذَابِ ؕ﴿﴾
Dan para pemimpin mereka berjalan sambil berkata: Pergilah dan  tetaplah bersama  tuhan-tuhan kamu, sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang dikehendaki. Kami sekali-kali tidak pernah  mendengar hal ini dalam agama terdahulu,  ini tidak lain melainkan   penipuan belaka. Apakah dari antara kita hanya kepadanya peringatan itu diturunkan?” Bahkan mereka dalam keraguan mengenai peringatan-Ku. Tidak, bahkan mereka benar-benar belum merasakan azab-Ku. (Shād [38]:7-9).
       “Agama terdahulu” dalam ayat  مَا سَمِعۡنَا بِہٰذَا فِی الۡمِلَّۃِ  الۡاٰخِرَۃِ  --    “Kami sekali-kali tidak pernah  mendengar hal ini dalam agama terdahulu” dapat ditujukan kepada agama Kristen atau kepercayaan kaum musyrik Mekkah, atau dapat mengisyaratkan kepada semua agama sebelum Islam, sebab tidak ada agama sebelum Islam mempunyai kepercayaan (ajaran) mengenai  Keesaan Tuhan yang tetap murni dan utuh.
   Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai nubuatan  kekalahan golongan persekutuan (al-Ahzab) yang bangga dengan jumlah dan kekuasaan duniawi mereka yang besar jika dibandingkan dengan  keadaan duniawi Nabi Besar Muhammad saw. dan  umat Islam:
اَمۡ عِنۡدَہُمۡ  خَزَآئِنُ رَحۡمَۃِ  رَبِّکَ الۡعَزِیۡزِ  الۡوَہَّابِ  ۚ﴿﴾ اَمۡ  لَہُمۡ  مُّلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ۟ فَلۡیَرۡتَقُوۡا فِی الۡاَسۡبَابِ﴿﴾ جُنۡدٌ مَّا ہُنَالِکَ مَہۡزُوۡمٌ مِّنَ الۡاَحۡزَابِ ﴿﴾
Ataukah berada  di sisi mereka  khazanah-khazanah rahmat Tuhan engkau Yang Maha Perkasa, Maha Pemberi karunia? Ataukah kepunyaan mereka kerajaan seluruh langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya itu? Maka hendaklah mereka berupaya dengan  sarana-sarana mereka itu.   Mereka itu  lasykar golongan-golongan perserikatan yang akan dikalahkan di sana. (Shād [38]:10-12).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 26 Agustus  2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar