بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 3
Pengabulan Doa Nabi Ibrahim a.s.
& Makna Lain Kegusaran “Abu Lahab” (Bapak Nyala Api)
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah mengenai doa Nabi
Ibrahim a.s. untuk Nabi Isma’il a.s.
dan keturunan beliau yang akhirnya lahir Nabi
Besar Muhammad saw. (QS.2:128-130):
رَبَّنَاۤ اِنِّیۡۤ اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ
غَیۡرِ ذِیۡ زَرۡعٍ عِنۡدَ
بَیۡتِکَ الۡمُحَرَّمِ ۙ رَبَّنَا
لِیُـقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ فَاجۡعَلۡ اَفۡئِدَۃً مِّنَ النَّاسِ تَہۡوِیۡۤ
اِلَیۡہِمۡ وَارۡ زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ تَعۡلَمُ مَا نُخۡفِیۡ وَ مَا نُعۡلِنُ
ؕ وَ مَا یَخۡفٰی عَلَی اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ
فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا فِی السَّمَآءِ ﴿﴾ اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ وَہَبَ لِیۡ عَلَی
الۡکِبَرِ اِسۡمٰعِیۡلَ وَ اِسۡحٰقَ ؕ
اِنَّ رَبِّیۡ لَسَمِیۡعُ الدُّعَآءِ ﴿﴾
”Ya Tuhan kami,
sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tandus dekat rumah
Engkau yang suci. Ya
Tuhan kami, supaya mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki berupa buah-buahan,
supaya mereka bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau
mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan, dan tidak
ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi
Allah sesuatu pun di bumi dan tidak pula di langit. Segala puji bagi
Allah Yang telah menganugerahkan kepadaku
Isma’il dan Ishaq walaupun
usiaku telah lanjut, sesungguhnya Tuhan-ku Maha
Mendengar doa. (Ibrahim [14]:38-40).
Yang diisyaratkan dalam ayat رَبَّنَاۤ اِنِّیۡۤ
اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ غَیۡرِ ذِیۡ
زَرۡعٍ عِنۡدَ بَیۡتِکَ الۡمُحَرَّمِ --
“sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tandus dekat rumah
Engkau yang suci” adalah penempatan putra Nabi Ibrahim
a.s., yakni Isma’il a.s. dan
istri Ibrahim a.s. yaitu Siti Hajar, di
belantara Arabia.
Nabi Ismail a.s. masih
kecil pada waktu Nabi Ibrahim a.s. —
yang oleh karena patuhnya kepada perintah
Ilahi dan untuk memenuhi rencana
Ilahi — membawa beliau dan ibunda beliau, Siti Hajar, ke daerah yang kering dan gersang, tempat sekarang terletak kota Mekkah.
Pada masa itu tiada satu pun tanda adanya kehidupan dan tidak ada syarat
untuk dapat hidup di tempat itu (Bukhari). Tetapi Allah Swt. telah merencanakan sedemikian rupa
sehingga tempat itu menjadi medan kegiatan bagi amanat (syariat) terakhir
dari Allah Swt. untuk umat
manusia yaini agama Islam (Al-Quran –
QS.5:4) yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad saw. (QS.2:130 &
QS.62:3-4), dan Nabi Isma’il a.s. telah terpilih sebagai alat untuk melaksanakan rencana Ilahi terbesar itu.
Doa
Nabi Ibrahim a.s. فَاجۡعَلۡ
اَفۡئِدَۃً مِّنَ النَّاسِ تَہۡوِیۡۤ اِلَیۡہِمۡ وَارۡ زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ
لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ – “maka jadikanlah
hati manusia cenderung kepada
mereka dan berilah mereka rezeki berupa buah-buahan, supaya mereka bersyukur” ini telah
memperoleh perwujudan yang sempurna
dalam diri Nabi Besar Muhammad saw., sebab sebelum beliau saw. hanya orang-orang Arab sajalah yang berkunjung
ke Mekkah untuk mempersembahkan kurban-kurban mereka, tetapi sesudah kedatangan Nabi
Besar Muhammad saw. bangsa-bangsa (umat manusia) dari seluruh dunia mulai berkunjung ke
kota itu untuk melaksanakan ibadah haji (QS.22:28-34).
Doa Tentang Rezeki (Buah-buahan) Duniawi
&
Makna Istighfar Para Rasul Allah
Doa Nabi Ibrahima a.s.
selanjutnya وَارۡ زُقۡہُمۡ
مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ – “dan berilah mereka rezeki berupa buah-buahan, supaya mereka bersyukur.” Doa itu diucapkan
pada saat, ketika tidak ada sehelai pun rumput nampak tumbuh dalam jarak
bermil-mil di sekitar Mekkah. Namun nubuatan
itu telah menjadi sempurna dengan cara yang menakjubkan, sebab buah-buahan yang paling terpilih didatangkan orang berlimpah-limpah ke Mekkah pada setiap
musim.
Ada hal yang menarik dari
jawaban Allah Swt. atas doa Nabi Ibrahim
a.s. mengenai rezeki berupa buah-buahan buat penduduk Mekkah di
masa depan, yakni Nabi Ibrahim a.s. memohon kepada Allah Swt.
bahwa yang diberi rezeki tersebut
adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, tetapi Allah Swt. menjawab bahwa “orang-orang kafir pun” untuk sementara
waktu akan mendapatkan rezeki duniawi tersebut, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ
الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ
وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ
مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ
النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ
الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhan-ku, jadikanlah
tempat ini kota yang aman dan berikanlah
rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.” Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun maka
Aku akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian akan
Aku paksa ia ma-suk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk
tempat kembali.” (Al-Baqarah [2]:127).
Oleh karena itu berlimpah-ruahnya kekayaan duniawi di Timur Tengah saat ini sebagai hasil penjualan "emas hitam" -- yang juga merupakan bagian dari pengabulan doa Nabi Ibrahim a.s. -- terbukti tidak mampu mempersatukan hati bangsa Arab atau negara-negara Muslim di sana. Bahkan yang terjadi sebaliknya, yakni membuktikan kebenaran pernyataan Allah Swt. bahwa mempersatukan hati manusia dalam suatu persaudaraan yang hakiki sepenuhnya wewenang Allah Swt., berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ اَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ ؕ لَوۡ اَنۡفَقۡتَ
مَا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا مَّاۤ اَلَّفۡتَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ اَلَّفَ بَیۡنَہُمۡ ؕ اِنَّہٗ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan Dia
telah menanamkan kecintaan di antara hati mereka, seandainya engkau
membelanjakan yang ada di bumi ini seluruhnya, engkau sekali-kali tidak akan dapat menanamkan
kecintaan di antara hati mereka, tetapi Allah telah
menanamkan kecintaan di antara mereka, sesungguhnya Dia Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (Al-Anfal [8]:64).
Selanjutnya Nabi Ibrahim a.s.
mengakhiri doa beliau dengan memohon
“ampunan” (maghfirah) Allah Swt.:
رَبِّ اجۡعَلۡنِیۡ مُقِیۡمَ الصَّلٰوۃِ
وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ ٭ۖ رَبَّنَا وَ تَقَبَّلۡ دُعَآءِ ﴿﴾ رَبَّنَا اغۡفِرۡ
لِیۡ وَ لِوَالِدَیَّ وَ
لِلۡمُؤۡمِنِیۡنَ یَوۡمَ یَقُوۡمُ الۡحِسَابُ﴿﴾
”Ya
Tuhan-ku, jadikanlah aku orang yang senantiasa
mendirikan shalat, dan juga keturunanku. Ya Tuhan kami, dan kabulkanlah doaku. Ya Tuhan kami, ampuni-lah aku
dan kedua orangtuaku dan orang-orang yang beriman pada Hari penghisaban.” (Ibrahim [14]:41-42-37).
Yang
menjadi sebab mengapa para nabi Allah
biasa membaca istighfar, padahal beliau-beliau pada hakikatnya dijamin untuk mendapat perlindungan terhadap syaitan, ialah kesadaran mereka tentang kesucian
dan keagungan Allah Swt. satu pihak,
dan mengenai kelemahan diri mereka
sendiri di pihak lain.
Kesadaran akan kelemahan insani
itulah yang mendorong mereka untuk mendoa
dengan merendahkan diri kepada Allah
Swt., supaya Dia “menutupi”
mereka dengan sifat Rahmān dan Rahīm-Nya, supaya wujud mereka sendiri hilang dan tenggelam sepenuhnya dalam wujud-Nya,
itulah makna maghfirah.
Kegusaran Abu Lahab kepada
Nabi Besar Muhammad Saw.
Kembali kepada Surah Shād mengenai kegusaran orang-orang kafir Mekkah kepada
misi kerasulan Nabi Besar
Muhammad saw., firman-Nya:
وَ عَجِبُوۡۤا اَنۡ جَآءَہُمۡ مُّنۡذِرٌ مِّنۡہُمۡ ۫ وَ قَالَ الۡکٰفِرُوۡنَ ہٰذَا سٰحِرٌ کَذَّابٌ ۖ﴿ۚ﴾ اَجَعَلَ الۡاٰلِہَۃَ
اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚۖ اِنَّ ہٰذَا
لَشَیۡءٌ عُجَابٌ﴿﴾
Dan mereka heran bahwa kepada mereka datang seorang pemberi
peringatan dari antara mereka,
dan orang-orang kafir itu berkata: “Ini
se-orang tukang sihir dan seorang pendusta besar. Apakah ia telah membuat tuhan-tuhan itu satu Tuhan saja? Sesungguhnya
ini benar-benar suatu yang
ajaib.” (Shād [38]:5-6).
Jadi, mereka benar-benar gusar ketika Nabi Besar Muhammad saw. datang dan menyeru mereka untuk hanya menyembah Allah Swt. saja yang telah diwasiyatkan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. kepada anak cucu-mereka (QS.2:131-135), kegusaran mereka tersebut digambarkan dalam Surah Al-Lahab berikut ini, sebagai jawaban
Allah Swt. atas kegusaran Abu Lahab, salah satu paman Nabi Besar Muhammad saw.,
firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ تَبَّتۡ یَدَاۤ اَبِیۡ
لَہَبٍ وَّ تَبَّ ؕ﴿﴾ مَاۤ
اَغۡنٰی عَنۡہُ مَالُہٗ وَ مَا
کَسَبَ ؕ﴿﴾ سَیَصۡلٰی نَارًا
ذَاتَ لَہَبٍ ۚ﴿ۖ﴾ وَّ
امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ
الۡحَطَبِ ۚ﴿﴾ فِیۡ جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ ٪﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Binasalah
kedua tangan Abu Lahab dan binasalah
dia! Sekali-kali tidak memberi man-faat kepadanya hartanya dan apa yang dia usahakan. Segera ia akan masuk Api yang menyala-nyala.
Dan juga istrinya pemikul kayu bakar.3461 Di leher istri-nya ada tali yang dipintal. (Al-Lahab:111]:1-6).
Abu
Lahab (Bapak Nyala-Api) adalah julukan
yang diberikan kepada ‘Abd-al-’Uzza
paman Nabi Besar Muhammad saw. dan musuh
bebuyutan dan penindas beliau. Ia
disebut demikian, karena warna muka dan rambutnya kemerah-merahan, atau juga
karena berdarah panas (pemarah).
Surah ini mengingatkan kita
kepada suatu peristiwa ketika Nabi Besar Muhammad saw. mula-mula sekali membuka tabligh.
Setelah diperintahkan Allāh untuk mengumpulkan kaum kerabat beliau saw. dan
menyampaikan Amanat Ilahi kepada
mereka.
Pada suatu hari Nabi Besar Muhammad saw. berdiri
di Bukit Shafa dan memanggil berbagai kabilah
Mekkah satu demi satu – kabilah-kabilah Luway, Murah, Kilāb dan Qushay – dan
anggota keluarga-dekat beliau saw., dan mengatakan kepada mereka bahwa beliau
adalah utusan (rasul) Allah, dan bahwa jika mereka tidak menerima seruan beliau saw. serta tidak meninggalkan adat kebiasaan jahat mereka maka hukuman
Allah akan menimpa diri mereka.
Belum juga Nabi
Besar Muhammad saw. mengakhiri
uraian beliau tiba-tiba berdirilah Abu
Lahab seraya berkata: “Binasalah engkau! Untuk inikah engkau memanggil kami
berkumpul?” (Bukhari). Atas kegusaran Abu Lahab tersebut Allah Swt.
menjawab, firman-Nya:
تَبَّتۡ یَدَاۤ اَبِیۡ
لَہَبٍ وَّ تَبَّ ؕ﴿﴾ مَاۤ
اَغۡنٰی عَنۡہُ مَالُہٗ وَ مَا
کَسَبَ ؕ﴿﴾ سَیَصۡلٰی نَارًا
ذَاتَ لَہَبٍ ۚ﴿ۖ﴾
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan binasalah
dia! Sekali-kali tidak memberi manfaat kepadanya hartanya dan apa yang dia usahakan. Segera ia akan masuk Api yang menyala-nyala.
(Al-Lahab:111]:2-4).
Isyarat
dalam ayat selanjutnya فِیۡ
جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ ٪﴿﴾ وَّ
امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ
الۡحَطَبِ ۚ﴿﴾ -- “Dan juga istrinya pemikul kayu bakar, di leher istri-nya ada tali
yang dipintal.” ini rupanya tertuju kepada istri Abu Lahab, Ummi Jamil, yang pernah menaburi jalan
yang dilalui Nabi Besar Muhammad saw. dengan duri dan biasa jalan kian
kemari menabur-naburkan fitnah
terhadap beliau; hathab berarti juga fitnah
(Lexicon
Lane).
Makna Lain Surah Al-Lahab
&
Makar-makar
Buruk Para Penentang Nabi Besar
Muhammad Saw.
Julukan
“Bapak Nyala Api” boleh jadi ditujukan khusus kepada Abu Lahab atau kepada siapapun dari musuh-musuh Islam yang berdarah panas;
lebih tepat lagi sebutan ini dikenakan kepada bangsa-bangsa Barat di Akhir Zaman
ini, yang memiliki dan menguasai senjata-senjata api, atom dan nuklir – suatu kelompok dari mereka sama sekali menyangkal adanya Tuhan dan yang satu
lagi menolak Tauhid Ilahi, namun
demikian, kedua-duanya sama-sama memusuhi
Islam.
Dalam
pengertian ini “kedua tangan” berarti kedua kelompok itu, dan ayat ini mengandung arti bahwa segala upaya dan persekongkolan rahasia musuh-musuh Islam, terutama kedua golongan adikuasa
Barat dengan satelit- satelitnya,
akan gagal sama sekali dan semua rencana jahat mereka akan menjadi bumerang dan menghantam mereka sendiri; hati
mereka akan terbakar oleh amarah demi dilihatnya Islam terus maju, sedangkan kekuasaan,
kekayaan, dan milik mereka sendiri kian
menyusut dan binasa juga di
hadapan mata kepala mereka sendiri. Itulah makna lain dari ayat تَبَّتۡ یَدَاۤ اَبِیۡ
لَہَبٍ وَّ تَبَّ -- “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan binasalah
dia! ”
Makna
ayat selanjutnya مَاۤ اَغۡنٰی عَنۡہُ مَالُہٗ
وَ مَا کَسَبَ -- “Sekali-kali tidak
memberi manfaat kepadanya hartanya
dan apa yang dia usahakan. ” Kata “hartanya,” dapat berarti, kekayaan yang dihasilkan di
negeri-negeri mereka sendiri, dan “apa yang dia usahakan” dapat
diartikan harta kekayaan yang
ditimbun mereka dengan memeras
bangsa-bangsa yang lebih lemah dan merampas kekayaan sumber-sumber daya alam mereka itu.
Ungkapan “Abu Lahab”, dapat berarti
pula orang yang menciptakan
barang-barang yang mengeluarkan api
serta nyala, atau orang yang dirinya
sendiri termakan nyala api. Dalam
pengertian terakhir, ayat ini dapat ditafsirkan meramalkan kebinasaan dua blok politik besar di Akhir Zaman ini, disebabkan oleh senjata-senjata api mereka sendiri, seperti bom atom dan senjata nuklir
lainnya. Ayat ini menunjukkan bahwa hari
perhitungan bagi bangsa-bangsa itu, sudah tidak jauh lagi.
Dengan demikian ayat selanjutnya
فِیۡ جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ
مَّسَدٍ ٪﴿﴾ وَّ امۡرَاَتُہٗ ؕ حَمَّالَۃَ الۡحَطَبِ ۚ﴿﴾ -- “Dan juga istrinya
pemikul kayu bakar, di leher istri-nya
ada tali yang dipintal,” ayat ini dapat juga dikenakan kepada orang-orang
yang menabur-naburkan fitnah dan tuduhan-tuduhan palsu terhadap Islam dan terhadap Nabi Besar Muhammad
saw., seperti gambar-gambar karton
(karikatur) yang menghina dan memfitnah Nabi Besar Muhammad saw.,
termasuk film The Innocence of Muslims.
Sekalipun nampaknya merdeka namun bangsa-bangsa
ini akan demikian amat terikatnya
pada ideologi-ideologi dan sistem-sistem politik masing-masing,
sehingga mereka tidak akan dapat melepaskan
diri dari belenggu ideologi dan sistem mereka itu. Atau, seperti Ummi Jamil, yang konon telah tercekik lehernya oleh tali yang justru dengan tali itu pula ia
mengikat dan membawa kayu bakar, demikian juga bangsa-bangsa itu akan binasa oleh alat-alatnya sendiri yang dengan alat-alat itu mereka berusaha membinasakan
bangsa-bangsa lain.
Kegagalan Upaya Merintangi Tauhid
Ilahi &
Nubuatan Kekalahan Golongan
Persekutuan (Al-Ahzab)
Selanjutnya Allah Swt. berfirman dalam
Surah Shād mengenai upaya para pemimpin kaum kafir Quraisy Mekkah untuk menghalangi kaum mereka dari menjadi penyembah Tauhid Ilahi yang diajarkan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ انۡطَلَقَ الۡمَلَاُ مِنۡہُمۡ
اَنِ امۡشُوۡا وَ اصۡبِرُوۡا عَلٰۤی
اٰلِہَتِکُمۡ ۚۖ اِنَّ ہٰذَا لَشَیۡءٌ
یُّرَادُ ۖ﴿ۚ﴾ مَا سَمِعۡنَا بِہٰذَا فِی
الۡمِلَّۃِ الۡاٰخِرَۃِ ۚۖ اِنۡ
ہٰذَاۤ اِلَّا اخۡتِلَاقٌ ۖ﴿ۚ﴾
ءَ اُنۡزِلَ
عَلَیۡہِ الذِّکۡرُ مِنۡۢ بَیۡنِنَا ؕ بَلۡ ہُمۡ فِیۡ شَکٍّ مِّنۡ ذِکۡرِیۡ ۚ
بَلۡ لَّمَّا یَذُوۡقُوۡا عَذَابِ ؕ﴿﴾
Dan para pemimpin mereka
berjalan sambil berkata: “Pergilah
dan tetaplah bersama tuhan-tuhan kamu, sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang dikehendaki.
Kami sekali-kali tidak pernah mendengar hal ini dalam agama terdahulu, ini
tidak lain melainkan penipuan
belaka. Apakah dari antara kita hanya kepadanya
peringatan itu diturunkan?” Bahkan mereka
dalam keraguan mengenai peringatan-Ku. Tidak, bahkan mereka benar-benar belum merasakan azab-Ku. (Shād [38]:7-9).
“Agama
terdahulu” dalam ayat مَا سَمِعۡنَا بِہٰذَا فِی
الۡمِلَّۃِ الۡاٰخِرَۃِ -- “Kami sekali-kali tidak pernah mendengar hal ini
dalam agama terdahulu” dapat
ditujukan kepada agama Kristen atau
kepercayaan kaum musyrik Mekkah, atau
dapat mengisyaratkan kepada semua agama
sebelum Islam, sebab tidak ada agama sebelum Islam mempunyai kepercayaan (ajaran) mengenai Keesaan
Tuhan yang tetap murni dan utuh.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai nubuatan kekalahan
golongan persekutuan (al-Ahzab) yang bangga dengan jumlah dan kekuasaan duniawi
mereka yang besar jika dibandingkan dengan
keadaan duniawi Nabi Besar
Muhammad saw. dan umat Islam:
اَمۡ عِنۡدَہُمۡ خَزَآئِنُ
رَحۡمَۃِ رَبِّکَ الۡعَزِیۡزِ الۡوَہَّابِ
ۚ﴿﴾ اَمۡ لَہُمۡ
مُّلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ۟ فَلۡیَرۡتَقُوۡا
فِی الۡاَسۡبَابِ﴿﴾ جُنۡدٌ مَّا ہُنَالِکَ مَہۡزُوۡمٌ مِّنَ الۡاَحۡزَابِ
﴿﴾
Ataukah berada di sisi mereka khazanah-khazanah rahmat Tuhan engkau
Yang Maha Perkasa, Maha Pemberi karunia? Ataukah kepunyaan mereka kerajaan seluruh langit
dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya itu? Maka hendaklah mereka berupaya
dengan sarana-sarana mereka itu.
Mereka itu lasykar
golongan-golongan perserikatan yang akan dikalahkan di sana. (Shād [38]:10-12).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 26 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar