بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Shād
Bab 7
Kesabaran
Para Rasul Allah -- terutama Nabi Besar Muhammad Saw. -- Menghadapi Kedegilan Para Penentang Mereka yang
Takabur
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan peringatan Allah Swt. kepada kaum musyrik
Mekkah mengenai kelemahan duniawi mereka jika dibandingkan dengan kaum-kaum
purbakala, yang juga mendustakan
dan menentang para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan
mereka, firman-Nya:
کَذَّبَتۡ قَبۡلَہُمۡ قَوۡمُ نُوۡحٍ وَّ عَادٌ وَّ فِرۡعَوۡنُ ذُو الۡاَوۡتَادِ ﴿ۙ﴾
وَ ثَمُوۡدُ وَ قَوۡمُ لُوۡطٍ وَّ
اَصۡحٰبُ لۡـَٔیۡکَۃِ ؕ اُولٰٓئِکَ الۡاَحۡزَابُ ﴿﴾
اِنۡ کُلٌّ اِلَّا کَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ ﴿٪﴾
Sebelum mereka kaum Nuh, ‘Ad
dan Fir’aun
yang memiliki lasykar-lasykar besar
telah mendustakan pula. Dan suku
Tsamud, kaum Luth dan penghuni hutan, mereka itu golongan perserikatan. Tidak lain mereka
semua itu melainkan mendustakan rasul-rasul, maka pasti
azab-Ku menimpa mereka. (Shād [38]:16-18).
Ungkapan autad-al-ardh (pasak bumi) berarti gunung-gunung; dan autad-al-bilad
maksudnya para pemuka kota-kota itu; dzul-autad
berarti pemilik lasykar-lasykar
atau pemilik pasukan-pasukan besar (Aqrab-al-Mawarid). Selanjutnya
Allah Swt. berfirman:
وَ مَا یَنۡظُرُ ہٰۤؤُلَآءِ اِلَّا
صَیۡحَۃً وَّاحِدَۃً مَّا لَہَا مِنۡ فَوَاقٍ ﴿﴾ وَ قَالُوۡا رَبَّنَا عَجِّلۡ لَّنَا قِطَّنَا قَبۡلَ یَوۡمِ الۡحِسَابِ ﴿﴾ اِصۡبِرۡ عَلٰی مَا یَقُوۡلُوۡنَ وَ اذۡکُرۡ عَبۡدَنَا
دَاوٗدَ ذَا الۡاَیۡدِ ۚ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ﴿﴾
Dan mereka sekali-kali
tidak menunggu melainkan satu teriakan dan sekali-kali tidak
ada baginya saat berselang. Dan mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, segerakanlah
bagi kami bagian kami sebelum Hari
Perhitungan.” Bersabarlah atas apa yang mereka
katakan, dan ingatlah akan hamba
Kami Daud yang memiliki kekuatan besar, sesungguhnya ia selalu kembali kepada Tuhan. (Shād [38]:13-15).
Perbedaan
Pemanfaatan Kekuasan Duniawi antara Para Rasul Allah
dengan
Para Penguasa Dunia
Kata
fawāq dalam ayat وَ مَا یَنۡظُرُ ہٰۤؤُلَآءِ اِلَّا صَیۡحَۃً وَّاحِدَۃً مَّا لَہَا مِنۡ فَوَاقٍ -- “Dan
mereka sekali-kali tidak menunggu melainkan satu teriakan dan
sekali-kali tidak ada baginya saat
berselang” berarti: “waktu antara dua pemerahan; waktu antara dua
penyusuan; kembalinya lagi air susu ke dalam kantong susu unta betina sesudah
diperah; waktu antara seseorang membuka tangan dan memegang kembali kantong
susu unta betina; atau bila tukang perah susu memegang kantong susu dan
kemudian terus memerah (Lexicon Lane).
Artinya,
jika azab Ilahi yang dijanjikan Rasul Allah akan menimpa
mereka itu -- dan mereka pun menantang untuk segera datang -- maka kedatangan azab Ilahi tersebut sangat tiba-tiba
sekali sehingga tidak ada kesempatan
bagi mereka untuk menyelamatkan diri dari kebinasaan.
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dalam ayat اِصۡبِرۡ عَلٰی مَا یَقُوۡلُوۡنَ وَ
اذۡکُرۡ عَبۡدَنَا دَاوٗدَ ذَا الۡاَیۡدِ ۚ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ -- “Bersabarlah atas apa yang mereka katakan, dan ingatlah akan hamba Kami Daud yang memiliki kekuatan besar”. Nabi
Daud a.s., Nabi Sulaiman a.s., dan Nabi Ayyub a.s. mempunyai kekuasaan, pengaruh, dan kekayaan besar -- -- ذَا
الۡاَیۡد dan
itulah sebabnya mengapa beliau-beliau
itu senantiasa disebut bersama-sama dalam Al-Quran (QS.4:164; QS.6:85; dan
QS.21:80-84).
Berbeda
dengan para pemuka kaum-kaum purbakala – terutama Raja Namrud di zaman Nabi Ibrahim a.s. dan Fir’aun di zaman Nabi Musa a.s. yang menggunakan kekauasaan mereka untuk menzalimi para rasul Allah serta para pengikutnya – sebaliknya kekuasaan dan kekayaan
duniawi yang dimiliki para Rasul Allah, contohnya Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s,. tidak
pernah dipergunakan untuk menghancurkan
para penentangnya dengan cara kekerasan, terutama Nabi Besar Muhammad
saw..
Bahkan ketika malaikat
gunung menawarkan kepada Nabi Besar
Muhammad saw. untuk menghancurkan
penduduk Thaif yang telah menganiaya
beliau saw. dan Zaid bin Haritsah r.a. dengan lemparan batu, ketika pergi berdakwah kepada penduduk Thaif namun tawaran tersebut ditolak oleh Nabi Besar
Muhammad saw.: “Jangan, karena aku mengharapkan kelak dari kalangan mereka ada yang menjadi para penyembah Tauhid Ilahi.”
Jika Nabi Besar Muhammad saw.
menghendaki, beliau saw. melalui doa beliau saw. yang sangat mustajab dapat saja menghancur-luluhkan para penganiaya
beliau saw. dan umat Islam, tetapi kenyataan dalam keadaan terluak parah pun doa
yang dipanjatkan Nabi Besar Muhammad saw. adalah: “Allāhuma-hdi qawmiy fa-innahum lā ya’lamūn -- Ya Allah, berilah kaumku petunjuk karena
sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
Kesabaran
Nabi Daud a.s. Melayani Tuduhan Keji
Dua
Orang yang Akan Membunuh Beliau
Selanjutnya Allah Swt. mengemukakan kekuasaan besar yang dianugerahkan kepada Nabi Daud a.s. dalam bahasa kiasan, firman-Nya:
اِنَّا سَخَّرۡنَا الۡجِبَالَ مَعَہٗ یُسَبِّحۡنَ بِالۡعَشِیِّ وَ
الۡاِشۡرَاقِ ﴿ۙ﴾ وَ الطَّیۡرَ مَحۡشُوۡرَۃً ؕ کُلٌّ لَّہٗۤ
اَوَّابٌ﴿﴾ وَ شَدَدۡنَا
مُلۡکَہٗ وَ اٰتَیۡنٰہُ الۡحِکۡمَۃَ وَ فَصۡلَ الۡخِطَابِ ﴿﴾
Sesungguhnya Kami
menundukkan gunung kepadanya, mereka bersama dia menyanjungkan
kesucian Tuhan pada waktu
petang dan pagi hari. Dan juga burung-burung yang berhimpun bersama-sama, masing-masing selalu kembali bertaubat kepada-Nya.
Dan Kami meneguhkan kerajaannya
dan Kami menganugerahkan
kepadanya kebijaksanaan dan ketepatan
memutuskan perkara. (Shād
[38]:19-21).
Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. mengemukakan salah satu contoh kesabaran Nabi Daud a.s. menghadapi orang-orang durhaka
di kalangan suku-suku Bani Israil yang selalu mencari-cari kesempatan
untuk membunuh beliau karena mereka merasa dengki kepada Nabi
Daud a.s. karena Allah Swt. telah mengangkat beliau sebagai raja atas
suku-suku Bani Israil, dimana sebelumnya Bani Israil terpecah-belah
dan senantiasa menjadi sasaran kezaliman suku-suku bangsa lain (QS.2:247-253), berikut firman-Nya kepada Nabi
Besar Muhammad saw.:
وَ ہَلۡ اَتٰىکَ نَبَؤُا الۡخَصۡمِ
ۘ اِذۡ تَسَوَّرُوا الۡمِحۡرَابَ ﴿ۙ﴾
اِذۡ دَخَلُوۡا عَلٰی دَاوٗدَ فَفَزِعَ مِنۡہُمۡ قَالُوۡا لَا تَخَفۡ ۚ خَصۡمٰنِ بَغٰی
بَعۡضُنَا عَلٰی بَعۡضٍ فَاحۡکُمۡ
بَیۡنَنَا بِالۡحَقِّ وَ لَا
تُشۡطِطۡ وَ اہۡدِنَاۤ اِلٰی
سَوَآءِ الصِّرَاطِ ﴿﴾ اِنَّ ہٰذَاۤ اَخِیۡ ۟ لَہٗ
تِسۡعٌ وَّ تِسۡعُوۡنَ نَعۡجَۃً
وَّ لِیَ نَعۡجَۃٌ وَّاحِدَۃٌ ۟
فَقَالَ اَکۡفِلۡنِیۡہَا وَ عَزَّنِیۡ فِی
الۡخِطَابِ ﴿﴾
Dan sudahkah datang kepada engkau kabar mengenai orang-orang yang pura-pura bertengkar
ketika mereka itu memanjat dinding kamar pribadinya. Ketika mereka masuk mendatangi Daud, lalu ia terkejut karena mereka itu. Mereka berkata: “Janganlah takut, kami dua orang sedang bersengketa, kami berlaku zalim ter-hadap satu sama lain maka hakimilah
di antara kami dengan keadilan, dan janganlah
menzalimi kami dan tunjukilah kami
ke jalan lurus. Sesungguhnya
saudaraku ini memiliki sembilan puluh
sembilan domba betina, dan aku memiliki seekor domba betina, tetapi
ia berkata: ‘Serahkanlah itu kepadaku,’
dan ia telah mengungguli diriku dalam
pembicaraan.” (Shād [38]:22-24).
Nampak dari sejarah bahwa
meskipun kekuasaan Bani Israil telah
mencapai puncaknya selama Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. memegang kekuasaan, namun para pengacau giat menimbulkan huru-hara dan perpecahan; tuduhan-tuduhan
palsu kepada beliau-beliau dengan gencar dilancarkan dan disebarkan, bahkan
beberapa orang jahat pikiran berusaha
membunuh Nabi Daud a.s.. Kepada percobaan membunuh Nabi Daud a.s. serupa
itulah yang diisyaratkan dalam ayat ini.
Dua orang musuh Nabi Daud a.s. memanjat dinding kamar pribadi beliau
dengan niat menyergap beliau, tetapi
ketika mereka melihat beliau berada dalam keadaan siap-siaga dan menyadari bahwa rencana
buruk mereka telah gagal, mereka
berusaha menenangkan beliau dan berpura-pura hanya dua orang bersengketa dan telah datang meminta keputusan beliau dalam sengketa itu.
Tetapi Nabi Daud a.s. mengerti
benar akan niat jahat mereka, dan
oleh karena itu wajarlah kalau beliau merasa takut terhadap mereka.
Ayat
ini menunjuk kepada kisah dua orang yang berniat
membunuh Nabi Daud a.s.; tatkala mereka melihat beliau cukup bersiap-siaga, agaknya mereka telah
mendapat akal seketika itu juga, dalam upaya mengelabui dan membelokkan pikiran
beliau dari persangkaan buruk yang
mungkin timbul pada beliau tentang mereka dan meredakan kekhawatiran beliau.
Bantahan Nabi Daud a.s. yang Penuh Hikmah
Walau pun Nabi Daud a.s. mengetahui kebohongan cerita kedua orang tersebut,
namun demikian beliau tidak bertindak
keras kepada kedua orang jahat tersebut melainkan menanggapi pengaduan – yang sebenarnya merupakan sin diran terhadap beliau – dengan
cara-cara yang sangat bijaksana serta secara tersamar Nabi Daud a.s. menjawab tuduhan
dusta (fitnah) kedua orang tersebut
bahwa beliau seorang raja yang zalim dan tamak, firman-Nya:
قَالَ لَقَدۡ ظَلَمَکَ بِسُؤَالِ نَعۡجَتِکَ اِلٰی نِعَاجِہٖ ؕ وَ اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ
الۡخُلَطَآءِ لَیَبۡغِیۡ بَعۡضُہُمۡ
عَلٰی بَعۡضٍ اِلَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا
وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَ قَلِیۡلٌ مَّا ہُمۡ ؕ وَ ظَنَّ دَاوٗدُ اَنَّمَا فَتَنّٰہُ فَاسۡتَغۡفَرَ رَبَّہٗ وَ خَرَّ
رَاکِعًا وَّ اَنَابَ ﴿ٛ﴾
Ia, Daud, berkata: “Sungguhnya ia benar-benar telah berlaku zalim terhadap engkau dengan meminta domba
betina engkau untuk menambahkannya kepada domba-domba betinanya. Dan sesungguhnya banyak di antara orang-orang
yang berserikat itu benar-benar berlaku
zalim, sebagian terhadap sebagian lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal
shalih tetapi mereka itu sedikit.” Dan
Daud menyangka bahwa Kami telah menguji
dia maka ia memohon ampun kepada Tuhan-nya, dan ia merebahkan diri menyatakan kepatuhan dan menghadapkan diri kepada-Nya. (Shād [38]:25).
Jadi, Nabi Daud a.s. tidak
terkelabui oleh cerita dusta kedua
orang yang akan membunuh beliau, yang berkedok
sebagai orang-orang biasa yang sedang
bersengketa, beliau memahami benar sandiwara
itu. Meskipun Nabi Daud a.s. tidak kehilangan akal dan memberikan keputusan
seperti seorang hakim yang sehat dan
tenang pikirannya, tetapi beliau menyadari bahwa kewibawaan beliau atas kaum beliau telah melemah dan bahwa,
meskipun tindakan pencegahan telah
diambil, beliau sama sekali tidak aman
terhadap rencana dan komplotan-komplotan jahat musuh beliau.
Ayat وَ ظَنَّ دَاوٗدُ اَنَّمَا فَتَنّٰہُ -- “Dan Daud menyangka bahwa Kami telah menguji dia” yakni Nabi Daud a.s. merasa bahwa peristiwa itu merupakan peringatan dari Allah Swt. karena itu beliau menempuh jalan
satu-satunya, seperti dilakukan orang-orang bertakwa dalam keadaan demikian, yakni kembali kepada Allah Swt..
Menganggap Sebagai Peringatan
Allah Swt.
Beliau mendoa
kepada Allah Swt. dan memohon perlindungan-Nya
terhadap rencana-rencana dan komplotan-komplotan buruk musuh beliau فَاسۡتَغۡفَرَ رَبَّہٗ وَ خَرَّ
رَاکِعًا وَّ اَنَابَ -- “maka ia
memohon ampun kepada Tuhan-nya, dan ia
merebahkan diri menyatakan kepatuhan dan menghadapkan diri kepada-Nya.”
Sindiran yang terkandung di balik
ceritera orang-orang yang pura-pura bersengketa itu adalah bahwa Nabi Daud a.s. itu seorang raja zalim yang memperluas kekuasaannya atas suku-suku bangsa
tetangga yang kecil dan lemah, namun tuduhan tersebut dibantah Allah Swt., firman-Nya:
فَغَفَرۡنَا لَہٗ ذٰلِکَ ؕ وَ اِنَّ
لَہٗ عِنۡدَنَا لَزُلۡفٰی وَ حُسۡنَ مَاٰبٍ ﴿﴾ یٰدَاوٗدُ
اِنَّا جَعَلۡنٰکَ خَلِیۡفَۃً فِی الۡاَرۡضِ فَاحۡکُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ
بِالۡحَقِّ وَ لَا تَتَّبِعِ الۡہَوٰی فَیُضِلَّکَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ
الَّذِیۡنَ یَضِلُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ
لَہُمۡ عَذَابٌ شَدِیۡدٌۢ بِمَا نَسُوۡا یَوۡمَ الۡحِسَابِ ﴿٪﴾ وَ
مَا خَلَقۡنَا السَّمَآءَ وَ الۡاَرۡضَ
وَ مَا بَیۡنَہُمَا بَاطِلًا ؕ ذٰلِکَ ظَنُّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚ فَوَیۡلٌ لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنَ النَّارِ ﴿ؕ﴾
Maka Kami mengampuni
baginya hal itu, dan sesungguhnya ia benar-benar memiliki kedudukan yang dekat di sisi Kami dan sebaik-baik tempat kembali. “Hai
Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di
bumi maka hakimilah di antara
manusia dengan benar dan janganlah
mengikuti hawa nafsu karena ia akan
menyesatkan engkau dari jalan Allah.” Sesungguhnya orang-orang yang tersesat dari jalan
Allah bagi mereka ada azab yang
sangat keras karena mereka melupakan Hari Perhitungan. (Shād
[38]:26-27).
Ungkapan ghafarnā lahu dapat berarti “Kami memberikan kepadanya perlin-dungan
Kami,” atau “Kami bereskan urusan-urusannya” (Lexicon Lane). Kata-kata
وَ اِنَّ لَہٗ عِنۡدَنَا لَزُلۡفٰی وَ حُسۡنَ مَاٰبٍ -- “dan sesungguhnya ia mempunyai kedudukan akrab di sisi
Kami dan sebaik-baik tempat kembali,” menunjukkan bahwa Nabi Daud a.s. tidak
menderita kerusakan akhlak atau kelemahan ruhani, dan dengan jitu sekali
melenyapkan dan membinasakan tuduhan keji
seakan-akan Nabi Daud a.s. telah melakukan zina seperti dituduhkan Bible terhadap beliau (II Semuil 11:4-5).
Kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Upaya pembunuhan
terhadap Nabi Daud a.s. adalah salah
satu contoh dari sekian banyak kedurhakaan
Bani Israil terhadap Nabi Daud a.s., sehingga dalam hati beliau pun terbersit kutukan kepada mereka, firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ
وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا
یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ کَانُوۡا لَا
یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ﴿﴾ تَرٰی کَثِیۡرًا
مِّنۡہُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَہُمۡ
اَنۡفُسُہُمۡ اَنۡ سَخِطَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ وَ فِی الۡعَذَابِ ہُمۡ خٰلِدُوۡنَ
﴿﴾
Orang-orang yang kafir dari
kalangan Bani Israil telah dilaknat
oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam,
hal demikian itu karena mereka
senantiasa durhaka dan melampaui
batas. Mereka tidak pernah saling mencegah dari kemungkaran
yang dikerjakannya, benar-benar sangat buruk apa yang
senantiasa mereka ker-jakan. Engkau
melihat kebanyakan dari mereka
menjadikan orang-orang kafir
sebagai pelindung, dan
benar-benar sangat buruk apa yang
telah mereka dahulukan bagi diri mereka yaitu bahwa Allah murka kepada mereka, dan di dalam azab inilah mereka akan kekal.
(Al-Māidah
[5]:79-81).
Dari antara semua nabi Bani Israil, Nabi Daud a.s. dan
Nabi Isa
ibnu Maryam a.s. tergolong paling menderita di tangan orang-orang Yahudi. Penzaliman orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
mencapai puncaknya, ketika beliau dipakukan pada kayu
salib, dan penderitaan serta kepapaan yang dialami oleh Nabi Daud a.s.
dari kaum yang tak mengenal terima
kasih itu, tercermin di dalam Mazmurnya yang sangat merawankan hati.
Dari lubuk hati yang penuh kepedihan, Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mengutuk mereka.
Kutukan Nabi Daud
a.s. mengakibatkan
orang-orang Bani Israil dihukum oleh Nebukadnezar raja dari Babilonia yang
menghancurluluhkan Yerusalem dan
membawa orang-orang Bani Israil sebagai tawanan pada tahun 556 sebelum Masehi
(QS.2:260), sedangkan akibat kutukan
Nabi Isa a.s. mereka ditimpa bencana dahsyat, karena Titus dari kerajaan Romawi
yang menaklukkan Yerusalem dalam
tahun ± 70 Masehi, membinasakan kota
dan menodai rumah-ibadah dengan jalan
menyembelih babi — binatang yang
sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi — di dalam rumah-ibadah itu (QS.17:5-9)
Salah
satu di antara dosa-dosa besar yang
membangkitkan amarah Tuhan atas kaum
Yahudi ialah, mereka tidak melarang
satu sama lain, terhadap kejahatan yang begitu merajalela di tengah-tengah
mereka.
Kembali kepada firman Allah Swt. kepada Nabi
Besar Muhammad saw. dalam ayat اِصۡبِرۡ عَلٰی مَا یَقُوۡلُوۡنَ وَ
اذۡکُرۡ عَبۡدَنَا دَاوٗدَ ذَا الۡاَیۡدِ ۚ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ -- “Bersabarlah atas apa yang mereka katakan, dan ingatlah akan hamba Kami Daud yang memiliki kekuatan besar”. Pertanyaannya adalah: Mengapa dalam ayat tersebut Allah Swt. tidak memerintahkan
Nabi Besar Muhammad saw. agar bersabar seperti Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s.?
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 28 Agustus 2013